Perpisahan memang membuat ku tak bahagia tapi jika aku adalah sebab air mata mu aku siap melepaskanmu kapan saja
~Happy Reading...
Dentingan sendok yang beradu dengan piring menghiasi meja makan yang berisi dua manusia tak saling berbicara, Kevin yang tiba-tiba meletakan sendoknya dengan cukup keras lalu bangkit dari duduknya untuk pergi latihan membuat Wilo memandang nanar sarapan yang tak di habiskan. Selalu seperti ini pemandangan setiap hari nya semenjak pertengkaran kedua nya saat itu. Sudah berapa hari ini Kevin tak tidur di rumah, pulang pagi lalu pergi lagi latihan. Kevin tak berbicara lagi dengan Wilo bahkan sebelumnya suami nya memilih tidur terpisah hal tersebut menimbulkan denyut nyeri yang di rasakan Wilo, perlahan isakan kecil mulai terdengar seperti ini kah rumah tangga nya sekarang, tak ada lagi kehangatan setiap hari nya melainkan seperti orang asing yang sekedar singgah lalu pergi.
"Waktu itu pulang latihan kerumah gue langsung dan sekarang dah berapa hari nginep di rumah gue, kaya gak punya rumah aja sih lu." Cerocos Fajar.
"Elah dah jar, gue tu setia kawan. lo yang mau nikah jarang-jarang gue temenin gini." Ucap Kevin sambil membersihkan luka di buku-buku jari tangan nya, luka yang ia dapat hasil dari memukul-mukul tembok saat perasaannya tidak baik-baik saja.
"Alasan aja lu, liat keadaan lu kaya gini gak mungkin lu gak ada apa-apa sama Wilo." Kevin menghela nafas lemah, biar pun Fajar bermulut nyablak tapi ia salah satu sahabat terdekat Kevin, "nih perban, perban dulu tu tangan lu. Gak usah kaya anak kecil mukul-mukul tembok." Fajar melempar perban di sambut Kevin dengan sigap, lalu membalut luka yang sudah ia obati.
"Gue harus gimana jar?" Tanya nya menunduk air mata nya menetes tanpa permisi tak peduli Fajar akan mengejeknya nanti.
"Lu kepala keluarga Vin, lari kaya gini gak akan nyelesaikan masalah."
"Gue gak sanggup setiap kita dekat selalu berujung debat jar, gue capek ngasih tau dia tapi dia gak pernah mau dengerin gue, bahkan dia minta pisah dengan mudahnya bikin gue gak sanggup kehilangan dia." Jelas Kevin membuat Fajar sedikit kaget.
"Mungkin dia lagi kecewa Vin maka nya gak bisa berpikir dengan sehat, lo sadar betul gimana perasaan seorang istri lebih sensitif masalah anak."
"Gue gak sanggup berhadapan sama Wilo jar, rasanya sakit banget, gue pengen marah tapi sulit." Fajar menghela nafas, Fajar sadar betul seperti apa perjalanan cinta sahabatnya itu yang terbilang tak begitu mudah lalu sekarang mereka kembali di uji rumah tangga nya. Fajar pun miris melihat keadaan kevin saat ini yang benar-benar kacau.
"Tapi kalo lu kabur-kaburan kaya gini malah bikin panjang masalahnya Vin, nanti Wilo berpikir yang enggak-enggak ke lu, dia pasti butuh lu di saat kaya gini bukan malah lu abaikan." Kevin diam tak menjawab, ia hanya takut jika terus berada di dekat istri nya maka emosi nya tak bisa ia kontrol.
"Mending sekarang lu pulang."
"Lo ngusir gue?"
"Eh gak gitu gue kan dah kasih saran ke lu, kasian bini lu di rumah sendirian gak ada yang nemenin." Cengir Fajar, Kevin mengehela nafas bangkit dari duduk nya lalu keluar dari kamar Fajar.
"Buset gak permisi dulu nyelonong aja, semoga dia kagak marah gue usir, bahaya ntar gue di pecat dari kartu pertemanan kan ribet gak bisa nyusahin tu anak lagi." Gerutu Fajar.
***
"Tumben pulang mas, masih inget rumah?" Sindir Wilo melihat Kevin baru memasuki kamar nya. Kevin menatap istri nya tajam.
"Lagi gak pengen ribut." Jawab Kevin, Wilo sejenak memejamkan mata dan menahan nafas nya melihat Kevin yang membuka baju, mereka sudah lama tak sedekat ini bahkan tak merasakan kehangatan yang biasa di rasakan.
"Aku gak cari ribut cuma nanya." Desis Wilo.
"Kamu pikir aku seperti ini karena siapa? Karena kamu." Bentak Kevin, "seharusnya kamu sadar." Lanjutnya.
"Kamu seharusnya ngerti mas perasaan ku gimana."
"Ngerti? Aku dah sering ngerti sama sifat mu yang susah di bilangin, terus kamu minta pisah, kamu ngerti gak perasaan ku?" Wilo menunduk air mata mulai menetes membuat Kevin benci dengan air mata itu.
"Aku cuma pengen kamu bahagia mas." Ucapnya lirih, menggigit bibir bawahnya berusaha menahan isakan keluar.
"Aku udah cukup bahagia sama kamu."
"Tapi aku gak bisa ngasih kamu kebahagiaan, dengan pis....." Ucapan Wilo terpotong dengan Kevin yang tiba-tiba membungkam mulut istrinya dengan bibirnya, Wilo yang mendapat perlakuan tiba-tiba masih di ambang batas kesadaran, begitu sadar Kevin yang tengah emosi saat ini terlihat dari ciuman yang kasar membuat Wilo mengatupkan bibirnya rapat-rapat, Wilo meronta agar ciuman itu terlepas, ia tak suka begini, tak suka ciuman dengan perasaan emosi.
Kevin tak tinggal diam begitu melihat respon istrinya yang berusaha menolak Kevin langsung menggigit bibir istrinya, hal itu berhasil membuat Wilo membuka mulutnya dengan gerakan cepat Kevin melesatkan lidahnya kedalam menelusuri setiap inci mulut Wilo, Kevin tak peduli Wilo memberontak justru ia makin memperdalam ciuman nya menyesap serta menggigit bibir Wilo, Kevin semakin mempererat dekapannya hingga Wilo susah untuk melepaskan Kevin dari tubuh nya, air mata membanjiri pipi nya ia tak ingin seperti ini, tak ingin Kevin yang terlihat emosi, namun laki-laki itu seolah tak peduli sebarapa keras penolakan dan isakan Wilo tak membuat Kevin melepaskan nya. Sampai saat Kedua nya membutuhkan pasokan udara Kevin melepaskan pagutannya, ia sedikit menyeka bibir nya yang sedikit berdarah karena ulah Wilo yang menggigit cukup kuat bibir Kevin Saat berusaha menolak.
"Aku turutin kemauan mu biar kamu puas." Kevin pergi begitu saja membuat Wilo menangis histeris.
TBC
*koreksi
KAMU SEDANG MEMBACA
After (Completed)
FanfictionBoleh di Follow sebelum dibaca;)✔️ ⬇️ #StoryWiloKevin2 [Sequel LoVin] Ada kalanya cinta memang menggenggam begitu erat, tapi ketika pikiran mulai tak sejalan menghampiri. Akan kah genggaman itu terlepas? . Find me on Instagram @Ipahpoo (2019)