Chapter 32

1.9K 246 19
                                    

"Prilly, take!"

Prilly bangkit dari duduknya lalu menatap Ali yang juga menatapnya. Lelaki itu mengulas senyum tipis mengizinkan Prilly melakukan tugasnya. Setelah mendapat izin Prilly pun berlalu.

Ali yang melihat Prilly sudah bergabung dengan pemain lainnya pun mulai sibuk mengutak-ngatik ponselnya. Lelaki keturunan Arab itu sedang menanyakan keadaan buah hatinya pada Gisel. Sebenarnya lelaki itu tidak tenang meninggalkan Narendra dan Naela tanpa pengawasan darinya atau pun Prilly.

"Boleh gue duduk di sini?" Ali mengalihkan pandangannya dan mendapati Dimas yang berdiri di sampingnya.

"Tempatnya bebas untuk siapa aja." Balas Ali kemudian kembali fokus pada ponselnya.

"Anak-anak lo, kenapa gak diajak?" Tanya Dimas memulai percakapan.

"Prilly shooting sampai malam, kasihan mereka kalo harus ikut." Balas Ali seadanya.

"Iya sih, tapi mereka gak rewel mau ikut gitu?" Tanya Dimas lagi. Entah apa yang sebenarnya Dimas inginkan hingga membuatnya banyak bertanya seperti itu.

"Enggak, mereka tidur waktu gue tinggal." Walaupun malas, tapi Ali tetap menjawab.

"Lo gak kerja? Dari kemarin lo temani Prilly terus." Tanya Dimas lagi. Seperti wartawan saja bertanya tanpa henti.

"Kerja kok, cuma gue belum ambil tawaran shooting." Jawab Ali lagi. Kapan Dimas pergi dari hadapannya?

"Kenapa?"

"Harus banget lo tahu alasannya?" Tanya Ali jengah. Ayolah, Ali datang untuk menemani Prilly bukan untuk di introgasi.

"Sorry!" Ucap Dimas menyadari kesalahannya. Ali hanya diam tak menanggapi.

"Sayang!" Ali mengalihkan pandangannya pada Prilly yang sepertinya sudah selesai melakukan pengambilan gambar.

"Capek?" Tanya Ali saat Prilly sudah duduk di sampingnya.

"Sedikit, tapi perut aku sakit dari tadi ketawa terus." Adu Prilly manja.

"Perut kamu sakit?" Tanya Ali panik dengan tangan yang mengelus perut Prilly lembut.

"Gapapa sayang, baby-nya baik-baik aja kok." Ucap Prilly menenangkan.

"Katanya tadi perutnya sakit." Ucap Ali masih terus mengelus Prilly.

"Baby lapar katanya." Ucap Prilly membuat Ali yang sedang mencium perut Prilly mendongak.

"Mau apa?" Tanya Ali pengertian. Lelaki itu sudah tahu jika Prilly akan meminta sesuatu yang tak mudah Ali dapatkan.

"Baby mau nasi goreng, tapi yang jual namanya harus Ujang." Ucap Prilly dengan puppy eyes andalannya.

"Ini masih siang, yakin mau nasi goreng?" Tanya Ali bingung. Pasalnya pedagang nasi goreng biasanya berjualan pada malam hari.

"Kamu gak mau turuti keinginan baby?" Prilly balik bertanya dengan mata yang sudah siap mengeluarkan tangisnya.

"Iya, aku cari sekarang!" Balas Ali cepat. Jangan sampai ibu hamil ini marah, bisa tidak diajak bicara seharian.

"Ingat sayang, harus yang penjualnya namanya Ujang!" Pekik Prilly karena Ali sudah berada cukup jauh dari tempatnya.

"Ngerjain suami ya?" Tanya Dimas membuat Prilly yang tengah tersenyum melihat Ali yang terburu-buru langsung mengalihkan pandangannya.

"Bukan gue, anak gue yang mau lihat daddy-nya berusaha." Balas Prilly sambil mengelus perutnya.

"Seru ya hamil dan suaminya harus mau melakukan segalanya untuk calon anaknya." Ucap Dimas namun pandangannya tidak pada Prilly, pandangannya kosong ke depan.

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang