Chapter 10

4.5K 255 15
                                    

"Pantas sekarang hujan, ternyata langit sedang menangis karena bidadari-nya turun ke bumi." Prilly hanya tersenyum mendengar gombalan Ali seraya mengelus tangan Ali yang melingkar mesra diperut buncitnya.

"Apa sih kamu? Udah ah lepas, nanti kalo ada yang masuk gimana?" Namun bukannya mengikuti perintah Prilly, Ali justru malah semakin mengeratkan pelukannya dan mencium bahu istrinya itu dengan lembut.

"Biar aja sih, kita kan udah halal. Ngapain takut dilihat orang?" Balas Ali membuat Prilly hanya bisa pasrah dan menikmati pelukan Ali yang selalu membuatnya nyaman.

"Li... Eh sorry sorry, kalo gitu gue keluar lagi deh!" Suara dari seseorang yang membuka pintu membuat Ali melepaskan pelukannya dan menoleh ke arah pintu yang sudah tertutup kembali.

"Tuh kan dilihat Baja, kamu sih!" Prilly memukul lengan suaminya pelan.

"Baja doang, biar aja. Biar dia ada inisiatif buat nikah. Jomblo sih!" Balas Ali santai kemudian mendudukkan dirinya di samping Prilly.

"Eh, gak boleh gitu sama sepupu!" Prilly mengingatkan.

Ya, yang baru saja mengganggu aktivitas Ali adalah Baja, sepupunya. Baja adalah sepupu terdekat Ali, bahkan bisa dibilang Baja adalah saksi kisah cintanya bersama Prilly.

Dulu, waktu Ali dan Prilly masih backstreet Baja yang setia menemani Ali untuk menyambangi rumah Prilly. Saat hubungan Ali dan Prilly sedang tidak baik-baik saja pun, Baja adalah orang pertama yang menjadi tempat curhat Ali. Bahkan saat Ali tahu Prilly sudah memiliki kekasih baru, Baja juga yang menjadi saksi betapa terpuruknya Ali saat itu.

"Eh tapi benar deh, malam ini kamu cantik banget!" Ali kembali memuji penampilan Prilly membuat istrinya itu tersipu malu.

"Kan aku cantik juga buat kamu." Balas Prilly seraya tersenyum manis.

"Benar nih, kamu cantik buat aku?" Kali ini pertanyaan Ali sukses membuat Prilly kebingungan.

"Loh? Benar dong, emang aku mau cantik buat siapa lagi?"

"Kali aja kamu mau tampil cantik di depan mantan." Balas Ali yang dihadiahi pukulan cukup keras oleh Prilly dibahunya.

"Aliiii!!!! Tega banget kamu ya bilang kayak gitu sama istri sendiri! Jahat!" Setelahnya Prilly menangis histeris membuat Ali panik.

"Eh, enggak-enggak! Aku bercanda, udah dong sayang jangan nangis! Udah ya udah!" Ali segera menarik Prilly ke dalam pelukannya mencoba menenangkan wanitanya itu.

"Kamu jahat!"

"Iya sayang iya! Aku jahat! Maaf, aku tadi cuma bercanda!"

"Tapi aku gak suka!"

"Udah ya, jangan nangis lagi. Nanti make up kamu luntur, gimana?"

"Emang kenapa kalo make up aku luntur? Aku gak cantik lagi, iya? Terus kamu gak cinta lagi sama aku? Mau cari pengganti aku? Silakan!" Balas Prilly emosi membuat Ali memejamkan matanya mencoba meredam emosinya agar tak membentak istri tercintanya itu.

"Jangan bicara seperti itu lagi Prilly! Sejak aku mengucap qobul atas kamu, sejak saat itu juga aku berjanji untuk bersama kamu selamanya. Sampai mati pun aku gak pernah ada niat untuk mencari pengganti kamu!" Setelah mengatakan itu dengan tegas Ali berlalu meninggalkan Prilly yang masih terpaku di tempatnya.

****

"Lo kenapa?" Tanya Baja saat Ali tiba-tiba duduk di sampingnya.

"Gapapa!" Balas Ali singkat.

"Sorry kalo tadi gue udah ganggu lo!" Ucap Baja merasa tak enak.

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang