Chapter 16

3.6K 236 7
                                    

"Sayang! Bantu aku sisir rambut dong!" Prilly tersenyum mendengar rengekan Ali. Ah sepertinya sifat manja suaminya mulai muncul.

"Sebentar dong sayang! Gak lihat aku lagi ngapain?" Balas Prilly lembut sambil mengusap rambut Baby Naela yang tengah menyusu dengan sayang.

"Kamu mah gitu, baby terus yang diperhatiin. Aku nya kapan?" Ali cemberut kemudian merebahkan dirinya di atas ranjang tepat di samping Prilly.

"Bobo yang nyenyak ya sayang! Mommy mau urusin bayi besar dulu." Prilly terkekeh mendengar ucapannya sendiri kemudian mengembalikan Baby Naela ke boxnya.

"Sayang, kamu jangan gini dong! Kamu harus mulai terbiasa dengan perhatian aku yang terbagi antara kamu dan baby kita." Prilly menghampiri Ali kemudian duduk di sampingnya.

"Kamu yang harusnya gak boleh gitu, kamu gak adil. Kamu bilang perhatian kamu dibagi untuk aku dan baby kita, tapi aku gak merasakan itu. Kamu mementingkan baby terus, sedangkan aku enggak diperhatikan." Ali makin cemberut membuat Prilly menghela nafasnya lelah.

"Aku kurang perhatian apalagi sayang? Aku selalu siapkan pakaian kamu, aku masakin kamu setiap hari, aku selalu tunggu kamu sampai kamu pulang shooting. Apa itu semua gak cukup?" Tanya Prilly lembut. Ali hanya diam tidak mengatakan apa pun.

"Sayang, kamu enggak bisa manja-manja seperti dulu lagi. Aku juga enggak bisa manja-manja seperti dulu lagi sama kamu. Karena apa? Karena sekarang kita udah punya tanggung jawab baru, kita harus rawat abang dan adek dengan baik, kita harus mendidik mereka agar menjadi pribadi yang baik. Aku harap kamu mengerti, sayang!" Ucap Prilly dengan tangan yang terulur mengambil sisir yang tergeletak di ranjang mereka.

"Maafin aku sayang, maaf karena aku egois!" Ali bangkit dari posisinya kemudian memeluk Prilly dengan erat.

"It's oke, sayang. Mau bantu aku untuk merawat dan mendidik anak kita?" Tanya Prilly membuat Ali mengangguk dengan cepat.

"Mau sayang, mau banget!" Balas Ali dengan semangat.

"Oke! Jadi, masih mau mommy bantu sisir rambutnya?" Tanya Prilly jahil.

"Mau mommy!" Kali ini Ali menjawab dengan sangat bersemangat membuat Prilly terkekeh geli.

"Ya udah, sini mommy bentuk rambutnya jadi jambul biar daddy semakin ganteng." Dengan cepat Ali memgubah posisinya menjadi duduk di lantai sedangkan Prilly masih tetap duduk di atas ranjang.

"Nah, udah selesai! Tambah ganteng deh daddy-nya Abang Naren sama Dedek Nae." Prilly tersenyum bangga saat melihat suaminya semakin tampan dengan jambul yang ia buat.

"Terima kasih, mommy!" Ali bangkit dari duduknya dan mencium pipi istrinya singkat.

"Tapi kamu harus ingat! Ganteng boleh, tebar pesona jangan!" Prilly mengingatkan yang langsung diangguki oleh Ali.

"Siap mommy-nya Abang Naren dan Dedek Nae." Ali memberi hormat pada Prilly membuat keduanya tertawa bersamaan.

"Eh iya sayang, kita belum ngadain acara aqiqah buat baby kita." Tiba-tiba Prilly teringat akan acara aqiqah kedua buah hatinya yang belum dilaksanakan.

"Ah iya juga, padahal abang sama adek udah hampir tiga minggu hadir menemani kita." Balas Ali yang memang lupa akan acara itu karena jadwal shooting-nya yang sangat padat apalagi setelah ia tinggal cuti beberapa minggu membuatnya harus benar-benar fokus dengan pekerjaan.

"So, kita mau kapan ngadain acara aqiqah?" Tanya Prilly yang kini sudah menyandarkan tubuhnya di dada bidang sang suami.

"Gini aja, aku hari ini tanya sama Om Findo scene aku yang sedikit hari apa terus nanti aku sekalian tanya juga sama Bang Rama jadwal aku yang kosong hari apa."

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang