Tugas Sulit (5)

143 7 0
                                    


Grimis hujan yang seita menemani sore kelabu ini, membuat nuansa hati setiap orang yang melihatnya masuk kedalam tangisan yang begitu syahdu. Tak kala sosok ulama' sejagad menghadap kepada Kekasihnya. Meninggalkan beribu kisah tauladan, dan beribu petuah yang mampu mendekatkan diri kita kepada sang pencipta.

"assalamu'alaikum."

"masuk saja rat." ucap ning ulya lirih, melihat kedatangan seorang wanita yang telah ia tunggu sekian waktu. Seseorang yang akan menentukan perjalanan kisah cintanya, apakah berakhir dengan satu senyuman atau dengan beribu tangis.

Tak terasa, hanya sebulan saja ia tak jumpa dengannya. Namun, kondisinya ini begitu kasihan, terbaring lemah di ranjang kamarnya. Semangatnya yang tak didukung oleh tubuh membuatnya harus di bantu seseorang, apabila hendak melakukan keperluannya. "ada apa ning ulya memanggil ratna?" Tanya ratna mencoba mengambil ibrah dari sosok yang berwajah pucat ini.

Terlihatlah sepasang mata sayup yang kehilangan gairah untuk meneruskan sisa hidupnya. Sepasang mata yang menggambarkan kesedihan yang tak mungkin di lukiskan dengan kata-kata seorang pujangga. "rat, kamu tau imam kan?" Tanya ning ulya menatap seseorang yang tak berani mengadukan matanya dengan sepasang kaca kesedihan ini.

Kata tak sanggup, mungkin menjadi kesimpulannya untuk merasakan kondisi seperti ini. Rasa toleransi yang begitu besar, membuatnya menjatuhkan kedua bola matanya agar tak menitikan air mata. Dan hanya dengan anggukan pelan, ia mewakilkan jawaban yang ia punya.

"rat, sebenarnya aku itu sangat menyayangi imam." ujar ning ulya yang menatap kesedihan lagit dari balik kaca pemisah di antara mereka. "aku tidak bisa hidup tanpa imam." Tambahnya melihat seseorang yang menjadi tempat peraduannya.

Deg.. deg..

Rasa apakah ini, detak jantung yang biasanya berdetak dengan teratur. Kali ini dengan perlahan dan pasti, dentumannya kian lama mulai kehilangan kekuatannya. Ekspresi kaget mendengar pernyataan dari putri gurunya ini, tak kan pernah bisa lupakan untuk selamanya.

"rat.. Dari dulu aku itu sangat menyukai imam. Sebelum kamu datang, aku sudah mencoba untuk mendekati imam. Namun, karena ketakutanku untuk membiarkan rasa ini. Membuatku tak berani melanjutkan kisahku ini. Dan dari dulu, aku tidak pernah menyukai laki-laki sampai seperti ini."

Inikah rasa yang dulu di rasakan oleh sahabatnya. Rasa sakit yang begitu amat sangat, yang membuatnya memutuskan untuk meniggalkan pesantren ini dengan ketegaran bagai tiang yang kokoh di terpa ombak tsunami.

"dulu, aku itu takut berbicara dengan laki-laki. Tapi semenjak aku bertemu dengan imam, semuanya berubah. Dialah satu-satunya laki-laki yang bisa membuatku aman dan nyaman."

Tes.. Tes.. tes..

Suara kesedihan yang sudah tak dapat lagi ia tahan. Membuatnya tak bisa untuk berkata-kata. Seolah-olah setiap kata yang akan keluar dari mulutnya terhisap oleh butiran air yang jatuh ke jilbab halusnya.

"tapi kemarin, ketika aku mendengar sendiri dari imam. Kalau dia sudah punya pacar, hati ini tak dapat menahan rasa sakit ini. Hatiku hancur berkeping-keping, harapan yang susah-susah ku bangun sekian lama. Kini telah sirna terbang dengan debu yang di terbangkan sang angin entah kemana. Rasa ini luluh tak membekas, hanya ragalah yang masih membuatnya tetap seperti utuh." ujar ning ulya mengeluarkan kerisauan hatinya.

Mencoba untuk bangkit, ia akan berpura-pura belum mengetahui arah pembicaraan yang tengah ia lalui sekarang. "jadi, apa maksud ning ulya memanggil ratna?" Tanya ratna sambil menghapus air mata kesedihannya.

"kamu jangan berpura-pura lagi, aku sudah tau kamu itu pacarnya imam hiks..hiks.." Ujar ning ulya kecewa mendengar penuturan wanita yang di depannya. "rat, Aku hanya memohon kepadamu sebagai seorang wanita, bukan sebagai putri gurumu. Tolong berikanlah cinta imam kepadaku, aku tak bisa hidup tanpanya." pinta ning ulya sambil menempelkan kedua telapak tangan di dekat dadanya.

"ta.. tapi.." uca ratna yang terasa berat untuk mengucapkan keinginan hatinya.

"rat, aku mohon.. aku takkan kuat, apabila melihat imam bersama dengan orang lain."

hiks.. hiks.. hiks..

begitu sulitnya situasi ini, seseorang yang menderita sakit parah. Memintanya untuk menyerahkan cinta kekasihnya. Ia merasa ada setetes harapan untuk sembuh, apabila ia ikhlas merelakan cinta kekasihnya. Namun, bagaimana dengan perasaan dan hati kecilnya?


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 1 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang