Chapter 15

3.6K 259 27
                                    

"Assalamualaikum!!!" Suara bel dan ucapan salam membuat Prilly yang tengah memasak makan siang menghentikan aktivitasnya dan bergerak untuk melihat tamu yang datang.

"Waalaikumsalam!!!" Prilly menjawab sembari membuka pintu untuk sang tamu. Dilihatnya beberapa rekan artis di sinetronnya terdahulu berdiri dengan membawa beberapa bingkisan.

"Ayo, silakan masuk!" Prilly mempersilakan tamunya untuk masuk dan tepat saat orang terakhir akan masuk Prilly mematung di tempatnya. Ternyata ada Dimas di dalam rombongan itu.

"Maaf ya semua, cuma ada ini di rumah." Ucap Prilly dengan membawa beberapa botol minuman teh kemasan dan camilan.

"Duh, jangan repot-repot Prill! Kami ke sini cuma mau tengok kamu sama lihat dedek bayi." Ucap Lani, istri dari salah satu artis yang pernah berperan menjadi ayah Prilly. Lani juga merupakan orang yang cukup dekat dengan Prilly, bahkan dulu Lani adalah orang yang sangat mendukung hubungannya dengan Dimas.

"Gapapa tante, aku gak repot kok." Balas Prilly kemudian duduk di samping Dimas karena memang hanya itu tempat yang kosong.

"Mommy! Abang Naren haus nih!" Tiba-tiba Ali turun dari lantai atas dengan Babay Narendra di gendongannya.

"Cup... Cup... Anak mommy haus ya?" Prilly mengambil alih Baby Narendra dari gendongan Ali.

"Sayang, kamu temani mereka dulu ya? Aku mau kasih ASI dulu buat abang ganteng ini." Ucap Prilly membuat Ali mengalihkan pandangannya pada sekitar, ternyata sedari tadi ada beberapa orang di ruang tamu rumahnya.

"Kamu tenang aja, biar aku yang temani mereka di sini." Balas Ali membuat Prilly segera beranjak menuju kamar tamu.

"Silakan dinikmati!" Ucap Ali memecah keheningan yang terjadi di ruangan itu.

"Rumahnya bagus ya, walaupun enggak besar kayak rumah yang Prilly bangun sendiri." Ucap Lani tiba-tiba membuat Ali yang mendengarnya hanya mampu menghela nafas. Sepertinya kesabarannya tengah diuji kali ini.

"Rumahnya memang enggak besar, tapi rumah ini di desain atas kemauan Prilly. Saya hanya mewujudkan keinginan istri saya." Ucap Ali dengan tenang walaupun sudah jelas Lani tengah menghina dirinya secara tidak langsung.

"Ehm... Bang Ali, baby Naela di mana? Bawa dong gue pengen lihat! Masa gue cuma lihat di IG doang?" Ucap Baby Tsabina membuat Ali mengalihkan pandangan padanya kemudian tersenyum.

"Ada kok, Baby Naela lagi tidur. Nanti kalo udah bangun gue bawa ke sini." Balas Ali membuat Baby Tsabina mengangguk.

"Sayang, tolong matiin kompor dong! Sekalian kamu ajak teman-teman aku makan bareng ya!" Teriak Prilly membuat Ali dengan segera melangkahkan kakinya ke dapur.

"Ayo makan siang dulu!" Ajak Ali setelah mematikan kompor dan kembali menghampiri teman-teman Prilly.

"Gak ada asisten rumah tangga Li?" Tanya Lani saat melihat Ali menuangkan sendiri masakan Prilly pada mangkuk yang sudah tersedia. Ali hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Kamu gimana sih Li? Istrinya kan baru lahiran, anak kembar lagi. Masa kamu tega biarin Prilly urus semuanya sendiri?" Protes Lani membuat Ali menghela nafasnya. Sepertinya Lani benar-benar sedang menguji kesabaran Ali.

"Di makan ya semua! Masakan istri Ali enak banget loh, bahkan setiap di rumah Prilly selalu masak walaupun Ali gak minta. Katanya mau berbakti sama suami, sampai dia gak mau pakai asisten rumah tangga karena Prilly inginnya kami berdua yang saling membantu untuk mengurus rumah ini." Ucap Ali santai. Namun saking santainya Ali tak menyadari perubahan warna pada wajah Lani.

"Kamu ini, apa-apa tergantung istri. Harusnya suami dong yang bersikap. Kalo nanti Prilly kecapaian gimana? Pikir dong! Memang ya kamu itu beda banget sama Dimas!" Lani tetap tak mau kalah bahkan sampai membawa nama Dimas dalam ucapannya membuat lelaki itu tersenyum tipis merasa disanjung.

"Saya bukan gak punya sikap, tapi saya cuma mau mengabulkan apa pun yang istri saya mau. Gak perlu membandingkan saya dengan yang lain karena pada dasarnya semua orang diciptakan dengan karakter yang berbeda." Setelah mengucapkan itu Ali segera melahap makanannya karena menghadapi orang seperti Lani membutuhkan tenaga yang tak sedikit.

"Kan beda banget sama Dimas, dikasih tahu bukannya makasih malah kayak gitu. Banyak belajar sopan santun deh dari Dimas." Sepertinya Lani belum jera mendapat jawaban yang selalu telak dari Ali, buktinya wanita itu malah semakin jadi membandingkan Ali dengan Dimas.

"Sopan santun itu bukan cuma soal bagaimana kita bersikap kepada orang yang lebih dewasa tapi juga bagaimana cara kita menghargai orang lain termasuk kehidupan pribadinya. Hargai apa pun yang seseorang pilih dalam hidupnya, gak perlu terlalu banyak ikut campur karena yang menjalaninya adalah mereka bukan anda." Ucap Ali tanpa menatap orang-orang di sekitarnya. Andai saja Ali mengangkat wajahnya pasti mereka akan tahu bahwa Ali sedang menahan emosi karena wajahnnya sudah memerah dan tatapannya berubah menjadi tajam.

Ali bukan tipe orang yang sabar maka tak heran jika sedari tadi Ali mencoba menahan emosinya karena walau bagaimana pun wanita yang berusaha memancing emosinya itu adalah seseorang yang sudah Prilly anggap sepertinya ibunya sendiri. Ali tidak ingin membuat Prilly kecewa dengan meluapkan emosinya pada wanita itu.

"Jadi maksud kamu, tante terlalu ikut campur urusan rumah tangga kalian?" Tanya Lani tak terima.

"Ali gak bilang kayak gitu." Balas Ali yang kini sudah berani menatap Lani karena saat ini amarahnya sudah mulai mereda.

"Tapi secara tidak langsung kamu mengatakan itu!" Ucap Lani lagi.

"Kalo begitu berarti tante sendiri yang merasa kalo tante terlalu ikut campur dalam kehidupan kami." Balas Ali lagi kemudiam kembali melahap makanannya.

"Kamu...."

"Lo benar-benar ya! Harusnya lo enggak bilang kayak gitu sama Tante Lani." Tiba-tiba Dimas angkat bicara sambil menunjuk wajah Ali yang langsung ditepis dengan kasar.

"Gak usah tunjuk-tunjuk gue!" Ucap Ali tak terima. Emosinya kembali naik saat Dimas mencoba membela Lani.

"Gue gak suka lo bilang kayak gitu ke Tante Lani!" Ucap Dimas seraya bangkit dari duduknya.

"Gue juga gak suka dengar Tante Lani membandingkan antara gue dengan lo!" Balas Ali kemudian ikut bangkit dari duduknya.

"Harusnya lo bisa kasih tau Tante Lani dengan cara baik-baik!" Dimas menatap tajam pada Ali yang dibalas Ali dengan tatapan tak kalah tajam.

"Kurang baik apa gue dari tadi? Sejak tadi Tante Lani terus memojokkan gue, tapi gue diam aja. Dari tadi yang gue lakukan cuma menjawab semua pertanyaan yang dia kasih, apa gue salah?" Tanya Ali dengan wajah yang kembali memerah.

"Bang, udah sabar! Orang kayak dia gak usah lo tanggapi!" Baby Tsabina mencoba melerai pertengkaran mereka.

"Prilly sudah memilih, sebagai orang yang dekat dengan Prilly harusnya tante mendukung bukan malah sebaliknya. Prilly sudah menikah dan pernikahan bukan hal yang main-main, apa tante mau merusak pernikahan orang lain hanya demi kebahagiaan tante sendiri? Ingat tante, Prilly sudah punya anak dan itu bukti bahwa ikatan Ali dan Prilly sudah semakin kuat, jadi tolong jangan ikut campur urusan kami." Tiba-tiba Prilly datang dengan Baby Narendra dalam gendongannya.

"Prill, maksud tante..." Tante Lani tergagap melihat Prilly yang menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Prilly kira tante sudah menerima kalo Prilly dan Dimas memang gak bisa bersatu, tapi ternyata..." Prilly menggeleng tak percaya dengan apa yang ia dengar sejak tadi. Iya, sejak tadi Prilly memang mendengar semuanya karena suara mereka yang cukup keras membuat Prilly yang berada di dalam kamar mendengarnya dengan sangat jelas.

"Prill..."

"Tanpa mengurangi rasa hormat Prilly ke tante, Prilly minta tante dan Dimas untuk keluar dari rumah Prilly!"

Tbc...

Jeng... Jeng... Jeng...

Jangan emosi ya sama Tante Lani😪😪

Jangan lupa follow @aliandfareno @prilly.jasmine

#salamAPL
#ARstory

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang