Chapter 29

2.3K 238 13
                                    

Jreng...

Jreng...

Jreng...

Ali menatap sendu pada Narendra yang sedang memainkan ukulele di pinggir kolam renang. Jujur saja, Ali merasa bersalah karena sudah membentak putranya itu.

"Abang!" Ali menghampiri Narendra kemudian duduk di sampingnya.

"Tenapa, dad? Atu buat calah lagi?" Tanya Narendra pelan.

"Daddy minta maaf udah bentak kamu, daddy gak sengaja." Ucap Ali sambil mengelus rambut hitam putranya.

"Ntak papa, atu memang natal. Daddy boneh malah lagi." Balas Narendra tanpa mengalihkan pandangan dari air kolam.

"Gak gitu, bang. Daddy melakukan itu biar abang sadar, semarah apapun abang sama mommy gak boleh sampai menyakiti mommy. Ingat bang, saat orang lain menyakiti kita tidak boleh membalasnya. Karena kalo sampai abang membalas, artinya abang sama jahatnya dengan dia. Paham?" Nasehat Ali. Mungkin ini terdengar sedikit sulit dipahami oleh anak seusia Narendra, tapi Ali yakin anaknya itu sudah mengerti apa yang ia bicarakan.

"Maaf dad, atu calah. Atu jaat cama mommy." Narendra menangis kencang membuat Ali segera menarik putranya ke dalam pelukannya.

"Enggak bang, kamu hanya belum mengerti. Jangan diulangi, ya?" Dalam pelukannya Ali merasa Narendra mengangguki ucapannya.

"Sekarang abang minta maaf sama mommy." Titah Ali yang mendapat anggukan dari Narendra. Namun, anak berusia tiga tahun itu masih diam di tempatnya membuat Ali bingung.

"Katanya mau minta maaf, kok masih di sini?" Tanya Ali heran.

"Atu malu dad, temani ya?" Pinta Narendra dengan mata hazel persis mommy-nya yang selalu membuat Ali terbius dalam tatapnya.

"Tumben malu, biasanya abang gak pernah malu sama mommy." Ejek Ali membuat Narendra mengerucutkan bibirnya.

"Dad!" Rengek Narendra membuat Ali tertawa.

"Iya, iya. Ayo!" Ali berdiri kemudian membantu Narendra untuk berdiri. Keduanya melangkah masuk ke dalam villa.

"Daddy!" Pekik Naela di ambang pintu membuat Ali dengan segera menghampirinya.

"Kenapa, sayang?" Tanya Ali sambil membawa Naela ke dalam gendongannya.

"Daddy, mommy tidul atu banunin tapi entak banun-banun." Celoteh Naela membuat Ali tersenyum. Ali kira ada apa, dasar Naela senang sekali membuat Ali panik.

"Gapapa sayang, mungkin mommy capek." Jelas Ali. Namun, Naela menggeleng tidak setuju.

"Entak, dad. Talo capek mommy halusnya tidul di kamal, butan di latai." Kali ini penjelasan Naela membuat Ali panik.

"Di lantai?" Tanya Ali memastikan dan Naela mengangguk membenarkan.

Tanpa menunggu lama Ali segera masuk ke dalam dengan Naela di gendongannya diikuti Narendra di belakangnya.

"Sayang!" Pekik Ali saat melihat Prilly tergeletak di dekat dapur.

"Abang, adek! Kita bawa mommy ke kamar." Ucap Ali kemudian menurunkan Naela dan beralih menggendong Prilly dan membawanya ke kamar.

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang