Title : Ik Hou Van JouGenre : Romance, Sad, History
Cast : Bae Irene as Irena Ramadhani Wiratama
Oh Sehun as Sean van Godewyn
Kim Kai as Kaisar Ramadhana Wiratama
Choi Siwon as Sarwono Bagus Wiratama
Im Yoona as Yuana Setyadi
Kim Junmyeon as Juna Permadi
Jadilah pembaca yg bijak, oke?
Kisah ini berlatar pada zaman penjajahan Belanda sekitar tahun 1890-an di Indonesia tepatnya di suatu desa yang cukup maju tak jauh dari Batavia. Namanya Desa Sukasari, dipimpin oleh seorang kepala desa yang sangat mumpuni namanya Sarwono Bagus Wiratama.
Asal-usulnya tentu dari keluarga terpandang, sejak zaman kakek buyutnya banyak anggota keluarganya yang menjadi pejabat desa. Keluarga merekapun dikenal sebagai keluarga intelektual.
Sarwono memiliki dua orang anak satu putra dan satu putri. Namanya Kaisar Ramadhana Wiratama yang usianya sudah menginjak 22 tahun. Sebentar lagi anak sulungnya itu akan menikah dengan salah satu anak dari pejabat desa pula namanya Jani Paramitha. Sedangkan si bungsu bernama Irena Ramadhani Wiratama berusia 18 tahun. Namanya diambil dari nama dewi dalam mitologi Yunani yaitu dewi Eiren yang berarti kedamaian. Sang ibulah yang memberikan gadis itu nama Irena, meskipun sang ibu meninggal sebulan setelah melahirkan Irena.
Sepeninggal sang istri Sarwono tidak pernah menikah lagi dengan wanita lain. Ia terlalu mencintai mendiang istri. Menghabiskan waktu untuk membangun desa kelahirannya menjadi desa yang maju dan terhindari dari bala tentara kolonial Belanda yang kini tengah menjajah negeri tercinta.
Kedua anaknya diurus oleh pengabdi setianya yang bernama Mbok Minah dan Pak Suteja. Selain keduanya Sarwono juga memiliki pengabdi setia lain yang membantunya dalam segala hal. Hingga kini ia bersyukur dapat melindungi anak-anaknya dan juga desa tercintanya.
"Ayah," panggilan lembut itu membuyarkan lamunan pria paruh baya yang sedang duduk di teras rumah.
Seorang gadis cantik berambut hitam sepunggung berdiri dengan membawakan secangkir kopi. Ia meletakkan kopi tersebut di meja.
"Irena buatkan kopi kesukaan Ayah," ucap gadis itu sembari tersenyum.
"Terima kasih, Nak," balas Sarwono menatap putrinya.
Irena benar-benar mirip mendiang istrinya. Setiap kali putrinya itu melakukan hal-hal yang sama seperti yang dilakukan istrinya dulu lelaki paruh baya itu menjadi rindu pada sang istri. Irena sudah semakin dewasa membuat Sarwono harus lebih menjaganya terlebih dari pemuda-pemuda desa yang terpesona akan kecantikan putrinya.
"Ayah, nanti Iren akan pergi ke rumah Wanda karena ada tasyakuran di sana," izin Irena pada sang ayah.
"Boleh, asalkan diantar Kaisar ya, Nak," jawab Sarwono sembari meminum kopinya.
Irena cemberut mendengar jawaban sang ayah. Selalu saja begitu setiap kali ia akan pergi atau sekedar bertemu dengan sahabatnya. Kakaknya, Kaisar selalu menjadi orang nomor satu yang diminta sang Ayah untuk sekedar mengantarkannya. Irena tak bisa menolak setidaknya diberi izin saja ia sudah bersyukur.
***
Irena menatap takjub pemandangan di depannya. Ia baru menyadari bahwa pagi hari begini gunung dan kebun teh terlihat sangat indah ditambah dengan matahari yang baru saja menampakkan sinarnya. Meskipun kebun teh di sini sebagian besar adalah milik keluarganya tetapi dirinya jarang sekali mengunjungi. Pamannya, Kaisar dan sepupu-sepupunya yang biasa mengurus kebun teh tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanilla Latte : Short Story | Hunrene Chanrene
FanfictionUdah baca aja, mana tahu suka..