A Bloody Farewell (6)

49 6 0
                                    

This part of Story was written by Viona Ang.

AXEL POV

Bagaimana dia bisa tahu apa yang kami sudah lakukan padanya, siapa yang memberitahunya?

Lalu, sejak kapan bahasa yang ia gunakan jadi baku seperti itu, sih, aneh sekali.

Tanpa sadar, aku segera mengambil jarak dengan menyeret kakiku yang terluka sambil melirik ke sana kemari mencari pedang sakti pemberian Stacy yang tadi kugunakan untuk menebas Nico.

Tidak ada.

Ke mana perginya pedang itu di saat aku paling membutuhkannya? 

Ah, sudahlah, lawannya cuma cewek mungil, seharusnya tidak perlu sampai pakai pedang segala. Tanpa perasaan ragu, segera kutendang perut Rachel dengan kakiku yang tidak terluka hingga ia terpelanting ke belakang.

Tak butuh waktu lama untuknya kembali bangkit dan melotot ke arahku dengan penuh kebencian.

"Dasar pengkhianat!" jerit Rachel sambil berlari menerjang ke arahku.

Awalnya kupikir aku bisa menghadang tubuh mungilnya itu dan membantingnya ke belakang sehingga aku tidak menghindar.

Namun anehnya, justru tubuhku lah yang terpelanting ke belakang hingga menabrak tembok.

Rachel, cewek lemah yang bahkan kalah beradu panco dengan seorang anak SD bisa membuatku terpelanting ke belakang sejauh ini? Tentu saja mustahil! Meskipun memang kekuatanku seakan terkuras begitu saja setelah Nico kehilangan kesadarannya, tapi mana mungkin cewek semungil itu bisa mengudarakan tubuhku yang sebesar ini!?

"T-Tunggu!" pekikku ngeles agar Rachel tidak melayangkan serangan lain selagi aku berusaha bangkit. "Gue nggak paham maksud lo, emang kita ngapain?"

"Tidak usah sok tidak tahu, begitu." hardiknya. "Kalian—" "Sejak kapan lo jadi formal, gitu?" potongku buru-buru.

Ia tersenyum meremehkan, membuatku menautkan alis.

Detik selanjutnya ia sudah menerjang ke arahku dengan kecepatan maksimum sambil membawa belati di tangannya. Ia menebaskannya ke arah leherku dengan cepat, untunglah aku bisa menghindarinya.

"Akh!" teriaknya jengkel sambil menusukkan kembali belatinya ke arah pundak kananku, kali ini berhasil kutangkap tangannya.

Untung aku sempat belajar pertahanan diri dulu.

Kupelintir tangan kanannya hingga terpaksa membuka dan menjatuhkan belati di tangannya, dan menguncinya ke belakang punggung. Ia meronta-ronta kesakitan, mencoba untuk lepas, namun aku menekan lengannya lebih keras hingga membuatnya menjerit kesakitan.

"Lo gerak lagi, gue patahin nih lengen." ancamku sambil menggiringnya maju ke arah kasur pasien tempatku mengikat Nico.

Tubuh Rachel tiba berubah kaku. Ia bergumam lirih dengan bahasa asing yang entah apa artinya.

Tanpa menghiraukannya, kuraih rantai yang tadinya mengikat kaki Nco dan memasangkannya ke tangan Rachel. Belajar dari pengalaman, rantai itu tidak kuikatkan pada kasur pasien rapuh yang berhasil dijebol Nico melainkan pada pilar sehingga Rachel kini berada pada posisi memeluk sebuah pilar besar dengan tangan terikat ke belakang. Usai mengikatnya, aku segera menghampiri Bella untuk membantu membuka ikatan tali tambang di tangannya.

Tepat sedetik setelah melepaskan ikatan tangan Bella, ia langsung membuka isolasi yang membungkam mulutnya dan memekik, "DI BELAKANG!!!"

Aku menoleh, namun sedetik terlambat.

Rachel yang entah bagaimana berhasil kabur dari ikatan rantaiku telah menusukkan belatinya ke pundak bagian kananku.

"ADUH!" teriakku sambil berusaha menyikut lutut Rachel yang tengah berdiri di belakangku.

[KUMPULAN CERPEN] Stacy's CursesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang