Tugas Sulit (6)

144 7 0
                                    


Langkah kakinya terasa terpendam begitu dalam melewati lapisan tanah gambut yang tersimpan di begitu jauh dalam bumi. Ia tak tahu mau melangkahkan kakinya kemana, kebahagiaan hidupnya kini tengah di pertaruhkan dengan kehidupan seseorang. Apakah ia akan seperti siti hajar yang rela meninggalkan rumahnya bersama dengan bayi yang ada dalam gendongannya menuju tanah zam-zam, ataukah seperti siti maryam yang rela dan sabar bertahan menggendong buah hatinya melewati deretan circaan dan hinaan dari bangsanya sendiri.

"hayo, cemberut saja." ujar ela mencoba mengejutkan sahabatnya.

Tak ada ekspresi kebahagiaan dalam raut mukanya, hanya senyuman pahitlah yang mampu ia persembahkan untuk sahabatnya ini. "eh.. Ela." Ucap ratna sambil duduk berniat menceritakan segala unek-unek yang membuatnya tak bisa meninggalkan alam fikiran.

"kenapa sih rat? Kok cemberut, ada masalah apa?" Tanya ela menghawatirkan kondisi sahabatnya.

Namun, ia tak bisa untuk mengungkapkan ini sekarang. Hatinya masih terlalu perih untuk dapat menceritakan hal yang di alaminya tadi. "ngak ada apa-apa kok." Jawab ratna lirih.

Menangkap suatu aura chi dari tubuh sahabatnya ini, membuatnya tak mempercayai perkataan dari sahabatnya ini. "jangan bohong rat, kalau enggak kenapa kenapa. kenapa kamu sedih begitu?" tanya ela memperhatian wajah ratna yang masih tergambar bekas air mata.

"beneran el. Gak ada masalah kok?"

"terus kenapa kamu menangis?" Tanya ela yang melihat ratna mengeluarkan air mata yang sudah tak bisa ia tahan.

"assalamu'alaikum."

"wa'alaikumsalam." Jawab ela melihat kea rah datangnya salam penyatu umat itu. "eh. Kang udin, ada apa?" Tanya ela melihat kedatangan udin yang tak sekedar membawa badan saja.

"ini ada titipan dari imam buat ratna." Jelas udin yang menangkap keanehan tak kala menyerahkan titipan dari sahabatnya ini.

Melihat sahabatnya yang masih belum menyadari ke datangan udin. Ela pun mencoba menarik perhatian sahabatnya ini. "eh, rat. ini ada titipan dari imam buat kamu." ucap ela sambil melutik ratna yang masih termenung.

"oh.. Titipan apa?" Tanya ratna yang kaget mengetahui ada lelaki di depannya.

"gak tau."

"ya sudah kang. Makasih." ucap ratna lirih.

"oh ya, lupa. ini ada surat dari imam." Ucap udin yang mengingat hal penting yang ia lupakan. "ya sudah mba, pamit dulu. wassalamu'alaikum." Tambah udin setelah ratna menerima sendiri surat yang di titipkan kepadanya.

"wa'alaikumsalam."

Magelang, 10 April 2010

To:Putri Pencerah Hati

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Lembayung rindu tak terbendung

Luas lautan pun dapat di lalui

Tuk hilangkan rasa rindu di hati

Agar jiwa tak selalu mematung

Karena hati tak juga di sisi

Karena hati pada pemilik hati

Seluruh jiwa kosong bagai api

Membakar semua api rindu ini

De. selamat yah, karena ta'zirannya sudah selesai, ini ada hadiah dari mamas buat de, semoga de suka..

Hmm.. De cantik banget memakai liontin itu, membuat mamas tambah sayang, cinta sama de..

De.Sebentar lagi kan mau ujian semester, jadi de harus rajin belajar. Biar bisa ngalahin mamas. hehehe

Udah dulu ya de.. Kapan kapan kita sambung lagi.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Yang menyayangimu

M. Imam As-Safi

Butiran air kesedihan pun membasahi surat sang kekasih. Rasa bersalah telah merebut semangat orang yang telah membantunya mengambil uang hadiah lomba yang ada pada abahnya. Benar atau salahkah ia menjalani hubungan yang membuatnya seperti memasuki surge dunia. Padahal di pojok ruangan, ada seseorang yang begitu amat sakit melihat kebahagiaannya.

"rat.. kamu kenapa?"

Hiks.. hiks..

"el.."

Segeralah ela melihat sahabatnya yang begitu kehilangan gairah hidupnya. "ada apa sebenarnya rat?" Tanya ela mencoba mengorek-orek hal yang membuat sahabatnya begitu sedih.

"tadi.. hiks.. aku disuruh nemuin ning ulya." Ucap ratna yang sulit untuk meneruskan ceritanya.

"sabar rat." Ujar ela mencoba menenangkan sahabatnya dengan pelukan hangatnya.

Setelah merasa tenang dengan pelukan sahabatnya, ratna pun mencoba kembali menceritakan kejadian yang begitu menguras air matanya. "ning ulya bilang pada ku. Kalau dia jatuh cinta dengan imam." Jelas ratna yang terhenti karena tangisnya yang memuncak. "el.. Mungkin ning ulya jauh lebih baik untuk imam."

"hush.. Kenapa kamu bilang begitu?" Tanya ela yang tak percaya mendengar kata-kata ke putus asaan dari bibir sahabatnya yang terkenal teguh dan kuat.

"kenapa coba, ning ulya sampai memohon kepadaku untuk memberikan cintanya imam?" Tanya nratna kepada sahabat yang telah membantah jalan fikirannya.

Hah..

Mendengar pernyataan dari sahabatnya ini, membuat nafas ela terjengkal sejenak. "ya.. ya sudah." Ucap ela yang masih bingung mau berbicara apa untuk mengembalikan semangat sahabatnya ini.


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 1 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang