Torment or Threat? (4)

20 4 0
                                    


Christian POV

Aku sudah menyiapkan semuanya.

Saat ini aku sedang duduk sendirian di meja besi yang baru saja kumasukkan ke kamar, alias tempat yang akan digunakan untuk 'ritual'. Kulirik jam dinding berbentuk burung hantu yang tergantung di atas kamarku. Burung itu menunjukkan pukul sembilan lebih empat puluh menit. 

Masih kurang sepuluh menit lagi dari jadwal janjianku dengan Leo.

Kuraih boneka 'peliharaanku' yang diberikan almarhum kakekku dulu dari rak di samping kasurku. Boneka gadis kecil dengan kulit putih pucat, memakai kimono asli Jepang dengan rambut yang panjang karena sudah kurawat lumayan lama. Ya, nama original boneka ini adalah boneka Okiku, boneka yang rambutnya terus tumbuh layaknya manusia. 

"Christian! Sepertinya ada tamu, mama sedang memasak, tolong bukakan" Suara mamaku terdengar jelas dari arah dapur.

Oke, kalian pasti heran kenapa ibuku menggunakan bahasa baku walaupun berbicara dengan anaknya. Biar kuperkenalkan, ibuku. Dia adalah campuran Indo-Jepang yang mana ayahnya, yaitu almarhum kakekku yang sakti itu berdarah Indonesia, dan ibunya, yaitu nenekku, berdarah Jepang. Ia besar di Jepang sebelum akhirnya pindah ke Indonesia dan menikah dengan ayahku. Meskipun sebenarnya dia sudah tinggal lama di indonesia, ia tetap lebih senang menggunakan bahasa jepang ji 

Aku segera meletakkan Yurigame kembali ke tempatnya dan berjalan keluar untuk membukakan pagar bagi siapapun yang kini berada di depan rumahku. Menyadari tamu yang dimaksud adalah si bodoh Leo, aku segera melemparkan kunci di tanganku.

"Buka sendiri, ya, mager gue." kataku sebelum kembali masuk ke kamar untuk menyisir rambut boneka Okikuku.

"Er... Bisa, nggak, lo nggak nyisirin boneka itu kalo ada gue di sini?" Leo langsung menyeletuk dengan tampang syok begitu melihat Yurigame yang ada di tanganku. "Gimana kalo kita mulai demo rencana brilian lo itu sekarang aja?"

"Rencana yang mana?" Kataku pura-pura bodoh.

"Chris, lo bener-bener minta digampar, ya?" Sahutnya kesal sambil mengepalkan tangannya bercanda.

"Nggak juga." Sahutku datar sambil mengembalikan Yurigame ke raknya. "Oke, kita mulai, deh. Gue lagi mager sebenernya, jadi jelasinnya singkat aja, ya." Lanjutku sambil duduk di salah satu kursi yang tadi sudah kusiapkan. "Jadi gini, permainan ini gue kreasiin dari permainan papan ouija, tahu, kan? Yang ada filmnya itu, loh."

"Papan apaan? Owie ja?" Leo membeo.

"Nggak penting. Kudet, lo." Aku menghela napas panjang. "Intinya, nanti gue pura-pura manggil hantu di depan kalian. Tapi tenang, hantunya nggak gue panggil beneran karena gue berniat nggak ngelakuin salah satu step buat manggil hantunya." Aku berusaha menjelaskan. 

"Hmm... oke-oke." sahutnya sambil manggut-manggut.

"Trus nanti bakal gue sediain satu koin yang ceritanya udah dihinggapin hantu dan magnet buat geser-geser koin itu dari bawah meja seakan dia geser sendiri. Tapi karena tangan gue nggak cukup panjang buat menggapai semua tulisan di papannya, gue butuh lo. Waktu si Lemon nanyain pertanyaan itu, lo tinggal make magnet ini buat nggerakin koin dari bawah meja, menuju ke tulisan jepang yang di kanan lo itu. Bacanya 'ie' artinya 'tidak', jangan kebalik, lho. Soalnya yang satunya artinya iya."

"Oh, oke gue paham." Leo menyanggupi sambil langsung menyahut magnet yang menggerakan koin itu.

"Ya intinya gitu aja, sih. Pokoknya lo harus duduk di tempat itu nanti biar nggak kebalik tulisannya. Yang kanan 'nggak' yang kiri 'iya', inget, lho." jelasku menegaskan.

[KUMPULAN CERPEN] Stacy's CursesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang