Surat Sofi (4)

194 9 0
                                    


Sahabat, adalah seseorang yang paling dekat dengan kita. Dialah orang pertama yang ingin kita tahu tentang masalah yang kita hadapi. Dialah yang selalu ada di saat kita sedang jatuh, di saat kita terpuruk. Dialah yang selalu mencoba untuk mengingatkan kita apabila kita telah jauh melenceng. Dan dialah yang selalu memberikan solusi yang terbaik bagi kita, disaat kita tak bisa berfikir jernih.

Begitu berharganya seorang sahabat, jauh lebih mahal dari pada sebongkah emas murni. Karena seorang sahabat yang baik jauh lebih sulit di cari dari pada sebingkah emas. Hingga apabila kita kita kehilangan seorang sahabat, kita terasa tak sedap untuk makan, tak enak untuk minum, dan kita tak mood untuk melakukan sesuatu.

"rat, rat. gawat nih." ujar ela menghampiri ratna dengan ekspresi yang begitu kaget karena suatu hal yang terjadi.

Ratna yang tengah beristirahat di serambi masjid terkejut melihat ratna yang begitu khawatir. "gawat kenapa?" Tanya ratna menanyakan kabar apa yang di bawa sahabatnya.

"sofi...sofi..."

"iya... iya... sofi, sofi kenapa?" Ujar ratna menenangkan ela.

"sofi mau pindah."

"hah... pindah?" Tanya ratna kaget. Tak disangka sofi mau pindah secepat ini. Padahal tiga bulan lagi mereka akan menghadapi ujian akhir semester. Dan, apa alasan sofi pindah dari sini? Padahal, sofi mencintai imam. Apakah sofi rela melepas kekasih harapannya?

Daerah istimewa Yogyakarta, adalah daerah yang di pilih sofi untuk melanjutkan sekolahnya. Daerah yang di kenal dengan seribu candinya yang melegenda ke seluruh nusantara. Daerah yang memiliki kualitas pendidikan yang begitu mumpuni. Dengan berbagai sekolah tinggi yang telah masuk dalam sekolah berstandar internasional. dan, kota inilah yang dipilih sofi untuk melanjutkan studinya di jurusan IPA.

"kapan?"

Tak ada angin tak ada hujan. Entah kejadian apa yang membuat sofi memutuskan untuk meninggalkan pesantren ini tanpa sepatah kata perpisahan. Tiada secarik kertas maupun salam yang ia titipkan untuk kedua sahabatnya ini. Apabila mereka tak pernah tau akan hari keberangkatannya yang sangat mendadak ini.

"hah... sekarang?" Tanya ratna kaget.

Tak buang-buang waktu lagi. Dengan secepat kilat mereka segera meluncur ke kamar sofi yang letaknya di ujung bangunan. Langkah tak percaya mengikuti perjalanan pendek mereka. Permintaan penjelasan akan tindakan sofi akan menjadi prioritas utama mereka agar menemukan titik terang di antara mereka bertiga.

Tas dan kardus yang identik dengan seseorang yang sedang melakukan perjalanan memang terasa kental dalam kehidupan manusia. Berbagai barang yang kecil dan berjumlah banyak menjadi barang yang wajib dibawa dan alternative mereka agar mudah mengumpulkan semua itu, dengan menggunakan kardus bekas yang mereka miliki.

Sofi yang sudah siap berangkat, kini tinggal membawa tas dan kardusnya ke pertigaan jalan raya agar dapat terangkut oleh angkot yang akan membawanya ke terminal. Kedatangan kedua sahabatnya tak bisa menahan kepergiannya yang tinggal menghitung menit.

Ia sudah sowan untuk pindah sekaligus sudah melunasi semua administrasi pesantren. Dan surat pernyataan pindah yang ia dapat tak kala meminta tanda tangan sang kepala sekolah. "ela, ratna." Sapa sofi melihat kedatangan kedua sahabatnya yang tak ia rencanakan.

"kamu mau pergi, tapi ngak bilang-bilang." Sindir ela menyesalkan tindakan sofi.

"maaf, aku ngak sempet ngabari kalian. Aku juga mendapat kabarnya mendadak."

"tapi sof, apa ini semua gara-gara aku dengan imam?" Tanya ratna menanyakan sebab kepergian sahabatnya.

"bukan, ini bukan soal imam. Tenang saja." jawab sofi sambil mengalungkan tas gantung favoritnya pada lengannya.

Nadzom-nadzom Cinta Jilid 1 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang