Tugas Sulit (4)

136 7 0
                                    


Tak terasa rintik hujan mulai membasahi tanah pesantren ini. Rintikan air yang membuat hewan-hewan kecil seperti semut dan rayap harus membentengi lubang mereka lebih kuat. Agar tidak tertembus resapan air. Namun, kekuasaanNyalah yang membuat hewan-hewan kecil ini tahu kalau akan datangnya hujan di masa yang akan datang. Tak kala hujan turun di sore hari, mereka yang seolah-olah sudah tahu tentang hal ini. Sudah mulai memperkuat sarang mereka tak kala pagi menampakkan sinarnya.

Dan saking kompaknya mereka dalam membangun sarang. Membuat mereka masuk jajaran teratas dalam hal tenggang rasa dalam sesama, meninggalkan ras manusia jauh di belakang. Suatu hal yang sudah jarang di temukan pada manusia, apalagi kehidupan perkotaan yang memaksa mereka harus mengunggulkan ke egoisme mereka.

"mam lagi ngapain?"

Imam, yang tengah sibuk membungkus sesuatu yang telah ia beli di pasar kota kemarin, saat masa-masa kosongnya. "ini hadiah untuk ratna." jawab imam yang masih berusaha untuk membuat hadiahnya rapi dan menarik.

Begitu besarnya rasa ke inginan dari rizal, membuatnya mencoba mencari celah dari kado itu yang belum terbungkus kertas kado bertuliskan kata congratulation. "hadiah apa?" Tanya rizal yang masih penasaran dengan isi kotak panjang yang mempunyai delapan titik sudut itu.

"rahasia donk, hanya aku dan ratnalah yang boleh tau."

"lah.. sama teman sendiri, kok pakai rahasia-rahasiaan segala." ucap rizal kecewa, karena tidak di izinkan untuk melihat isi hadiah imam. "ngomong-ngomong, dalam rangka apa kamu memberi hadiah untuk ratna?"

"dia kan sudah menyelesaikan ta'ziran dari ummi. Jadi ini sebagai tanda selamat dariku." jelas imam singkat, mengenai perihal hadiahnya. "nah.. kebetulan." ucap imam melihat kedatangan sahabat yang selalu membantunya dalam hal seperti ini.

"ada apa mam?"

Setelah ia selesai menghias hadiahnya, ia segera menyerahkan hadiah itu kepada salah satu anak ndalem ini untuk segera di kirim.

"eits. apaan tuh?" Tanya udin bergaya seperti salah satu tokoh dangdut legendaris.

"lah.. Mau tau ajah."

Mencoba memanfaatkan peluang yang ada, udin yang sudah pengalaman dengan hal yang seperti ini. "tapi ada biaya pengirimannya." ujar udin sambil menggesek-gesekkan jari telunjuknya dengan sang ibu jari.

"gampang, nanti malam kita syukuran." ucap imam mengambil sebuah surat dari sakunya untuk melengkapi pengirimannya.

"asyik.. Syukuran." teriak rizal yang telah selesai membaca selembar kertas yang ada di tangannya.

Imam yang sudah tidak sabar membayangkan ekspresi kebahagiaan kekasihnya, segera menyuruh sahabatnya untuk segera mengirimkan apa yang telah ia titipkan.

" ok, siap mas bro." ucap udin sambil menghormati imam. "kesatria udin siap menjalankan tugas." Tambah udin segera melangkah pergi.


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 1 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang