Chapter 37

1.4K 157 25
                                    

"Daddy!" Lamunan Ali terhenti saat mendengar suara anak kembarnya.

"Abang! Adek!" Sambut Ali kemudian menggendong kedua anaknya bersamaan.

"Mommy, ntak papa?" Tanya Narendra khawatirnya. Raut wajahnya persis Ali saat sedang mengkhawatirkan Prilly.

"Mommy gapapa, abang sama adek gak usah khawatir." Ucap Ali lalu mengecup pucuk kepala anaknya bergantian.

"Mommy bobo?" Tanya Naela saat melihat Prilly belum membuka matanya.

"Iya, sayang. Mommy butuh banyak istirahat, biarin mommy bobo ya!" Balas Ali yang tentu saja mendapat anggukan patuh dari si kembar.

"Ali!" Ali menoleh pada Mama Rena yang memang sejak awal masuk hanya diam membiarkan kedua cucunya untuk lebih dulu mengetahui kondisi Prilly.

"Ma!" Ali langsung mencium punggung tangan mamanya hormat.

"Yang sabar ya! Ingat, rezeki, jodoh, dan maut sudah ada yang mengatur. Jangan menyesali apa yang sudah terjadi, berusahalah untuk memperbaikinya." Ucap Mama Rena yang dibalas senyuman hangat oleh Ali.

"Iya, ma. Ali akan berusaha untuk memperbaiki semuanya." Balas Ali masih dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya.

Mamanya benar, walaupun hati Ali menangis tapi ia harus bangkit demi istri dan anak-anaknya. Ali yakin akan ada hikmah dibalik semua kejadian.

"Mommy!!!" Pekikan dari si kembar menghentikan obrolan Ali dan sang mama.

"Sayang, kalian di sini?" Tanya Prilly melihat kedua buah hatinya duduk di atas ranjang.

Untung saja ranjang yang ditempati prilly ini cukup besar. Jadi tidak masalah jika Naela dan Naren ikut ada di atas ranjang.

"Mommy, danan takit!!!" Ucap Naela kemudian memeluk Prilly.

"Enggak sayang, mommy gapapa!" Prilly mengelus kepala putrinya sayang. Ah, Prilly harus banyak-banyak bersyukur karena sudah di karuniai buah hati sebaik dan semanis si kembar.

"Mommy, mau Nalen pijit?" Tanya Naren yang kini sudah duduk pangkuan Ali.

"Enggak abang! Gak usah ya!"

"Yaudah mama pulang ya! Gapapa kan si kembar di sini?" Tanya Mama Rena setelah melihat jam tangannya.

"Gapapa ma, mereka gak ngerepotin kok!" Balas Prilly diiringi senyum menenangkan. Bagaimana mungkin Prilly merasa repot oleh anak kandungnya sendiri?

"Makasih ya ma, udah jagain abang sama adek! Maaf kalo ngerepotin." Ucap Ali merasa tak enak.

Harusnya setelah menikah Ali tidak merepotkan mamanya lagi. Prinsip Ali dan Prilly mereka tidak mau menitipkan anak-anak mereka pada orang tua. Bukan karena tidak percaya, tapi mereka sadar bahwa dulu mereka juga dirawat oleh orangtua. Mana mungkin mereka tega membuat orang tua mereka repot lagi?

"Gapapa, mama juga senang di rumah ada mereka. Rame!!!" Balas Mama Rena sambil terkekeh.

"Mereka emang berisik ma, berantem terus!" Ucap Prilly tertawa. Gemas rasanya jika mengingat tingkah laku Narendra dan Naela.

"Cepat sembuh ya sayang!" Mama Rena mengecup kening Prilly kemudian benar-benar pamit.

"Mommy, tatanya tita entak jadi puna adek?" Tanya Narendra polos.

Prilly terdiam. Bingung bagaimana menjelaskannya pada anak sekecil Narendra dan Naela.

"Adeknya lebih disayang Allah. Gapapa ya!!!" Ali mengelus kepala Narendra sayang.

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang