Surat Sofi (2)

185 10 0
                                    


"kenapa hanya gara-gara imam aku jadi kaya gini?" Keluh ratna lirih yang membuatnya harus merasakan sakit yang amat sengat. Sambil melingkarkan kedua tangannya ke lututnya, ratna mecoba kembali menyusu setiap potongan semangatnya yang sudah tercecer.

Tanpa terasa, cairan hangat keluar dari kedua bola matanya. Cairan yang dikeluarkan apabila seseorang tengah merasakan sesuatu yang begitu menyentuh hatinya. Terkadang tawa, terkadang pula sedih tiada orang tahu kapankah cairan ini muncul. Apabila cairan ini di suruh keluar, begitu sulitnya ia keluar. Apabila cairan ini ditahan, begitu sulitnya ia ditahan. Dan itulah nikmat yang diciptakannya takkala kita merenungkannya.

Begitu berharganya air mata sampai di dalam kitabNya dicantumkan hadiah yang begitu berharga. Apabila kita melakukannya, Sang Maha Kuasa akan menghadiahkan surgaNya kepada kita. Jika kita menangis hanya untuk diriNya.

Tidak biasanya kamar mereka kosong. Tak ada tanda-tanda kuncen yang biasa menunggu kamar ini. Seseorang yang selalu sibuk berkutat dengan novel-novelnya yang begitu banyaknya. Seseorang yang lebih suka menyendiri ketika mendapat suatu masalah, dan lebih memilih diam. Agar orang yang ada di sekitarnya tidak cemas dengannya.

"hayo. lagi nangis ya."

"ngak kok."

"terus lagi ngapain?" Tanya ela melihat sahabatnya ini tengah menyapu butiran air mata yang ia tutup-tutupi.

"ngapain aja...." Jawab ratna. "eh, el. Lihat sofi gak? Sudah lama ngak ngobrol." Ucap ratna mengalihkan obbyek pembicaraan.

Ela pun juga merasakan hal yang sama dengan sahabatnya. Mereka terasa kehilangan sosok yang selalu dapat membuat mereka dapat tersenyum. Sudah sepekan setelah ratna mendapat surat cinta dari imam, dan selama itu pula mereka belum bercengkrama dengan sahabat yang mencintai imam.

"sof...sof..." teriak ela melihat orang yang tengah mereka bicarakan. Dengan melambaikan tangan ke arah sofi, ela meminta sofi agar mendekat.

Langkah kaki yang mendekat, membuat ratna terasa ingin menyembunyikan wajahnya yang penuh dosa terhadap sahabatnya ini. Sofi pun menanyakan perihal apa, sehingga ia harus datang kepada mereka.

Puar-pura tidak tahu tentang duduk perkaranya. Ela mencoba untuk mendapatkan penjelasan dari sofi. "kamu kok jarang kelihatan sih?" Tanya ela yang melihat sofi yang begitu berbeda dari biasanya.

Lirikan yang begitu menyakitkan. Sofi lontarkan kepada sahabatnya yang masih tertunduk ini. Lirikan yang di sebabkan luka yang ia dapat dari tusukan panas yang amat sangat di belakang tubuhnya. "lagi sibuk nih." Ucap sofi ringan. "eh el. udah dulu ya. Aku mau nyetrika baju dulu, takut ngantri." Ujar sofi pergi meninggalkan kedua sahabatnya dengan sorot mata yang begitu sayup.

"el.. Kamu tadi lihat ngak sorot matanya sofi?" Tanya ratna yang menangkap sebuah keganjilan.

"enggak, emang kenapa?"

Ratna tak bisa mkenjelaskan dengan kata-kata tak kala matanya beradu dengan pandangan sofi yang begitu sayup.

"Tapi semenjak kamu dapat surat dari imam, sifat sofi kayaknya berubah deh. Dia sekarang jauh lebih tertutup ke kita." Jelas ela melihat perbedaan sofi yang amat sangat mencolok. Sofi yang dari dulu selalu menceritakan keluh kesahnya ke pada mereka. Kini, hanya diam membisu seolah tak kenal terhadap dua sahabatnya ini.


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 1 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang