Ning Ulya (5)

169 8 0
                                    


Kegembiraan menyelimuti langkah-langkah mereka. Tanpa berfikir panjang, mereka langsung meluncur ke pesantren. Sekolah yang masih dalam kegiatan belajar mengajar, dengan enaknya mereka tinggalkan tanpa takut sanksi berat yang menghantui. "yes. Makan enak kita zal." Seru imam bersorak sorai bak pemain sepak bola yang berhasil menjebol gawang lawan dalam masa injurry time.

Rizal yang ikut gembira atas kebahagiaan sahabatnya, mencoba untuk mengatur ritme imam agar dapat mengendalikan sikapnya yang sudah over. "rokok satu bungkus, kopi satu renteng dan nasi rames pak somad selama sebulan." ujar rizal gembira.

"gampang-gampang. bisa diatur." jawab imam ringan.

Setelah mereka meluapkan kegembiraan yang mereka dapat. Mereka duduk saling berhadapan dengan bungkusan dari ning ulya berada di tengah. "tapi mam, kamu kan mintanya duit, kok itu ada kado? Hayo?" Tanya rizal curiga dengan hubungan imam dengan ning ulya.

Imam cukup kaget mendengar pertanyaan yang tidak mungkin terjadi ini. Mana mungkin seorang ning mau menjalin hubungan dengan seorang santri seperti dirinya. "enggaklah. Cintaku hanya untuk ratna seorang. Walaupun kita dilarang untuk pacaran. Tapi kasih sayangku tetap untuk ratna." jawab imam bangga.

"lha terus kado itu gimana?"

"lah... pikiri amat. Yang penting kita sekarang bisa syukuran." teriak imam bahagia.

"siip. tapi jangan lupa dengan udin." Ujar rizal mengingatkan.

"iya.. Iya.."

Syukuran memang menjadi suatu hal yang wajib di pesantren. Apabila ada seseorang mendapat rizki atau kebahagiaan yang lebih. Dengan beberapa lembar uang puluhan ribu, syukuran ala pesantren pun sudah dapat dilaksanakan. Dan syukuran yang paling sering dilakukan di pesantren, adalah syukir. Atau syukuran kiriman, yang wajib di lakukan oleh setiap anak yang mendapat jatah kiriman dari rumah.

"zal.. Kok isinya dua juta?" tanya imam binggung dengan isi amplop yang jumlahnya lebih dari yang ia perkirakan.

"bukan hadiahnya cuma satu juta saja?" Tanya Rizal balik bertanya.

Milik siapakah uang yang berada satu amplop dengan miliknya. Apakah mungkin, ini uang dari ning ulya. Belum sempat mereka mengeluarkan nafas, imam yang sedari tadi memperhatikan uang yang menjadi miliknya. Kini, rizal yang sedari tadi membuka kado dari ning ulya kaget tak percaya.

"mam, apa ini mungkin?" Tanya rizal yang tak percaya dengan hadiah dari putri gurunya ini.

Imam yang penasaran, kini menundukkan kepala melihat isi dari kotak hadiahnya. "ngak.. Ini pasti mimpi." jawab imam tak percaya mengangkat benda yang di inginkannya dulu.

"ini bener kan, jaket yang kau inginkan itu?" Tanya rizal sambil meraba-raba keaslian jaket yang mereka harapkan bisa menjadi milik mereka. Namun, karena harganya yang masih selangit. Mereka telah mengubur dalam-dalam keinginan untuk memiliki jaket tersebut.

Setelah membolak-balikan jaket yang masih mereka sukar percayai ada di hadapan mereka. "iya bener. Tapi dari mana ning ulya tau kalau aku kepingin jaket ini?" Tanya imam sambil mengangkat jaket itu ke langit biru.

Mata rizal yang menangkap sesuatu yang terselip di bawah jaket. Langsung memberikan benda itu kepada imam yang masih enggan memakai jaket pemberian itu. Akhirnya, jaket itu kembali ia masukan ke dalam kotak kado yang menjadi tempat awalnya.


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 1 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang