Kejadian Akhir Semester (4)

149 7 0
                                    


Kata-kata dari seorang wanita yang membuatnya tak bisa memejamkan matanya. Di kala malam datang, bukannya kitab yang ia pegang agar hati damai. Tapi selembar foto dari sang kekasihlah yang selalu ia tatap penuh dengn tidak tahuan.

Ngaji sorogan, bandungan dan takaror sudah tak berarti baginya. Naasnya, sholat yang selalu ia kerjakan berjamah. Kini dengan sengaja ia akhirkan, entah mengapa ia tidak lagi memikirkan hukuman yang akan ia dapat di akhirat kelak.

Malam ini ia rasa begitu sangat panjang dan kelam. Tiada sehelai cahaya yang mampu menyinari hatinya. Walaupun sahabatnya selalu menemani, ia merasa selalu ada ruang kosong yang begitu gelap di sudut hatinya, ruang yang tiada cahaya mampu menembus kegelapannya untuk menyinari hati kecilnya. "zal. Aku bingung banget." ucap imam lesu.

"bingung kenapa?"

"Kenapa ratna itu pindah?" Tanya imam kepada dirinya dan ketidak tahuannya tentang kabar sang kekasih hati. Ia merasa tak berguna, padahal dia adalah pelindungnya. Tapi kenapa ia tak bisa melindunginya dari rasa sedih yang membuatnya menitikan air mata.

Mendengar suatu kata yang paling sulit ia terima. Ingatan masa lalu tetang pujaannya yang harus mengatakan kata itu dengan berlinang air mata, membuatnya tak kuasa menahan rasa ke ingintahuannya. "hah. pindah? Kemana?" Tanya Rizal kaget mendengar penuturan imam yang tak di sangkanya.

Ketidak becusannya sebagai seorang yang mendapatkan tempat yang spesial di hati sang kekasih, membuatnya tak bisa mendapatkan jawaban dari sahabatnya. Kebutaannya yang tak tahu informasi tentang sang kekasih, akhirnya menjadikan kerinduan yang tak kan pernah bisa tersampaikan. Dan dengan tundukkannnya yang tak kuasa menghadap langit, terasa dapat memberikan jawaban terhaadap sahabat yang berada di sampingnya.

Melihat sahabatnya yang murung tak tahu mau berbuat apa, membuatnya teringat mas dimana ia melihat pujaan hatinya pergi meninggalkannya. "dulu saat aku tahu sofi akan pindah, aku berusaha untuk menghalanginya. Sampai ia tak mau datang ke sekolah untuk mengurusi segala keperluan pindahnya. Dan pada akhirnya aku cuma bisa bertemu dengan walinya." ujar rizal mengingat kejadian kelam di masa lalunya.

Namun, cerita singkat dari sahabatnya ini, dapat memancing perhatiannya. "bener juga lu zal." Ujar imam seolah mendapatkan titik terang dalam masalahnya. "pasti mereka datang." Sambung imam membayangkan kejadian yang akan membuatnya mendapatkan cahaya harapan tentang masalahnya ini.

Rizal yang melihat senyuman imam yang begitu misterius, membuatnya mendapatkan tanda tanya besar di benaknya. "maksudnya mam?" Tanya rizal tak mengerti jalan fikiran sahabatnya.

"begini zal. Kalau ratna pindah, pasti ada yang mengurusi surat pindahnya." Jawab imam semangat.

"aku malah tambah bingung mam."

Sedikit berfikir untuk memberikan penjelasan termudah kepada sahabatnya dengan ide yang terlintas di fikirannya. "begini zal. Pasti besok orang tua ratna pasti datang ke sekolah untuk mengurusi surat pindahnya ratna."

"terus."

"nah pada saat itu, pasti aku punya kesempatan untuk menanyakan alasan ratna harus pindah. Iyakan?" Tanya imam meminta persetujuan dari sahabatnya.

Setelah mendapatkan penjelasan dari imam, rizal mulai faham tentang rencana sahabatnya ini. Imam pun merasa ada kesempatan emas untuk mendapatkan ke jelasan tentang keberadaan sang kekasih.

"mam." ucap seseorang yang membuyarkan lamunan kebahagiaan imam.

"eh udin. Ada apa?"

Setelah merebahkan dirinya di lantai kamar, ia yang sedari tadi kelelahan karena harus bolak-balik ke ndalem karena ada keluarga ndalem yang sedang terbaring di rumah sakit. Sehingga membuatnya harus kerja ekstra. "nih ada titipan." Jawab udin menunjukan apa yang ada di tangannya. Benda yang ia peroleh ketika dari sesama anak ndalem yang dititipkan kepadanya.

Dengan tangan kanannya, imam pun segera menerima surat yang di bawa oleh sahabatnya. "dari siapa?" Tanya imam sambil membolak-balikan surat yang tiada nama pengirimnya.

"dari ning ulya."

Karena di rundung rasa penasaran, imam segera membaca surat dari ning ulya bersama rizal yang mempunyai rasa penasaran sama seperti sahabatnya.

Magelang, 21 Mei 2010

To:Muhamad Imam As-Safi

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Rindu dihati kian meburu

Memburu kekasih hati

Agar tau maksud hati

hati suci tertanam rindu

Jutaan bintang bersenandung

Menghiasi gelapnya hati

Menutupi indahnya renung

Renung penantian dari arti

Kang imam, kenapa sih kang imam sekarang jadi sering melamun? Mikirin ulya ya?

Kang.. Ulya mau jujur. Sebenarnya ulya itu suka sekali dengan kang imam. Memang tidak pantas rasanya kalau wanita yang menyatakan perasaannya duluan. Tapi, ulya sudah tidak sanggup menunggu lagi.

Kang.. Hati ulya sakit sekali, ketika kang imam punya pacar. Jantung ulya terasa berhenti. Waktu pun juga terasa berhenti. Namun ulya sekarang ulya sudah belajar. Bahwa cinta itu tidak bisa untuk di paksakan.

Walaupun ulya ngak bisa miliki kang imam. Tapi, cinta dan kasih sayang ulya hanya untuk kang imam seorang. Walaupun cinta ulya bertepuk sebelah tangan.

Dan, ulya minta maaf atas kejadian tadi siang. Ulya memang salah, tolong mas imam dapat memaafkan ulya. Karena ulya akan merasa begitu bersalah terhadap kang imam sampai ulya ngak bisa memaafkan diri ulya sendiri.

Maaf, karena ulya sekarang terbaring di rumah sakit. Jadi tulisan ulya tidak begitu bagus. Dan mungkin hanya itu yang dapat ulya goreskan.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Yang selalu mencintaimu

Ni'matul Ulya

"mam, ini ngak bisa di biarkan terus. kamu harus segera menyelesaikan kondisi ini, atau nanti akan muncul korban." Jelas rizal yang ikut prihatin melihat kondisi sahabatnya ini.

Imam pun hanya bisa tertunduk lemas setelah membaca surat kekecewaan ini. "zal.. din.. sebenarnya mereka itu suka aku darimananya? Pertama sofi, terus ratna. Sekarang ulya. Ah.." ujar imam melempar surat yang ada di tangannya.

"mungkin mereka melihat, ada sesuatu yang sepesial dari kamu." hibur udin yang mulai memperhatikan sahabatnya yang tengah frustasi.

Melihat dirinya yang terasa banyak kekurangan, membuatnya tak bisa menerima pernyataan dari sahabatnya. "tapi, kenapa harus aku yang mengalami semua ini?" Tanya imam memprotes kehendakNya yang begitu adil sesuai dengan kemampuan makhluknya.

"berarti Alloh itu masih menyayangimu mam. Karena cobaan ini pasti dapat membuatmu menjadi lebih baik." jelas udin menasehati sahabatnya yang tengah gelap mata. Dan nasehat inilah yang membuat imam tertunduk lemas.


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 1 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang