Dimanakah Engkau (3)

144 7 0
                                    


Rasa bimbang yang tak terhujung, tengah ia rasakan tak bisa melewati lumpur hisap kehampaannya. Hari yang telah beranjak mulai memudarkan sinarnya, tak mengubah harinya yang telah gelap lebih awal. imam yang tengah duduk termenung memikirkan keadaannya yang semakin runyam. Membuatnya binggung harus melakukan apa.

"mam." ucap seseorang menghapiri imam yang tengah tak mempunyai petunjuk kelanjutan kisah hidupnya.

Melihat sahabatnya yang selalu berada di sampingnya, terasa menjadi obat pelipur lara yang dapat sedikit menghilangkan rasa kebimbangan dalam hatinya. "zal. Maafin aku ya." pinta imam sambil mengulurkan yangan kepada rizal.

"sama-sama, aku juga mengerti. Jika posisiku ada di posisimu, mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama." jelas rizal yang menjabat uluran tangan sahabatnya.

"makasih zal."

Rizal yang begitu bahagia melihat sahabatnya yang mulai bisa bengkit dari lembah kehampaan. Membuatnya tak bisa menahan sesuatu yang di bawanya. "Eh aku punya kabar gembira untukmu."

"kabar apa?" Tanya imam yang mencoba menarikkan perhatiannya kepada sahabatnya agar tak merasa sedih ddengan kondisinya sekarang ini.

"aku sudah mendapatkan alamat ratna di Jakarta." Jawab rizal dengan bangga.

"dapat dari mana?"

"tadi siang sebelum pulang sekolah, aku di suruh mengumpulkan tugas anak-anak di meja pak roiz. Mumpung gak ada guru di kantor, aku segera teringat dengan ratna yang pindah. Dan beruntungnya aku melihat buku catatan pindah siswa. melihat ada peluang, aku terus mencari alamat ratna. Dan, nih hasilnya." jawab rizal menjelaskan kronologi kejadian yang ia kenang dalam sepotong kertas yang telah ia sodorkan kepada sahabatnya.

Begitu beruntungnya ia mendapat sahabat yang begitu baik terhadapnya. Imam pun tersenyum lebar melihat kertas tersebut. Entah kegalauan yang sedari tadi mengerumuninya sekarang terasa sirna tak membekas. "zal, aku akan ke alamat ini." Ujar imam yakin akan langkahnya selanjutnya.

"hah.. kapan?" Tanya rizal yang begitu kaget dengan tindakan sahabatnya yang tyak pernah ia sangka.

Dengan semangat yang menggebu-gebu, imam segera berfikir menjawab pertanyaan dari sahabatnya. "secepatnya. Malam ini pun juga bisa." Jawabnya yang seakan mau meledak gembira.

"wah.. jangan terburu-buru dulu mam." bujuk rizal kepada imam agar tidak melupakan hal yang akan mendukung kepergiannya.

"terus kapan?"

Rizal pun segera mengatur scadule yang tepat untuk sahabatnya dalam memori otaknya yang tidak kalah dengan sahabatnya. "besok pagi saja, sekarang kamu mempersiapkan apa saja yang akan dibawa." bujuk rizal menenangkan sahabatnya.

Kepercayaan yang telah penuh, membuat imam tak ragu lagi menuruti kemauan dari sahabatnya. "baiklah, besok pagi aku akan ke Jakarta." ujar imam yakin akan bertemu kembali dengan pujaan hatinya.


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 1 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang