Chapter 11

4.2K 255 8
                                    

"Siang Om Findo!" Prilly menyapa Findo sang sutradara membuat Findo menoleh ke arahnya dengan sedikit terkejut.

"Loh, Prill kamu ngapain ke sini?" Tanya Findo heran. Bukankah harusnya Prilly berada di rumah?

"Ih Om Findo kok gitu banget sih! Emang kalo aku enggak shooting, aku enggak boleh ke sini?" Balas Prilly kesal.

"Bukan gitu maksud om, tapi kan kamu harusnya banyak istirahat di rumah. Ingat loh usia kandungan kamu udah 7 bulan." Findo memberi pengertian. Bisa gawat jika ibu hamil yang satu ini marah pasti Findo akan menjadi sasaran empuk kemarahannya.

"Tapi aku bosan om di rumah terus!" Prilly menunduk seraya mengelus perut buncitnya yang kini sudah menginjak usia tujuh bulan.

"Prill, kok nangis?" Tanya Findo panik sedangkan Prilly hanya diam tak mau menatap ke arahnya.

Prilly menghapus air mata yang mulai membanjiri pipinya yang semakin hari semakin bertambah chubby. Sedih rasanya melihat Findo sang sutradara yang seolah tak menginginkan kehadirannya. Padahal Prilly hanya ingin berkunjung, tak bolehkah?

Setelah usia kandungannya memasuki trimester ketiga, Prilly memang cuti dari hiruk pikuk dunia striping. Untuk saat ini Prilly hanya menerima tawaran tertentu saja, misalnya sebagai bintang tamu di acara talkshow atau apa pun itu yang tidak membuatnya lelah.

Bukan ingin Prilly sebenarnya, tapi Ali yang mengharuskannya melakukan ini. Prilly bisa apa jika sang suami sudah memutuskan? Toh, ini juga untuk kebaikannya bukan?

"Loh, Prill! Mau ke mana lagi kamu?" Tanya Findo saat Prilly membalikkan badannya dan berjalan menjauhi Findo.

"Ke mana aja asal Prilly bisa diterima dengan baik." Balas Prilly tanpa menoleh.

"Enggak gitu maksud om, Prill!" Findo mengikuti langkah Prilly dari belakang berniat mensejajarkan langkah mereka.

"Percuma juga Prilly di sini, kan kehadiran Prilly enggak diharapkan." Ucap Prilly sambil terus menyeka air matanya dengan langkah yang semakin dipercepat.

"Sayang!" Dari kejauhan Ali memanggil Prilly kemudian berlari menghampirinya.

Saat Ali sudah berada di hadapannya dengan segera Prilly masuk ke dalam pelukan hangan itu. Ali yang tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi hanya membalas pelukan itu seraya mengusap punggung istrinya itu untuk menenangkan.

"Kamu kenapa nangis sayang?" Tanya Ali lembut namun Prilly masih enggan membuka suara. Ali menghela nafasnya kemudian menoleh pada Findo yang sedang menatap memelas ke arahnya. Sepertinya Ali tahu siapa yang membuat Prilly menangis.

"Li..." Ali menaruh telunjuk ke bibirnya mengisyaratkan untuk Findo tidak membuka suara lebih dulu. Akhirnya Findo hanya diam menunggu sampai ibu hamil itu sedikit tenang.

"Om Findo jahat!" Akhirnya suara manja khas Prilly terdengar mengadu pada Ali.

"Jahat kenapa?" Tanya Ali seraya sedikit mengurai pelukannya untuk menatap wajah istrinya yang sudah banjir air mata.

"Om Findo enggak suka kalo aku datang ke sini, padahal aku cuma mau makan siang bareng kamu. Lagi juga aku bosan di rumah terus." Prilly mengadu dengan mata yang kembali berkaca-kaca membuat Ali kembali menarik istrinya itu ke dalam pelukannya.

Ali menoleh lagi pada Findo yang sedari tadi meperhatikan mereka. Findo menggeleng seolah meyakinkan Ali bahwa maksudnya bukan seperti itu. Ali hanya tersenyum, ia paham ini bukan salah Findo tapi istrinya ini yang memang terlalu sensitif dan Ali tahu itu.

"Udah ya, gak usah dipikirkan lagi. Sekarang kita makan aja, katanya kamu mau makan siang bareng aku?" Ali mencoba mengalihkan pembicaraan. Jika dibiarkan seperti ini terus maka masalahnya tak akan selesai.

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang