Happy reading...
"Nanti malam aku jemput, jangan nakal." Ucap Kevin mengacak rambut Wilo.
"Aku bukan anak kecil mas yang lagi di antar papa nya." Cemberut Wilo membuat Kevin terkekeh.
"Iya-iya, Afkel nya jangan di bikin nangis."
"Itu kan kerjaan kamu mas kalo ketemu Afkel." Wilo mencebik.
"Yaudah turun gih."
"Berasa di usir sama suami sendiri." Wilo yang mengerucutkan bibirnya tak bisa membuat Kevin tak merasa gemas dengan gerakan cepat Kevin mengecup bibir Wilo singkat.
"Mas ih sempet-sempetnya cium-cium."
"Biarin, gemesin sih." Jawabnya cuek.
"Yaudah aku turun, semangat latihannya. Kalo dah selesai ngumpul sama temen-temen kamu jangan mampir ke mana-mana lagi langsung jemputin aku." Wilo memang sedikit enggan berjauhan dengan suami nya, seharusnya di hari sabtu ini Kevin latihan setengah hari sisa nya mereka bisa gunakan untuk menghabiskan waktu berdua namun suami nya itu memiliki acara lain bersama teman-teman nya, sehingga malam baru bisa menjemput Wilo yang saat ini ia antarkan kerumah mami There.
"Iya sayang." Kevin mengecup kening Wilo sebelum meninggalkan Wilo dengan perasaan hampa yang akhir-akhir ini ia rasakan, sebuah rasa kosong ketika ia sendiri, dan tersenyum palsu seolah tampak baik-baik saja ketika ia bersama banyak orang termasuk bersama suami nya.
Wilo menghela nafas berat lalu melangkah kan kaki nya masuk kedalam rumah mami nya, ia kembali tersenyum ceria mendapati Afkel sedang bermain di ruang tamu.
"Halo ponakan aunty." Mendengar suara yang sangat familiar di telinga Afkel, membuat balita berusia 1,9 bulan pun menengok dan langsung menghabur kepelukan Wilo yang tengah berjongkok di dekat Afkel.
Wilo tertawa begitu Afkel menciumi nya bertubi-tubi, "ngen nty." Ucap balita yang merindukan aunty nya.
"Aunty juga kangen, kita jalan yuk." Ucapan Wilo membuat Afkel mengangguk semangat, balita kecil itu langsung sedikit berlari kearah kamar kedua orang tua nya yang memang terletak di bawah untuk memudahkan Afkel keluar masuk agar tak takut jatuh jika berada di lantai atas.
"Baru datang?" Ucap mami There yang baru keluar dari arah dapur.
"Iya mi." Jawab Wilo mendudukan diri di sofa.
"Udah sarapan? Tu Lala tadi cuma masak nasi goreng, kalo mau makan masih ada."
"Wilo udah sarapan tadi mi sebelum kesini." Mami There mengangguk.
"Anak gue mau lo bawa jalan?" Ucapan Lala membuat Wilo menoleh melihat Afkel yang saat ini berada di gendongan Lala.
"Iya kak, jarang kan ngajak Afkel jalan keluar."
"Kebetulan deh soalnya gue sibuk."
"Sibuk pacaran maksudnya." Sinis Wilo membuat Lala tertawa.
"Tau aja, yaudah gue siap-siapin Afkel dulu." Wilo mengangguk, bersyukur Afkel cukup dekat dengan diri nya sehingga ia tak merasa cemas membawa Afkel jalan berdua.
***
"Iya ini ponakan aku nama nya Afkel, emang kebetulan lagi gak sibuk jadi bisa ngajakin ponakan main." Wilo tersenyum menjawab pertanyaan wartawan yang tiba-tiba saja menemui nya ketika selesai bermain di playground bersama Afkel.
"Gimana perasaan kamu sendiri yang sampai saat ini belum di karuniai seorang anak?" Pertanyaan tersebut sukses membuat Wilo merasakan sesak yang luar biasa namun ia mampu menutupi dengan senyum teduh nya.
"Mau bilang bahagia gak mungkin ya." Kekeh Wilo, "jelas sedih pasti ada tapi semua balik ke Tuhan, kalo Tuhan belum kasih kita harus sabar buat nunggu."
"Gimana dengan suami?
"Suami baik-baik aja." Tawa Wilo, jika orang peka tawa itu jelas terdengar sumbang sirat akan kesedihan, "dia gak permasalahin bahkan dia yang selalu negur aku buat jangan terlalu di pikirin, bukan berarti kita gak mikirin sih tapi ya kalo Tuhan belum ngasih kepercayaan ya kita harus bisa berusaha lagi."
"Pernah berantem gak sih karena masalah ini?"
"Wah sejauh ini enggak sih, ya smoga enggak ya kita kan semua mau nya rumah tangga tu harmonis gak ada yang mau berantem-beranteman."
"Pernah kepikiran atau takut gitu kaya kebanyakan istri kalo belum bisa ngasih keturunan nanti suami berubah?" Sungguh Wilo ingin meledak saat ini mendengar pertanyaan yang sungguh-sungguh tak begitu bagus di pertanyakan, tapi lagi-lagi Wilo memendam gejolak hati nya yang ingin menangis di cecar pertanyaan-pertanyaan seputar anak yang membuat hati nya ngilu bukan main.
"Aku selalu ngedoktrin pikiran aku buat positif, gak ada kepikiran kaya gitu sejauh ini malah aku baru tau pikiran kaya gitu setelah ditanya begitu." Kekeh Wilo, "Kevin itu suami yang baik yang super duper ngerti dia gak suka kalo aku punya pikiran jelek, makanya aku gak pengen berfikir yang aneh-aneh ke suami sendiri, rumah tangga kita sejauh ini baik-baik aja itu udah lebih dari cukup, masalah buah hati kita serahkan semua ke Tuhan." Wilo sebisa mungkin tersenyum.
"Kalo untuk keluarga sendiri gimana?"
"Keluarga semua kasih dukungan dan doa berlimpah, sangat-sangat bersyukur mereka perhatian dan ngerti aku."
"Apa sejauh ini sudah sering program kehamilan?"
"Duh semua orang pasti berusaha pengen hamil dong masa diem aja, doain aja ya biar secepatnya di kasih kepercayaan." Wilo tersenyum dan segera pamit ketika melihat gelagat Afkel yang sudah tak nyaman, sebenarnya bukan hanya Afkel tapi juga diri nya yang lebih tak nyaman mendengar pertanyaan-pertanyaan sensitif.
"Udah dulu ya buat teman-teman, ini Afkel nya udah pengen cepet-cepet pulang, takut rewel soalnya dah jam-jam nya dia tidur." Kekeh Wilo langsung bergegas pergi dari kerumunan wartawan yang mungkin nanti akan Wilo hindari saja.
TBC
*koreksi
KAMU SEDANG MEMBACA
After (Completed)
Fiksi PenggemarBoleh di Follow sebelum dibaca;)✔️ ⬇️ #StoryWiloKevin2 [Sequel LoVin] Ada kalanya cinta memang menggenggam begitu erat, tapi ketika pikiran mulai tak sejalan menghampiri. Akan kah genggaman itu terlepas? . Find me on Instagram @Ipahpoo (2019)