Perayaan Maulid (4)

223 7 0
                                    


Entah perasaan apa yang tengah bergelut di hati imam. Ia tak bisa mengungkapkan perasaan apa yang tengah kini ia rasakan. Gembira atau sedihkah ekspresi hidupnya sekarang, melihat dirinya ada di posisi ini. "ka...kamu.. Ikut lomba LCC kan?" Tanya imam tertunduk menyembunyikan kerisauannya.

Dan ratna pun hanya mengangguk menanggapi pertanyaan dari orang yang ada di depannya ini.

Hem.....

Suara apakah gerangan yang membuat keadaan mereka menjadi panas. Minuman yang ada didepan mereka kini tak terasa dingin mereka pandang. Perlahan-lahan mereka berdua pun menoleh kearah suara tersebut dengan ketakutan.

"imam...ratna..."

Bagaimana mungkin ia ada disini?

Ratna sangat terkejut melihat kedatangan sosok yang tak pernah ia sangka aka nada di tempat seperti ini. "mba lia. Ka... kami..." jawabnya terbata-bata. Tak sanggup mengungkapkan perihal yang harus ia jelaskan dengan tepat.

Betapa murkanya mba lia menghadapi masalah ini, berani-beraninya santri ditempat umum seperti ini melakukan hal yang paling dilarang keras di pesantren ini. "apa yang kalian lakukan disini?"

Imam yang berada disini tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya terdiam melihat seorang pengurus sedang memergoki mereka sedang berdua-duaan. Mungkin mba lia menyangka bahwa mereka sedang berpacaran. "ratna, ikut saya kekantor. Sekarang!!!!" Bentak mba lia.

"mba lia. Ini bukan salah ratna." bela imam.

"sudah! Tidak ada urusannya dengan kamu. Ratna cepat!!!" Bentak mba lia meninggalkan warung tersebut dengan ratna yang tertunduk lemas dengan linangan air matanya.

Kepergian ratna yang begitu berat, membuat imam menjadi serba salah. Ia bingung mau mengejar ratna, atau ia harus mencari dan memberitahu kedua sahabatnya yang tengah pergi bersenang-senang.

Setelah menitipkan kaset yang ia beli untuk sang pujaan hati. Rizal pun melangkah pergi meninggalkan ratusan kaset yang tidak ia pilih sebagai kado hadiah muludan. Dari kejauhan rizal melihat sahabatnya yang berlari ke arahnya dengan begitu tergesa-gesanya. "hey bro... gimana? Lancar?" Tanya rizal santai.

Imam yang masih tersengkal-sengkal karena kehabisan nafas. Dengan posisi ruku' imam mencoba mangatur kembali nafasnya yang terputus-putus. "gawaat nih. Gawat!!!" Ujar imam teringat kembali kejadian yang baru saja di alaminya.

"gawat kenapa? Dimana rantna?" Tanya ela cemas. Karena tidak mengetahui dimana orang yang telah menemaninya pergi ke tempat hiburan rakyat kecil ini.

Begitu syoknya imam karena acara perkenalannya dengan si bidadari telah kandas ditengah gelegar perintah sang amirah. Yang tengah berpatroli merazia santri-santri yang melakukan pelanggaran seperti yang dilakukannya. "tadi setelah kalian tinggal. Kami cuma duduk berdua di warung. Tapi mba lia tiba-tiba datang entah dari mana." jelas imam menyampaikan duduk perkara yang membuatnya tak karuan.

"ya sudah, sekarang aku kepesantren dulu. Wassalamu'alaikum." ucap ela bergegas kembali ke pesantren untuk menolong sahabatnya yang kini terjerat dalam masalah besar. Karena dapat membuatnya kena ta'ziran yang begitu keras.

Kalau dalam masalah penegasan aturan, pesantren ini menjanjikan nomor satu kepada setiap wali santri yang mendaftarkan anaknya ke pengurus pesantren. Tak ayal ini membuat kering tenggorokan imam yang menjadi pasangan ratna dalam situasi itu.


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 1 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang