Ruang Kelas (2)

211 9 0
                                    


Masjid merupakan bangunan yang paling Alloh spesialkan di bandingkan bangunan-bangunan yang lain. Tempat yang dulu bertemunya para musafir yang telah berkelana menyusuri panas dan teriknya padang pasir untuk sejenak meluruskan tulang dan melepas dahaga.

Spesialnya masjid juga Alloh tunjukan dalam melewati kurunnya waktu. Banyak sekali bangunan masjid yang tidak pernah di renovasi dan masih berdiri kokoh sampai saat sekarang ini. Salah satunya adalah masjid yang dibangun oleh amir thariq bin ziad ketika zaman kekhalifahan umar bin khatab. Masjid jammi' yang sudah tidak digunakan untuk beribadat, namun di ubah fungsinya sebagainya monument sejarah hikayat islam.

Dan satu hal lagi tentang masjid yang dapat menjadi tempat perlindungan yang aman sesuai dengan firmanNya dalam kitabNya. Seperti masjid di Hiroshima yang menjadi tempat perlindungan masyarakat dan tentara militer jepang dalam serangan bom atom amerika pada saat perang dunia ke dua. Masjid yang masih kokoh berdiri ketika bangunan lain luluh lantak tak berbekas. Hanya retak dan puingan kaca masjid yang menjadi luka dari bangunan penyelamat ini.

Begitu pula dengan ratna, ia yang mencoba berlindung dari fitnah yang tengah gencar ia dengar di gendang telinganya. Fitnah yang dapat membuat persahabatan mereka hancur. Fitnah yang entah berhembus dari mana, yang belum tentu benar dan salahnya.

Hari-hari ratna yang telah terlewat ia habiskan untuk mengadu kepada Sang Khaliq agar menguatkan hatinya agar bisa melewati cobaan ini.

"rat, ratna."

Menengoklah ratna kea rah suara yang telah memergokinya sedang nderes Al-qur'an. "ada apa sof?" Tanya ratna mendekati sofi yang telah pulang dari sekolahnya.

Mula-mula sofi diam saja melihat perubahan ratna yang tiba-tiba ini. Ia masih berharap kalau ratna harus sadar bahwa ia juga mempunyai kehidupan sebagai seorang pelajar. Kehidupan yang menuntutnya untuk berinteraksi dengan orang lain. Namun, kini kesabaran sofi telah habis. Ia tidak tega kalau ratna sampai keluar sekolah hanya karena kejadian di masa lalu. "kenapa sih kamu ngak pernah berangkat?" Tanya sofi bergegas duduk di samping ratna yang menyandarkan tubuhnya pada tiang serambi.

"ngak ada apa-apa kok."Jawab ratna lirih.

"apa gara-gara kejadian di PM dengan imam?" duga sofi mengingat masalah yang dulu menjerat ratna dengan imam yang membuatnya mendiamkan ratna untuk beberapa hari.

"bukan, bukan masalah itu."

"terus apa?"

Berkaca-kacalah mata indah ratna, tak bisa menjelaskan gejolak apakah yang sedang berkecamuk di hatinya. "rumit masalahnya." ucap ratna membuang muka jauh dari tatapan sofi.

Masalah apakah yang sedang di emban oleh ratna. Mengapa sampai ia, sahabatnya sendiri tidak menjadi tempat curhatnya seperti biasanya. "serumit apa sih?" Tanya sofi penasaran.

"ya kaya gitu." jawab ratna binggung sambil melingkarkan tangannya ke kedua lututnya agar sahabatnya ini tak tau akan butiran air matanya yang terhapus oleh mukena suci yang ia pakai.

Kepulangan ela yang terlambat karena ia membicarakan sesuatu dahulu dengan beberapa temannya. Pertemuan yang akhirnya membuatnya membocorkan rahasia yang harus di simpannya."rat. ratna." Seru ela yang muncul dari samping masjid.

"Ada apa?" Tanya ratna melihat kedatangan orang yang memanggilnya.

Tangan ela yang tengah sibuk mencari benda yang terselip di dalam tasnya. "Nih ada surat dari imam." jawab ela menyerahkan sepucuk surat yang di buat tergesa-gesa dengan bahasa seadanya. "kelihatanya sih suratnya biasa saja. Tapi...."

"el. itu..." ujar ratna menatap orang yang duduk di sampingnya.

Gawat, ia tidak memperhatikan siapakah orang yang berada disamping ratna. "maaf, sof." ucap ela duduk berjongkok di depan sofi agar mau memaafkan kesalahannya.

"iya, ngak apa-apa. Aku sekarang sudah melupakan imam kok. Aku nyadar dia tidak mau denganku" jawab sofi mencoba tersenyum agar sahabatnya tidak merasa cemas. Walau pun matanya terlihat berkaca-kaca. "baca aja rat. Aku juga mau tahu. Kaya apa sih kalau imam itu mengirimi surat." sambung sofi yang tengah merasakan sesuatu yang lain.

Rasa rikuh muncul di benak ratna. Ia tidak mau menyakiti hati sahabatnya. "kamu ngak apa-apakan sof?" Tanya ratna memastikan keadaan sahabatnya.

"iya, sudah. Buka saja surat itu." pinta sofi lirih.

Magelang, 6 Februari 2010

To: Ummi Ratna

Bismillahirohmanirrohim

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Gelap derai malam

Datang tak bercahaya

Sinar rembulan dan bintang

Yang terkalahkan

Gelap hati

Rindu dalam diri

Tak pernah terobati

Hingga tinta ini mengisi

Kertas yang masih suci

Hai, gimana kabarnya? Semoga sehat selalu dan dalam perlindungan Alloh Sang Maha Pengasih.

Rat, aku mau Tanya. Kenapa seminggu ini kamu tidak pernah masuk? Lagi sakit apa? Semoga saja tidak.

Maaf ya atas kejadian yang kemarin. Maaf beribu maaf aku ucapkan. Apa gara-gara kejadian itu kamu gak masuk? Oh ya, aku juga dengar kamu kena ta'zir ya waktu itu.

Rat. Ingat satu minggu lagi kita mau lomba LCC. Kamu masuk ya, kita akan ada latihan tambahan setelah pulang sekolah. Jadi masuk ya....

Mungkin cukup sekian suratku, lain waktu akan kita sambung lagi...

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Penantian panjang

M. Imam as-safi

"aku ke kamar dulu ya." Ucap sofi pergi meninggalkan kedua sahabatnya dengan tergesa-gesa.

Hiks... hiks...

Kini apa yang di takutkannya benar-benar terjadi. Surat yang tidak pernah ia harapkan ke datangannya. Tiba-tiba datang menghancurkan semua yang telah ia bangun dari seminggu yang lalu.

Ela yang mengerti akan perasaan ratna, mulai menemukan titik terang dari masalah yang telah di ceritakan sahabatnya ini. "kenapa kamu rat?" Tanya ela memperhatikan butiran air yang membasahi pipi ratna.

"ini el yang selama ini aku takutin." ujar ratna meluapkan seluruh beban yang ada di hatinya dengan butiran air mata yang deras meluncur ke mukenanya.

Memeluk ratna adalah hal yang pertama yang terfikirkan oleh ela agar dapat menenangkan seseorang yang tengah bersedih. Tangan ela kini mulai membelai-belai kepala ratna dengan perlahan. "sudah. Sudah. Ini bukan kesalahanmu."

"beginikan akhirnya. Aku sakit. Sahabatku sakit. Hanya gara-gara lelaki... hiks... hiks..." Ujar ratna meluapkan seluruh keluh kesahnya. "Hiks... hiks... sebenarnya el.. Aku itu suka dengan imam semenjak aku bertabrakan dengannya... hiks... hiks..." timpal ratna mengungkapkan hal yang membuat ela terkejut. "tapi, kenapa..." ucap ratna tenggelam dalam pelukan orang yang paling ia percayai.

"sudah... sudah..."

"aku... aku itu ngak masuk sekolah, karena mencoba untuk menghindar darinya. Tapi... tapi... hiks... kenapa malah jadi kaya gini?" sesal ratna mendapat surat yang telah tergeletak di atas tanah.

"iya... iya... aku paham. memang sulit kalau posisinya kaya kamu rat." ucap ela mengelus-elus kepala ratna.

"aku tu ngak mau kehilangan teman, hanya gara-gara..... Hiks... hiks.." terselip sesal di hati ratna karena kenal dengan seseorang yang bernama imam.

"sudah... sudah..."


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 1 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang