Tugas Sulit (1)

154 7 0
                                    


Kegiatannya yang menguras tenaga, tak membuat imam patah semangat. masa ta'zirannya yang tinggal menunggu jari-jari tangannya mengegam semuanya, membuatnya tak pernah kehilangan arah. Namun, kali ini dia harus mengorbankan waktu belajarnya di bangku sekolah untuk suatu hal yang di minta oleh kyainya.

Suatu hal yang begitu sulit ia laksanakan, karena tugas yang berat ini dapat menyiksa hati sang kekasih dan begitu juga dirinya. "alhamdulillah sekarang ning ulya sudah keluar dari rumah sakit." ujar imam sambil mendorong ning ulya yang duduk di kursi roda.

Kondisi dari ning ulya yang masih begitu lemah, membuatnya tak dapat melangkahkan kakinya untuk berjalan. Tekanan hemoglobin yang masih di ambang batas, membuatnya masih sulit untuk di lepas sendiri untuk melakukan aktifitasnya kembali. Dan untuk berjaga-jaga atas usul sang dokter, ning ulya di minta untuk menahan dirinya agar bersabar selama berada duduk di kursi roda.

"berkat kang imam sih." puji ning ulya, agar imam mau menemaninya mengelilingi taman pesantren yang penuh dengan bunga-bunga mawar yang begitu indah. Yang membuat suasana kebahagiaan ning ulya begitu lengkap, dan penuh makna. Dan ia berharap agar masa ini tiada pernah berakhir, agar dirinya bisa terus bersama dengan pujaan hatinya.

Dengan senang hati, imam pun memenuhi permintaan wanita lemah ini. "maaf ning, ini karena semangat ning ulya dan pertolongan dari Alloh." elak imam dalam langkah kakinya menuju tempat permintaan dari putrid gurunya.

"kang imam, ulya boleh tanya tidak?"

"tanya apa? insyaalloh, jika saya bisa jawab."

Pertama-tama, ning ulya merasa merinding untuk menanyakan hal ini. Ia merasa tak bisa menghadapi kenyataan yang akan di hadapinya, jika ia mendapatkan jawaban yang dapat membuatnya berhenti berdetak. Namun, rasa penasaran telah mengalahkan itu semua. Dengan malu-malu, ning ulya mulai mengumpulkan keberaniannya. "kang imam sudah punya pasangan?"

Pertanyaan yang ia dengar, terasa begitu berat untuk tidak ia masukkan ke dalam hati. Tiba-tiba muncul di benaknya tentang kecurigaan yang tergantung dalam pertanyaan wanita yang ia jaga sekarang. Dan pertanyaan itulah yang membuat langkahnya terhenti untuk beberapa saat. "kenapa ning ulya bertanya seperti itu?" Tanyanya meyakinkan hatinya.

"karena.. Karena.." ucap ning ulya binggung menjawab pertanyaan orang yang ada di belakangnya. "karena ulya ingin tahu." jawab ning ulia tertunduk malu, tak tahu lagi apa yang harus ia ucapkan agar pujaan hatinya tak tahu akan perasaan yang aneh yang ada di hatinya.

"sudah ning."

Deg.. deg.. deg..

Benarlah ke khawatiran awal yang ia takutkan. Penantiannya selama ini ternyata sudah terlambat, ia sudah tidak mempunyai tempat di hati pujaan hatinya. Luluh air matanya terasa tak membekas di pipinya, sungguh sangat sulit ia rasakan untuk menerima kenyataan ini. "dengan siapa?" tanyanya mencoba menegarkan hati dan raganya. Yang rasanya tak sanggup lagi mendengar kelanjutan dari pengakuan ini.

"ratna. Ummi ratna."

Terhentilah jantungnya tak kala tahu siapakah orang yang telah tega merebut pujaan hatinya. Ia masih tak menyangka kalau seseorang yang ia anggap sebagai saudara, ternyata menusuknya dari belakang. "sejak kapan?" Tanya ning ulya mencoba menahan airmatanya.

"sejak ke pergian sofi."

Bagai bendungan yang terpecah karena air yang telah melampaui debit kekuatannya, air mata ning ulia jatuh membasahi jilbab yang ia kenakan. "mam. anterin ratna pulang." pinta ning ulya sambil menutupi wajahnya.


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 1 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang