Sepucuk Surat (1)

181 8 0
                                    


Rasa cinta yang telah ratna berikan kepada imam ternyata tidaklah sia-sia. Ia benar-benar menjaga dan mengemban amanat yang diberikan. Kekawatiran yang dulu hinggap, ternyata hanya bisikan dari makhluk terlaknat.

Makhluk terlaknat yang telah menjadikan dirinya sendiri sebagai makhluk hina setelah ia menyombongkan dirinya saat bertemu dengan manusia pertama. Manusia pertama yang diciptakan dari tanah tujuh belah bumi yang berbeda, membuatnya menjadi makhluk yang paling sempurna dari pada makhluk ciptaanNya yang lain. Namun, karena merasa tak ada teman yang sejenis dengannya. Ia memohon kepada Sang Pencipta untuk menjadikan pasangan untuknya.

Tak kala ia bangun dari tidur siangnya, ia telah melihat sosok yang akan menjadi ibu bagi seluruh manusia. Mereka yang hidup bahagia di surga terasa tak adil dirasakan oleh iblis yang iri terhadap manusia pertama ini.

Dengan berbagai cara ia mencoba menyelipkan suaranya yang mampu menembus tembok surga untuk mengahsut adam dan pasangannya. Namun, atas lindungan Sang Kuasa mereka dapat terjaga atas godaan itu.

Setelah berhasil menghasut pohon yang berada di dalam surge untuk membawanya masuk. Pohon berdaun lebar yang membantu iblis itupun mendapat hukuman dengan cambukan yang daun-daunnya menjadi sekecil jari. Pohon yang selalu identik dengan hari raya umat kristiani, yaitu pohon cemara atau eik.

Akhirnya, adam dan hawa diturunkan di bumi karena memakan buah khuldi atas bujukan iblis. Adam yang diturunkan di mesir dan menangis membuat sungai nil. Dan siti hawa yang di turunkan di india dan menangis membuat sungai gangga yang begitu keramat.

Setelah taubat mereka di terima, Alloh menemukan mereka di padang arofah. Karena mereka berpisah cukup lama, adam dan hawa ingin melampiaskan kerinduan mereka. Namun, Alloh mencegah mereka, dan memerintahkan kepada mereka untuk menikah. Alloh sebagai wali sekaligus penghulu mereka, sementara malaikat dan makhluk yang lain sebagai saksi atas pernikaan mereka.

"ratna... ratna..."

"iya. Ning." seru ratna seraya mendekat kepada seseorang yang sedang bersantai di pinggir rumahnya. "ada yang bisa saya bantu?" Tanya ratna yang heran dengan panggilan ini. Tak biasanya ia di panggil ke ndalem, padahal dia bukan anak ndalem. Dia cuma bantu-bantu saja.

"ada yang ingin ku bicarakan."

Terasa ada yang menganjal di hati ratna, tak biasanya ning ulya mau bercengkrama dengannya. Pasti ini hal yang sangat penting, hingga ia harus berbicara empat mata dengan ning ulya. "duduk dulu." pinta ning ulya agar ratna duduk di lantai depan masjid untuk menemaninya. "begini lho rat. Aku mau tanya tentang imam."

Deg... deg...

Jantung ratna terasa berhenti, mendengar pernyataan ning ulya. Ia tak bisa mengira betapa sakit hatinya, apabila mendengar pertanyaan dari orang yang berharap banyak padanya agar dapat memberikan informasi tentang kekasihnya. Api cemburu telah tersulut mendekati hatinya, sumbu yang begitu pendek, terasa menyakitkan. Karena sudah dinyalakan oleh pernyataan itu.

Beningnya kaca air yang dapat menembus matanya, membuatnya tak bisa menerka seberapa tebalkah kaca kesedihan itu. Hanya keteguhan hatinyalah yang masih dapat menahan kaca air yang membendung sedihnya.

Raut mukanya yang berubah, membuat ning ulya tertarik ingin mengetahui apa yang tengah di rasakan oleh ratna. "kenapa kamu rat?" Tanya ning ulya memperhatikan wajah ratna yang mulai menampakkan rasa aneh baginya.

"anu... kelilipan neng." jawab ratna sambil mengucek matanya.

Cuma butiran pasir nakal yang membuat matanya berkaca. "imam itu sukanya apa?" Tanya ning ulya berharap mendapat sesuatu yang berharga.

"ratna kurang tau ning."

Aneh bagi ning ulya mendengar jawaban ratna, ia awalnya begitu yakin kalau ratna tau apa saja yang disukai imam. "masa kurang tau sih rat. Kamu dan ela kan sudah sering bicara dengan imam." ujar ning ulya kaget.

Manakah yang harus ia pilih, memberitahukan orang yang ada di depannya tentang kekasih hatinya, tapi hatinya sakit tersayat-sayat. Atau memilih untuk diam, tetapi akan menimbulkan suatu masalah di hari yang akan datang. Desakan yang ia dapat, membuatnya hanya menaruh harapan pada hati kecilnya. "maaf ning, ratna tidak tau." Ujar ratna yang memilih untuk bungkam seribu bahasa.

Pupuslah harapan ning ulya tak mendapatkan apa yang ia mau. Tak tersa bayangan sang permata, membuatnya terbang melamun dalam kesenangan dunia khayalan semata. Tak terasa senyum tipis telah berkembang di bibirnya. Indah rasanya apabila ia dapat bersanding bersama dengan imam, walaupun bukan dalam ikatan percintaan.

"maaf ning, boleh ratna tanya?"

Terhapuslah khayalan sang permata mendengar pertanyaan dari orang yang masih tertunduk lemas. "tanya apa?"

Terselip pertanyaan yang terlintas di otaknya namun cukup sangat menganggu. Pertanyaan yang bisa membuatnya menghembuskan nafas selanjutnya dengan ringan atau malah terhenti di tenggorokan. "sebenarnya ning ulya itu suka ngak sama imam?" Terlontarlah pertanyaan yang membuat hati ratna seperti dipasang bom. Dengan harapan ada penjinaknya yang mampu meredam kerusakan akibat jawabannya nanti. Ia hanya menaruh harapan kecil kepada ning ulya agar tak menjawab seperti apa yang ia fikirkan.

"hem.. Gimana ya. Kalau dibilang suka, siapa sih yang ngak suka dengan imam?" Tanya ning ulya berbalik melihat ratna. Terlintas kembali bayangan orang yang sedang mereka bicarakan. "kalau ulya, kayaknya lebih deh dari suka." Jawab ning ulya sambil tersenyum sendiri.

Demmm.....

Hancurkah hati ratna mendengar penjelasan langsung dari ning ulya. Ia tak menyangka, kekhawatiran kecilnya malah menjadi bumerang yang bisa menyakitinya. Walau pun sudah tersiar kabar kalau ning ulya itu suka sama imam, tapi kabar itu di anggap kabar angin oleh ratna. Dan ratna mencoba menganggap itu semua hanya isapan jempol belaka yang akan hilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.

"maksudnya ning ulya, ning ulya sayang dengan imam?"

Dengan malu-malu, ning ulya mengangguk gembira menjawab pertanyaan ratna.

"ning ulya. maaf ratna lagi ada urusan mendadak. Assalamu'alaikum." ucap ratna cepat sambil berlari membawa linangan air matanya.

"wa'alaikumsalam." jawab ning ulya heran. ada apa dengan ratna tanya ning ulya dalam hati. Melihat kepergian ratna yang tak ia tahu sebabnya.


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 1 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang