Chapter 33

2.4K 240 27
                                    

"Gue minta maaf, mulai saat ini gue gak akan ganggu kehidupan keluarga kalian lagi." 

Ali dan Prilly yang terkejut segera menoleh ke asal suara. Terlihat Dimas berdiri tak jauh dari tempat mereka duduk. Jadi, Dimas yang baru saja bicara?

"Lo sehat?" Tanya Ali yang tentu saja mendapat tepukan pelan di lengannya oleh Prilly.

"Kenapa Dimas? Ada yang mau lo sampaikan?" Tanya Prilly lembut membuat Ali mendengus. Ayolah, Dimas masih belum move on, jika Prilly bersikap lembut yang ada Dimas akan semakin sulit melupakannya.

"Gue minta maaf! Gue sadar selama ini gue hanya terobsesi dengan Prilly, bukan masih mencintainya." Ucap Dimas sambil melangkah mendekat.

"Maksud lo?" Tanya Ali bingung.

"Gue hanya iri sama lo. Saat itu yang ada di pikiran gue, kenapa lo yang putusnya udah lama dan gak pernah kontakan bisa kembali lagi bahkan sampai menikah? Sedangkan gue yang putusnya secara baik-baik gak bisa kembali menjalin pertemanan?" Jelas Dimas membuat Ali mulai mengerti kemana arah pembicaraanya.

"Itu namanya jodoh!" Balas Ali sarkas. Sungguh lelaki itu tidak mau mengingat masa lalu lagi di mana dengan bodohnya ia meninggalkan Prilly.

"Iya gue tahu. Mungkin saat itu karena gue mendapat dukungan dari Tante Lani juga makanya gue berani untuk dekati Prilly padahal sebenarnya itu salah. Sorry!" Ucap Dimas tulus.

"Gapapa Dimas, gue udah maafin lo!" Balas Prilly membuat Ali menatapnya tak percaya. Terbuat dari apa hati istrinya ini? Kenapa dengan mudahnya ia memaafkan Dimas?

"Hah? Lo serius?" Tanya Dimas terkejut.

"Iya, asal lo gak melakukan kesalahan yang sama lagi!" Ucap Prilly membuat Dimas mengangguk semangat.

"Iya, Prill. Terima kasih!" Ucap Dimas hendak memeluk Prilly, namun dengan sigap Ali menahannya.

"Gak usah peluk-peluk! Mau lo gue suruh Prilly buat gak jadi maafin lo?" Tanya Ali meradang. Baru saja dimaafkan sudah kembali bertingkah. Ali jadi ragu untuk memaafkannya.

"Sorry, gue refleks!" Balas Dimas dengan senyum lebarnya membuat kedua lesung pipinya terlihat. Uuuhhh... Manis sekali senyumnya kan?

"Awas aja kayak gitu lagi, gue tampol lo!" Ucap Ali galak. Seramnya calon daddy ini!

"Seram banget. Iya, enggak!" Ucap Dimas sambil mendengus. Dasar posesif, cibirnya dalam hati. Tentu saja dia tidak berani mengatakan langsung, takut diajak baku hantam. Dasar lemah!

"Berarti sekarang kita teman kan?" Tanya Dimas membuat Ali berpikir sejenak.

"Sebenarnya lo gak termasuk dalam kriteria teman gue, tapi karena gue orang yang baik hati dan tidak sombong. Jadi, lo boleh temanan sama gue." Ucap Ali dengan senyum mengejek. Dasar tengil!

"Sialan lo!" Dimas mendorong bahu Ali kesal membuat Ali tertawa puas.

"Sekarang udah gak ada lagi salah paham ya? Kita teman!" Ucap Dimas sambil menyodorkan tangannya ke hadapan Ali yang di sambut baik oleh Ali.

Prilly tersenyum melihatnya. Ah, lega sekali rasanya melihat Ali bisa berdamai dengan mantannya. Prilly tahu Ali bukan orang pendendam, tak sulit bagi lelaki itu untuk memaafkan orang yang sudah bersalah padanya. Beruntung sekali Prilly memiliki suami seperti Ali.

"Aku bangga sama kamu, sayang!" Ucap Prilly memandang Ali haru. Ali tersenyum kemudian mengecup pucuk kepala Prilly singkat.

"Sayang, minggu ini kamu ada cek kandungan ya?" Tanya Ali setelah mengecek ponselnya.

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang