Abah Rosyid (4)

160 8 0
                                    


Suasana khas rumah sakit yang begitu berbeda dengan tempat yang lain, membuatnya enggan untuk di masuki lagi orang yang sudah pernah memasukinya. Tempat di mana banyak orang yang begitu sangat memerlukan pertolongan seorang dokter untuk membantu mereka agar dapat mengatasi penyakit yang hinggap di tubuh mereka.

Begitu banyak ruangan perawatan yang di sediakan oleh rumah sakit, membuat para pasien berbeda-beda merogoh dalamnya kantong mereka untuk mendapatkan ruangan yang sesuai dengan ke inginan mereka. Dan ruangan yang begitu spesial, mereka sediakan untuk penderita penyakit akut atau seseorang anak orang kaya yang takut tertular penyakit dari saudara seimannya.

Tak berbeda jauh dari kondisi mereka, kini ning ulya terbaring lemah dalam ruang ICU rumah sakit, karena kondisinya yang masih belum stabil. Dengan infuse di tangan kirinya, kondisi ning ulya sudah agak membaik dari pada sebelum di bawa ke rumah sakit.

Ummi rofi yang sejak malam tadi menjaga ning ulya, merasa begitu sedih melihat kondisi putrinya. Tak ada sebutir nasipun yang masuk ke dalam perut anaknya, hanya air putih sajalah yang masih bisa melewati kerongkongannya. "ul.. makan dulu ya, sedikit saja." bujuk ummi rofi sambil mendekatkan sendok yang berisi bubur kemulut ning ulya.

Tapi, ning ulya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Pertanda bahwa ia tak mau memakan bubur yang di sediakan oleh rumah sakit. Wajah pucat pasi dan keadaan tubuhnya yang begitu lemah membuat beban derita abah dan umminya semakin menumpuk.

"bah.. ini gimana?" Tanya ummi rofi sambil melihat suaminya yang begitu resah.

"abah juga tidak tahu mi." jawab abah rosyid sambil memegang kaki putrinya yang dingin seperti daging yang di bekukan dengan cairan formalin. Cairan yang sering di pakai seseorang untuk mengawetkan mayat dalam peti agar tidak segera membusuk. Dan cairan inilah pula yang sering di masukkan oknum tak bertanggung jawab dalam makanan yang mereka jual. Terkadang mereka juga memasukkan boraks, zat pewarna tekstil dan masih banyak lagi.

"bah.. ummi takut kalau terjadi apa-apa pada ulya." Ujar ummi rofi menghawatirkan kondisi putrid satu-satunya ini. Munculah ide dari benak ummi rofi, beliau membisikkan idenya lirih di dekat telinga abah rosyid. Mengenai suatu hal yang dapat membuat putrinya bahagia.

"tapi mi.."

"bah, kita niati saja untuk menolong sesama." jelas ummi rofi sambil meminta persetujuan dari suaminya.

Dengan melihat kondisi putrinya yang begitu memperihatinkan, membuat beliau berfikir ulang tentang ide dari istrinya. "maaf ul. Abah terlalu keras." ucap abah rosyid sambil mengelus-elus kepala ning ulya.

"sudahlah bah.. abah jangan banyak pertimbangan dulu. Sekarang yang terpenting ulya sehat terlebih dahulu." ucap ummi rofi memojokkan posisi abah rosyid yang masih bimbang mengenai langkah apakah yang harus ia ambil.

Setelah puncak dari segala yang di fikirkannya telah menemukan jalan keluar. "baiklah mi." Jawab abah rosyid melangkah pergi meninggalkan ruang putrinya di rawat.

"sudah ya ul. Insyaalloh abah akan kembali dengan sesuatu yang bisa membuat kamu bahagia." Bujuk ummi rofi sambil mencoba kembali menyuapi putrinya yang terdiam membayangkan suatu hal yang indah di dalam alam khayalnya.

Tapi hasilnya pun tetap sama dengan usahanya sebelumnya. Putrinya begitu enggan untuk membuka mulutnya.


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 1 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang