Kejadian Akhir Semester (3)

138 7 0
                                    


Panas sang surya yang selalu setia memberikan kemudahan bagi setiap makhluk hidup untuk melakukan aktivitasnya yang begitu tertata dengan rapinya. Walaupun terkadang, panas itu terkalahkan oleh kabut gelam membawa literan air mengelilingi bumi.

Namun, panas yang kali ini yang begitu sedikit memberikan kenikmatan sinarnya. Membuat awan hitam gelap siap mengeluarkan petir-petir ganasnya untuk memperindah turunya jutaan butir air yang terasa berasal dari lautan.

Dan keheningan siang kelabu ini, membuatnya terasa sebagai makhlukNya yang terbakar api kerinduan. Berulang kali setiap insan mengajaknya untuk kembali ke penjara suci, tapi ia merasa enggan untuk meninggalkan tempatnya berpijak. Ia merasa kesunyian adalah teman yang paling pantas untuk dirinya saat ini.

"imam."

Pemilik suara yang entah mengapa sekarang ini ia tak mau untuk menemuinya. Namun di sisi lain, ia tak mau orang lain khawatir akan ke adaan dirinya yang ia rasa paling lemah untuk saat-saat seperti ini. "ning ulya." Ucap imam melihat kea rah wanita yang terasa membuat suatu rasa yang menganjal.

Melihat pujaan hatinya tengah di runung awan gelap, ning ulya pun mencoba untuk mengubah suasana di hati seseorang yang ada di depannya. "lagi ngapain?" Tanya ning ulya yang hanya bisa tersenyum pasi tak mengubah rautmukanya yang terlihat masih begitu lemah.

"ngak ning. Eh, ngomong-ngomong ning ulya sudah sehat?" Tanya imam mencoba mengalihkan topik pembicaraan agar tidak mengarah padanya.

Sedikit malu-malu, ning ulya yang aslinya melakukan hal nekad dengan melakukan langkah ini. Walaupun awalnya rasa gemetar menyelimuti langkahnya. "alhamdulillah, sudah mendingan." Jawab ning ulya tak tahu lagi mau mengucapkan apa.

"alhamdulillah." Ucap imam puas, karena pengorbanan waktunya selama ini tak berujung dengan kesia-siaan. Dan langkahnya yang tak pergi menemui ning ulya selama tiga hari ini, ternyata begitu tepat. "Ngomong-ngomong ada apa ning ulya mencari saya?"

"engak ada apa-apa. Ulya cuma mau menyerahkan ini." jawab ning ulya yang khawatir melihat pujaan hatinya yang sedari tadi terlihat termenung sendiri. Berdasarkan hobi dari sang pujaan hati, ning ulya pun segera membelikan makanan yang paling di sukai oleh sang kekasih. Dengan harapan, semua rasa sayangnya yang ada pada makanan itu dapat mengusir rasa sedih sang kekasih.

Entah mengapa hati imam merasa tidak bisa lagi menerima pemberian itu. Selama ini ia tak pernah membalas pemberian dari ning ulya, oleh sebab itu ia merasa sudah cukup untuk membuat ning ulya kalang kabut memenuhi keinginannya. "maaf, bukan maksud saya merendahkan ning ulya. Namun, mulai sekarang jujur saya tidak bisa lagi menerima pemberian dari ning ulya." Gegas imam menolak pemberian itu.

Betapa terkejutnya nig ulya melihat perubahan imam yang mendadak ini, apakah dirinya melakukan kesalahan, sehingga pujaan hatinya mengucapkan kata-kata pedih itu. "tapi kenapa mam?" tanya ning ulya yang masih terpukul dengan tindakan imam.

"ning ulya sendirikan sudah tau alasannya." jawab imam yang tak tahu mau menjelaskan dengan cara apa lagi. membuang jauh pandangannya adalah cara jitu yang dapat menutupi kekurangannya ini.

"tapi, ratna sudah meninggalkanmu." Ujar ning ulya yang mulai menebak kepergian teman sekelasnya lah yang membuat perubahan dalam diri imam.

Tersambarlah hati kecil imam mendengar kata-kata dari mulut wanita yang ia kira begitu terjaga lisannya. "ulya." sentak imam yang tersulut emosi, Ia merasa masih sulit menerima bahwa kekasihnya yang menghilang, kini pergi meninggalkannya. "ratna tidak mungkin meninggalkanku, pasti ada alasan lain." jelas imam sambil beranjak pergi meninggalkan ning ulya yang berlinang air mata.

"mam, kamu tau ngak. Aku itu suka sama kamu." Tutur ning ulya yang tak mampu lagi meluluhkan hati pujaan hatinya. "mam." ucapnya memegang lengan baju pujaan hatinya agar tak meninggalkannya sendiri.

"sudah cukup ul. Sekarang dan untuk selamanya cintaku hanya untuk ratna. Ratna seorang." jelas imam yang mencoba melepaskan pegangan ning ulya.

"Aku ngak bisa hidup tanpa kamu." Teriak ning ulya mencoba menahan kepergian pujaan hatinya.

"terserah." Seru imam lantang membahana ke seluruh bangunan sekolah.

"imam..." teriak ning ulya yang jatuh tersedu melihat pujaan hatinya yang begitu sangat marah kepadanya. Kesalahan kecil yang ia buat, membuat sang ke kasih menjadi tak bisa ia dekati lagi.


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 1 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang