The Beginning (3)

155 12 4
                                    

This part of Story was written by Viona Ang.

"Jadi, kita mau belajar apa hari ini?" tanyaku sambil melepaskan pelukan kami berdua.

"Tunggu, aku punya sesuatu yang lebih menarik untuk dilakukan daripada belajar." bisik Amanda sambil tersenyum semangat, melunturkan semua niat belajar yang kumiliki seketika.

"Apa?" tanyaku penasaran.

"Kemarin aku mendengar suara kucing kecil di dekat sini, sepertinya sekarang dia bersembunyi di gudang itu, mungkin kita bisa pungut dan pelihara? Seperti kisah yang pernah kamu ceritakan dulu, pasti seru." jelasnya sambil menunjuk ke arah gedung terbengkalai di atas bukit dekat rumahnya.

Gedung itu sepertinya sudah berumur ratusan tahun, sulur-sulur sudah memenuhi dindingnya yang menghitam. Gedung setua itu, pasti ditinggali banyak makhluk mengerikan! Memikirkannya saja membuat bulu kudukku berdiri.

"Sepertinya, lebih baik kita tidak ke sana, deh." sahutku sambil memeluk Emily erat.

"Oh, apa kamu takut?" tanyanya tepat sasaran. "Tidak apa-apa, aku akan menjagamu seperti biasanya, hehehe."

Iya juga, jika kita melakukan semuanya bersama-sama, pasti lebih tidak menyeramkan dan terasa menyenangkan.

"Lagipula, kasihan juga, loh, kucing kecil itu. Tidak ada yang tahu keberadaannya, bisa saja dia mati kelaparan, atau kedinginan karena kehujanan kemarin." bujuk Amanda.

"Iya-iya, ayo deh, tapi janji kamu harus selalu di sampingku." sahutku setuju sambil menggandeng tangannya.

Baru saja sampai di ambang pintunya, bau oli bercampur tembakau menusuk hidungku. Ketika kucoba mengintip melalui lubang pintu gudang tersebut, mayoritas yang kulihat adalah warna hitam, sisanya hanya beberapa puing dan lantai kotor penuh pasir yang terkena paparan cahaya matahari yang masuk melalui dinding dan genting yang sudah hancur. 

Bulu kudukku kembali meremang, aku menghentikan langkahku.

Amanda langsung menoleh melihatku. "Tidak apa-apa, Stacy, sedikit lagi, ayo."

Aku tidak paham apa yang membuat Amanda begitu berani memasuki gedung tua seperti ini hanya berdua saja. Padahal hantu tanpa kepala bisa saja datang kapan pun untuk menculik kami berdua. 

"Puss, sini, Puss" panggil Amanda sambil membuka pintu kayu yang sudah lapuk tersebut dan menarikku masuk.

"Puss?" panggilku lirih sambil menggenggam erat Emily dan tangan Amanda.

BRAK!!!

Baru saja aku maju tiga langkah memasuki gudang tersebut, sesuatu sudah menghantam kepalaku dengan keras, membuatku langsung terjerembab ke lantai sambil mengaduh kesakitan. Kepalaku pusing, dan pandanganku berputar-putar, aku mencoba untuk mencari apa yang menghantamku, tapi aku tidak dapat melihat ada sosok lain selain kami di sana.

Jangan-jangan hantu tanpa kepalanya beneran muncul?

"Makan, tuh, babu!" umpat suara familiar dari arah pukulan tersebut.

Ketika sosok itu menyalakan sebuah lampu minyak yang ia pegang di tangannya, barulah tampak bahwa dia sama sekali bukan hantu, melainkan iblis bernama Shirley. Ia berdiri dengan seringai kemenangan sambil memegang sebuah kayu besar yang baru saja digunakan untuk memukul kepalaku.

"Shirley!?" pekikku kaget. "Apa yang mau kamu lakukan pada kami? Jangan ganggu kami!" pekikku sambil merangkak mundur.

"Kami?" Shirley membeo, diikuti tawa yang keras dari berbagai penjuru ruangan.

[KUMPULAN CERPEN] Stacy's CursesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang