Torment or Threat? (12)

20 4 0
                                    

Christian POV

"Chris, masih lama?" Leo lagi-lagi menginterupsi, membuat emosiku benar-benar memuncak.

"JANGAN NGGANGGU!" hardikku.

Untung saja ia langsung ciut dan diam seribu bahasa. Mengajak Leo ke medan pertempuran seakan membawa anak balita yang sangat kepo akan segala hal. Ia tidak kunjung berhenti bertanya, dan tak kunjung berhenti membuat masalah. Untung saja aku peduli dengannya, kalau tidak dia sudah kutendang dari lingkaran ini untuk umpan daritadi.

Sret... Sret... Sret...

Suara sesuatu yang diseret dari arah koridor, membuat kami berdua menatap pintu itu dengan tatapan horor. Hanya memerlukan satu menit bagi Stacy untuk muncul kembali dari pintu tersebut. Kakinya yang semula meleleh sudah pulih seperti semula.

Jantungku mencelos jatuh ke perut saat melihat apa yang ia bawa.

Yurigame.

Dia akan membunuh Yurigame di hadapan kami semua.

"Kembalikan bonekaku sekarang, atau akan kumusnahkan dia!" ancam Stacy sambil tersenyum dan menyeret rambut Yurigame yang terbaring pasrah.

"Jangan, Chris. Kau tahu yang paling penting—" "BERISIK!" potong Stacy murka sambil membungkam mulut Yurigame dengan tangannya yang kosong. "Kalau kau tidak mau penjagamu yang setia celaka, kembalikan bonekaku!"

Aku tidak bisa berpikir jernih. Ritual ini sudah setengah jalan, dan jika seandainya kami berhasil, Stacy tidak akan bisa melanjutkan terornya pada dunia. Manusia dan roh lain bisa hidup dengan lebih tenang karena sosok itu sudah dikurung. Tapi yang di sana itu... Yurigame.

"HANGAN CHRIS HAKU HIDAK AKAN—AKH—MEMAAFKANMU KALAU KAU BEHENTI!" Yurigame memekik mati-matian sambil meronta dari Stacy yang tengah membungkam mulutnya.

Aku hanya bisa menatap bergantian ke arah boneka dalam genggamanku dan Yurigame. Hati nuraniku meraung-raung untuk menyelamatkan Yurigame saja, dan meninggalkan ritual ini, namun otakku berkata lain. 

"Ayolah, Christian masa kau tidak ingin berkorban demi pacarmu." ejek Stacy, membuat syok sekaligus murka.

Bagaimana dia bisa tahu?

"DIAM!" hardikku sambil melotot ke arahnya.

"Uh-oh, memangnya apa salahku." sahutnya dengan nada mengejek. "Benar, kan? Kamu mencintainya Chris, oleh karena itu kamu tidak pernah tertarik oleh kaum hawa lain."

"I-Itu tidak benar!" sangkalku.

"Dan kau menyatakannya di umur yang sangat muda, sampai-sampai Yurigame dilarang kakekmu menampakkan diri di hadapanmu karena takut kamu punya kelainan."

"DIAMM!" pekikku berusaha menyangkal.

"Tapi ternyata cucunya memang mencintai sesosok arwah, bahkan sampai mencoba berbagai ritual seram hanya untuk menarik perhatiannya. Agar aku bisa berbicara dengan Yurigame, aku harus nekat." tambahnya, membuatku benar-benar kesal.

Aku tahu semua itu benar, dan selama hidupku aku berusaha menyangkalnya. Tapi mendengarnya dari mulut kotor setan sial itu membuatku benar-benar geram.

"DIAMLAH, SIALAN!" makiku.

"Kenapa kau tidak ke sini dan buat aku diam." tantangnya. 

Aku hanya bisa mengepalkan tangan dan menggertakkan gigi sambil melotot ke arahnya. Dadaku rasanya dipenuhi rasa panas yang meletup-letup. Sebuah ide tiba-tiba muncul di dalam otakku. Mungkin aku bisa menyelamatkan keduanya, ritual ini maupun Yurigame. 

[KUMPULAN CERPEN] Stacy's CursesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang