Bidadari itu (3)

391 20 0
                                    

Bel istirahat kini telah berbunyi. Sama seperti sekolah formal lainnya. Di ma nurul janah ini pun juga mempunyai dua waktu istirahat. Istirahat pertama setelah jam ke empat dan istirahat ke dua sebelum jam pelajaran terakhir. Dan setiap jam pelajaran memiliki tiga puluh lima menit. Yang membuat guru merasa tidak leluasa mengajarkan materi yang begitu banyak.

Banyak siswa siswi yang ingin keluar kelas untuk menyegarkan otak mereka. Namun, karena hari yang mulai beranjak siang. Membuat mereka yang malas untuk keluar dari kelas karena hari yang begitu panas.

Begitu pula dengan imam. Ia lebih memilih tidur dari pada harus keluar."mam, bangun sudah istirahat" ucap rizal sambil mencoba membangunkan imam yang sejak istirahat pertama.

"em... emang mau kemana zal?" Tanya imam dengan malasnya.

"ya, kemana aja ... makan kek." jawab rizal mencoba mengairahkan semangat sahabatnya ini.

"maleslah, kau sendiri saja..." keluh imam tak bersemangat.

"ya sudah, ku tinggal" ujar rizal meninggalkan imam dalam tidurnya.

Begitu nyenyaknya ia tertidur. Sampai ia bermimpi, bertemu seorang wanita cantik yang belum pernah ia tau. Wanita yang telah ia dengar suaranya entah dimana. Imam pun penasaran dengan wanita ini. Ia pun mencoba mengajaknya bicara.

Namun, wanita itu hanya membalasnya dengan senyuman indahnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Tiba-tiba dia pergi meninggalkan imam sendirian. Dengan sekuat tenaga imam pun mencoba mengejarnya kemana-mana. Tiba-tiba ia merasa ada yang memukulnya dari belakang.

"aduh..."

Imam pun melihat orang yang telah memukulnya dengan tatapan kemarahan. Tanpa memperdulikan ekspresi imam. Rizal segera memberi tahukan kalau ia di tunggu di ruang guru.

Tak biasanya imam di panggil ke ruang guru. Duganya ia akan di beri ceramah oleh pak roiz yang memergokinya tidur di dalam kelas sewaktu pagi tadi. "ada apa aku di suruh ke sana?" Tanya imam merapikan pakaiannya yang lucek.

"kamu dicari pak said."

"astaghfirullohal'adzim. Lupa zal." ucap imam menepuk kepalanya mengingat sesuatu yang telah dilupakannya.

"kenapa?" Tanya rizal binggung melihat sahabatnya ini berdandan secepat kilat. Bagai mendapat rezeki durian runtuh. Begitu tergesa gesanya imam sampai tak bisa menjelaskan alasannya kepada sahabatnya ini. Namun, imam berjanji akan menceritakannya.

Tibalah imam didepan ruangan yang paling ia benci, ruangan guru. Entah mengapa ia terasa masuk neraka apabila masuk kedalam ruangan ini. Pengalaman pahitnya ketika disidang oleh kepala sekolah dan dewan guru membuatnya seperti nara pidana khusus teroris. Yang ditanyai berbagai macam alasan. Puncaknya ia di ancam akan dikeluarkan dari sekolah bila masih melakukan kebiasaannya. Kebiasaan sepele yang membuat orang disekitarnya menjadi jengkel kepadanya. Tak lain dan tak bukan adalah kebiasaan molornya didalam kelas.

Bagai kokohnya piramida mesir yang di terjang badai pasir sekian ribu tahun. Membuat imam tak gentar sedikitpun dengan kejadian ini. Namun, imam merasa malu kepada abah rosyid jika menceritakan kehidupannya di pesantren.

Akhirnya imam memberanikan diri untuk sowan ke ndalem abah rosyid untuk menjelaskan semua permasalahan ini. Al hasil sekarang abah rosyid memaklumi atas tingkah imam yang berubah drastic dari kelas satu ke kelas dua.

"assalamu'alaikum."

Menengoklah sosok bersahaja ini yang tengah menunggu siswa yang ia unggulkan. "wa'alaikumsalam. Mam, sudah bapak tunggu dari tadi." Keluh pak said melihat kedatangan imam yang sangat begitu terlambat.

Melangkahlah imam memasuki ruangan yang pernah membuatnya seperti teroris. "maaf pak said, ketiduran." jelas imam malu-malu.

Pak said pun mencoba memaklumi akan kebiasaan imam yang satu ini yang tak bisa ditolern. "ya sudah, gimana? Siap tidak ikut lomba mipa besokkan?" Tanya pak said memastikan persiapan imam.

Keluarlah selembar kertas formulir pendaftaran yang harus di isi oleh imam.

"insyaalloh pak. Tapi ngomong-ngomong, siapa patner saya?" Tanya imam mulai mengisi formulir pendaftaran untuk mengikuti loma mipa tingkat kabupaten yang akan di adakan dua bulan lagi. Di sekolah unggulan yang akan menjadi tuan rumah dalam perlombaan ini.

"ulya dan ratna." Ucap pak said memberitahukan tentang dua rekan yang akan menemani jagoannya untuk maju perlombaan.

Imam pun mengangguk faham tentang patnernya ini. "ratna, siapa pak?" Tanya imam heran mengetahui nama asing yang belum pernah ia dengar di sekolahan ini. Dan anehnya dialah yang akan menjadi rekannya dalam perlombaan.

Pak said pun terkejut mendengar penuturan dari muridnya yang paling cerdas ini. "parah kamu mam. Baru tadi pagi dia masuk kelas kamu, tapi kamu tidak tahu." Ujar pak said menyesalkan ketidak tahuan imam tentang siswi baru ini.

"he..he.. Maaf pak." ucap imam nyengir. "dia pintar apa pak?" Tanya imam memastikan kalau sang guru idola tidak salah memilih patner untuknya.

Mecoba mengingat ingat kembali apa yang tertera dalam formulir pendaftaran siswi itu. Membuat pak said inipun harus membuka kembali buku besar ini. "lumayan. Disekolahnya dulu di jakarta, dia pernah ikut lomba lcc tingkat dki dan mendapat juara dua se -jakarta." Jelas pak said setelah membaca kembali arsip dari buku catatan pindah sekolah.

"hebat." ujar imam kagum mendengar kepintaran wanita yang akan menjadi temannya dalam lomba nanti.

"bukan itu saja, mam. Selain dia itu pinter. Dia juga cantik, lemah lembut dan..." ucap pak said sambil membayangkan murid barunya ini. Yang begitu perfect di pandang setiap lelaki yang telah memandangnya.

Ehm...

Buyarlah lamunan guru yang masih bujang ini. Mendengar deheman dari anak didiknya yang masih tersenyum melihat tingkahnya yang masih kekanak-kanakan. "ya sudah kamu persiapan semua. Bulan depankan ada acara maulid. Baru setelah itu kamu berangkat lomba." Jelas pak said memeriksa kelengkapan formulir imam.

"siap." ucap imam memahami penjelasan gurunya ini.

Setelah selesai memeriksa formulir imam. Pak said pun mempersilakan imam untuk kembali kedalam kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya yang akan dimulai beberapa menit lagi.

"makasih pak." ucap imam mengundurkan diri dari hadapan pak said.

Lomba lagi ... pusing lagi nih...

Grutu imam dalam hati yang mengiringi langkahnya kembali ke kelas.

Brruuuukkkk.....

"maaf...."

"iya tidak apa-apa." ucap imam memperhatikan orang yang menabraknya di depan pintu perpustakaan. Terbesit dalam hatinya bahwa ada yang berbeda dari wanita ini. Suara yang begitu terasa akrab ditelinganya. Rasa nyaman yang ia peroleh dari sosok yang sedang membereskan buku-bukunya yang berserakan ini pun membuat imam tidak tega melihat wanita ini.

Namun, berbeda dengan wanita lain. Wanita ini menolak bantuan yang ditawarkan imam dengan sebuah gelengan. Biasanya wanita lain kalau sedang menghadapi situasi seperti ini membuat imam jengkel, karena si wanita malah marah meminta pertanggung jawaban imam.

Wanita ini pun segera bergegas pergi setelah semuanya rapi. Namun lirikannya yang sekejap membuat hati imam tak menentu. Membuat imam seolah terbang kelangit ketujuh.

Imam pun segera beranjak dari lokasi itu. Tanpa di sengaja ia menginjak sesuatu yang lembut nan tipis. Dengan penasaran, imam pun menggambil kertas yang bertuliskan kalimat-kalimat yang indah serta dibubuhi dengan wajah orang yang tengah bersedih.

Nadzom-nadzom Cinta Jilid 1 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang