Partner for Life (Airin POV)

619 51 1
                                    

Title : Partner For Life

Genre : Romance, Friendship, Fiction

Cast : Bae Irene as Airin Aprodite

            Oh Sehun as Sean Javier

            Kang Seulgi as Selgia Joan

            Kim Kai as Kaisar Ramadhan

            Park Chanyeol as Cakra Biruni

            Son Wendy as Wina Sahara

Airin POV

Angin berhembus lembut ketika aku menikmati perjalanan yang cukup panjang di sore hari ini. Walaupun hanya perjalanan survei dengan jarak sepuluh kilometer bagiku pinggang tetap saja terasa pegal duduk di boncengan motor. Di depanku sosok lelaki dengan kemeja merah kotak-kotak flanelnya masih fokus menatap ke jalanan di depannya. Sesekali kami mengobrol ringan membahas kuliah atau program kerja yang akan kami laksanakan ke depannya.

Kami sudah hampir menjadi partner selama dua tahun, jadi tidak heran sering pergi bersama untuk masalah program kerja. Tidak jarang juga kami mendapatkan kelas yang sama saat kuliah tapi jujur saja di kelas malah kami jarang bertegur sapa.

Namanya Sean Javier, sosok yang lebih muda satu bulan dariku. Ialah teman pertamaku saat masuk organisasi ini syukurlah kami berada di divisi yang sama. Sean adalah orang yang baik bagi semua orang yang mengenalnya entah itu teman laki-laki atau teman perempuan.

"Ai, cita-citamu apa?" sebuah pertanyaan yang secara tiba-tiba ia lontarkan saat kami dalam perjalanan pulang.

"Hmm nggak tahu," balasku singkat.

"Aku pengen cepet lulus, lanjutin usaha ayah ibuku terus punya istri. Biar istriku nanti yang bantu usaha kami, aku yang fokus sama karir," ucapnya tiba-tiba.

Aku hanya mengernyit heran mendengarnya. Untuk apa dia bercerita seperti itu padaku. Memang dia selalu menceritakan perihal orang tuanya atau usaha orang tuanya di tempat asalnya. Bahkan setiap weekend ia sempatkan pulang ke rumah walaupun kota kampus kami berjarak dua jam dari kota asalnya.

"Sebenernya aku pengen nikah umur 30an, mau fokus karir dulu," lanjutnya.

"Itu sih terserah kamu," balasku.

Sore itu menjadi perjalanan yang cukup melelahkan. Ya karena di pagi harinya kami sudah mengisi waktu dengan jam kelas yang padat. Untung saja Sean dengan cepat bisa mengantarkanku sampai ke kost.

***

"Kamu mau pulang sekarang?" tanyaku pada lelaki di hadapanku.

Sean, sosok itu mengangguk. Di punggungnya sudah ada tas hitam miliknya yang ia gunakan tiap kali pulang kampung. Ada kabar yang sedikit tidak menyenangkan, ayahnya jatuh sakit dan masuk rumah sakit. Terpaksa dia tidak bisa mengikuti acara kami hari ini, meski begitu ia menyempatkan pamit pada kami.

Aku jadi semakin khawatir pada kondisi ayahnya, pasalnya beberapa minggu lalu ayah Sean juga pernah jatuh sakit meski tidak separah ini.

"Maaf ya, gabisa bantuin hari ini," ucapnya menyesal.

"Gak papa, ayah kamu lebih penting. Hati-hati," balasku.

Sean mengangguk pelan, "Kamu juga jangan capek-capek nanti," peringatnya sembari mengusap pundak kananku.

Kenapa rasanya tiba-tiba ada yang menggelitiki perutku. Apa karena perlakuan Sean barusan? Ah tidak, tidak mungkin. Kami kan hanya berhubungan sebatas profesionalitas saja.

Vanilla Latte : Short Story | Hunrene ChanreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang