Abah Rosyid (6)

148 9 0
                                    


Suasana hatinya yang begitu kosong tak terisi apa-apa, Cuma satu foto yang selalu tetpampang dalam benaknya. Satu foto dari seseorang yang begitu sangat ia harapkan untuk menjadi imamnya di kehidupan yang akan datang. Sosok yang ia rasa telah mampu untuk menjadi contoh bagi anak-anaknya, dan sosok yang telah mampu mengikat hatinya untuk jatuh ke dalam lautan keindahan cinta.

"assalamu'alaikum."

"wa'alaikumsalam. Masuk-masuk." jawab ummi rofi sambil memberi isyarat kepada lelaki yang masih malu untuk menampakkan wajahnya di balik pintu ruangan yang di atasnya bertuliskan ruang ICU.

Lelaki itu pun menurut atas perintah ummi rofi, perlahan-lahan sosok sederhana yang memakai baju koko putih itu mendekat ke ranjang seseorang yang masih tertutup matanya. Rasa iba dan kasihan muncul di benaknya, tak kala ia melihat wajah pucat pasi yang melekat di wajah seorang wanita yang tengah berjuang untuk sembuh melawan penyakitnya. Dan tertulislah pertanyaan di benaknya, mengapa semua ini bisa terjadi kepada seseorang yang begitu tegar ini?

"mam."

Terdengarlah suara syahdu yang keluar dari bibir wanita lemah yang masih sulit untuk menggerakkan tubuhnya. Imam mencoba untuk menghapus kesedihannya, dan mencoba untuk mengembangkan senyum dalam bibirnya.

Melihat setetes semangat dalam wajah putrinya, ummi rofi pun segera melaksanakan niat mereka mengundang salah satu santrinya datang ke rumah sakit ini. "mam, ummi minta bantuannya." Pinta ummi rofi melihat imam yang masih terpaku melihat putrinya. "tolong suapi ulya. Ummi mau bicara dengan abah." jelas ummi rofi sambil memberikan mangkok yang berisi bubur kepada imam. Setelah imam menerima mangkok tersebut, beliau segera bergegas meninggalkan putrid mereka dengan salah satu santri terbaiknya ini.

Imam yang begitu canggung dan sungkan. Hanya diam memaku, bergulat dalam fikirannya. Ia tak tahu, mau memulai hal ini dari mana. "ning ulya kenapa ngak mau makan? Sekarang biar aku yang nyuapin ya." bujuk imam sambil tersenyum.

Sepasang bola matanya yang begitu indah, tak pernah terpejam melihat orang yang ada di depannya. Hanya anggukan pelanlah, yang mampu meluapkan rasa kegembiraan yang begitu membuatnya terasa sehat seperti sedia kala.

Rasa yang bercampur aduk, ia coba tuk singkirkan terlebih dahulu. Kini ia tak mau memfikirkan hal yang mampu membuat senyum orang yang di depannya hilang. Permintaan seorang guru yang harus coba ia penuhi, membuatnya harus merelakan ke khawatiran yang membelenggunya selama dalam perjalanan. Ke khawatiran kepada sosok yang paling ia sayang, yang membuat ia bimbang pada awalnya. Namun, rasa ingin mengabdi kepada sang guru, membuatnya harus mampu menyingkirkan rasa itu.

Pada akhirnya imam hanya bisa memohon kepada Alloh, agar kekasihnya tidak salah faham terhadap apa yang di lakukannya sekarang ini.

"Alhamdulillah." ujar ummi rofi mendekat.

"ummi." jawab ning ulya lirih melihat umminya datang.

Begitu bahagianya beliau, mendapati bubur yang sulit masuk ke dalam perut putrinya. Kini, telah habis hanya tersisa mangkok dan sendoknya saja. Apalagi putrinya yang kelihatannya begitu bahagia di temani seseorang di sampingnya, menambah rasa syukur beliau terhadap Sang Kuasa.

"mi.. Ulya pingin mas imam saja yang menjaga ulya." pinta ning ulya berharap.

Begitu terkejutnya ummi rofi mendengar permintaan dari anak perempuannya ini. Harapan agar putrinya tak mengucapkan permintaan itu, ternyata tinggal harapan kosong belaka. "tapi itu sulit ul.. Imam kan harus sekolah dan ngaji." bujuk ummi rofi menolak permintaan dari putrinya.

"tapi mi."

Sebagai seseorang yang tengah di perdebatkan, imam mencoba memberikan jalan tengah dari permintaan putrid gurunya ini. "maaf, bagaimana kalau begini.. Jika saya ada waktu luang. Insyaalloh saya akan datang ke sini." potong imam memberikan solusi.


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 1 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang