Sepucuk Surat (3)

160 9 0
                                    


Langit yang menelan butiran air matanya, membuat daun pagi terbalut embun yang membuat hati tenang dan damai. Banyak dedaunan hijau hidup kembali mendapat kemurahan dari sang maha pemurah. Daun-daun yang dulunya menguning terkena terik sang mentari, kini telah bermetamorfosis menjadi daunan hijau yang siap melakukan fotosintesis.

Hujan yang di tunggu tak kala musim kemarau meraja, menambah nikmat dariNya. Kesenangan para petani yang tak perlu lagi membeli air dari juragan air untuk mengaliri sumber rezki mereka yang tandus. Usaha mereka juga mengawali musim tanam yang begitu banyak persiapannya. Antara lain, pengolahan sawah yang memakai alat berat jika mereka mampu menyewanya. Sungguh sedih apabila mereka memilih mencangkul tanah tandus itu dengan ke dua tangan mereka, hanya untuk menghemat biaya keluarga. Apalagi anak mereka yang merengek-rengek meminta uang untuk memenuhi kesenangan mereka.

Tak kala mereka telah memasuki masa pembibitan, mereka secara sengaja memilih benih yang terbagus agar hasil panen melimpah. Walaupun terkadang, sumber pembelian itu lewat jalur rentenir, dan keberanian mereka menempuh resiko. Tak takut panen mereka gagal karena kekurangan air atau pun terkena hama. Mereka berfikir, di hari esok pastilah ada jalan. Yang penting sekarang kami bisa menyekolahkan dan memberi makan anak-anak kami, serta mampu memenuhi apa yang mereka inginkan.

Dan, jerih payah mereka yang terbayar lunas tak kala hasil panen sesuai harapan mereka. Namun, apabila panen gagal. Rambut mereka seperti tiada bebannya. Otak mereka selalu berfikir untuk melunasi hutang yang mereka janjikan akan membayarnya setelah musim panen. Bertambahlah beban fikiran mereka, tak kala anak yang mereka rawat meminta sesuatu dengan dahlih jatah panen. Walau pun begitu, mereka selalu memenuhi keinginan mereka dan berjanji akan segera mencarikan jalan keluar agar ke inginan sang anak terpenuhi. Dan tak jarang, jalan hutang atau mengadaikan barang kesayangan mereka adalah jalan yang mereka tempuh.

Kesenangan panen, juga terasa bagi ning ulya. Kini, ia sudah bisa dekat dengan imam. Ia tak takut lagi untuk bercengkrama dengan kekasih impiannya ini. Tiap hari ning ulya selalu menanti saat sekolah agar bisa bertemu memandangi pangeran yang telah bisa merebut hatinya. "lagi seneng ya ul?" Tanya seseorang yang gembira melihat ning ulya tersenyum sendiri memandangi santri putra yang sedang asik bermain.

"iya nih mi." jawab ning ulya melihat kedatangan umminya.

Tak terasa senyum yang berkembang di wajah anaknya sudah dapat ia lihat setelah sekian lama hilang dimakan waktu. Senyum yang hilang setelah kepergian kakaknya ke pesantren lirboyo. "bagi bagi atuh, dengan ummi." ujar ummi rofi sambil duduk disamping ning ulya.

Ummi rofi yang asli orang sunda, tidak pernah bisa menghilangkan kebiasaannya berbahasa sunda. Walaupun sudah lama tinggal di jawa hingga mempunyai keturunan. Pertemuan ummi rofi dan abah rosyid di pesantren mereka dulu lah yang membuat cinta mereka tumbuh sampai sekarang. Ummi rofi yang kabur ke pesantren lamanya, tak kala di jodohkan dengan abahnya. Beliau kabur ke pesantren lamanya untuk mendesak orang yang di sayanginya untuk segera melamarnya. Walaupun mereka tidak sekufu', tak menyurutkan cinta mereka. Dengan modal bismillah, abah rosyid yang orang tuanya hanya buruh tani. Dengan beraninya melamar ummi rofi di ndalem dengan bantuan kyai yang begitu berjasa dalam hidupnya.

Alhasil ummi rofi yang asli sunda, menikah dengan abah rosyid yang asli jawa. Dan akhirnay mereka pindah ke magelang untuk mengamalkan ilmu yang mereka miliki dengan cara mendirikan pesantren.

"tapi jangan cerita ke abah ya mi." pinta ning ulya melihat ke umminya.

"iya... iya..."

"janji?" Tanya ning ulya meyakinkan hatinya.

"heem." jawab ummi rofi meyakinkan putri tunggalnya ini agar mau menceritakan hal apakah yang dapat membuatnya gembira.

"ulya lagi suka dengan seseorang." Ujar ning ulya sedikit membuka kabar kegembiraannya.

Ternyata putrinya ini sedang dirundung api asmara, memang sebagai seseorang yang pernah melewati masa remaja. Membuat ummi rofi memaklumi apa yang tengah dirasakan oleh putrinya. Namun, terselip pertanyaan di benaknya. Dengan siapakah putri kesayangannya ini melabuhkan hatinya?

"mas imam." Jelas ning ulya melanjutkan penjelasan karakteristik orang yang telah mendapatkan hatinya. Dari sifat, kebiasaan dan tinggahnya. Semua hal tentang imam yang ia tahu, ia ceritakan kepada umminya ini.

Setelah mencocokan semua informasi yang beliau dapat dengan memori santri putra yang beliau ingat, akhirnya beliau menemukan santri itu di dalam tumpukan arsip ingatannya. "imam putranya kyai ahmad?" Tanya ummi rofi memastikan.

Ning ulya tersenyum malu, tak kala umminya ini tahu siapakah orang yang ia maksud.

"bagus juga pilihanmu, ul." Puji ummi rofi kepada putrinya. Karena pintar memilih pasangan. "Tapi ulya harus tetap ingat." Ganjal ummi rofi kepada putrinya.

"ingat apa mi?"

Sebagai orang tua yang baik, ummi rofi pun menginggatkan kepada putrinya agar mengingat sesuatu yang terpenting dalam hidupnya. "jangan sampai cintanya ulya ke imam itu membutakan ulya." Ujar ummi rofi mengingatkan.

"iya mi, ulya faham."

"ulya juga harus ingat. Jangan sampai gara-gara cinta, ulya lupa akan kesehatan ulya." Tambah ummi rofi mengkhawatirkan kondisi putrinya yang sering terbaring lemah di rumah sakit. Penyakit yang ia derita sejak dini, yang dulu telah merengut keceriaannya di masa jauh dengan orang tua.

Ning ulya pun menyadari akan kondisinya sekarang ini lebih dari orang lain. Itulah yang membuatnya selalu jengkel apabila selalu di ingatkan. Walaupun dengan orang tuanya, ia akan ngambek apabila selalu menyinggung masalah kesehatannya. "insyaalloh mi...." Jawab ning ulya jengkel.

"ummi ngak akan ngelarang ulya. Tapi jangan sampai merusak apa yang telah diajarkan abah dan ummi." Timpal ummi rofi mengingatkan.

"makasih mi." ujar ning ulya sambil memeluk umminya dengan senangnya, karena mengizinkan hubungannya dengan imam.


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 1 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang