Unusual Love (End)

306 32 9
                                    

Halooo..
Ada yg masih inget cerita ini gak?
Hehe ini lanjutan Unsual Love, emang enggak urut karena emang aku nulisnya gak berurutan.
Maff ya,

Kalau lupa baca yg bagian satu nya di atas ada kok hehe...
Lain kali klo ada yg beraambung gini bakal aku urut partnya

Oke lanjut yuk







Cakra menatap gadis di depannya yang tengah meneguk minuman kalengnya dengan cepat. Ia dapat merasakan mood Irene yang sepertinya sedang tidak baik.

"Kaisar dan Jena akan bercerai," ucap pemuda itu.

Irene hampir saja akan menyemburkan minuman di dalam mulutnya. Buru-buru ia menelannya dengan susah payah.

"C-cerai?" ulang gadis itu.

Cakra hanya mengangguk.

Jena adalah teman dekat Irene saat kuliah dulu. Mereka bahkan satu organisasi juga bersama Cakra. Jena dan Kaisar adalah pasangan yang peling diidamkan di kampus dulu. Mereka terlihat selalu mesra, akhirnya memutuskan untuk menukah satu tahun setelah kelulusan. Keduanya dikaruniai seorang putri yang kini usianya sudah tiga tahun.

Usia Jena sama seperti Irene 26 tahun. Memang kita tidak akan pernah tahu takdir akan seperti apa.

"K-kenapa? Bahkan terakhir kali kita bertemu mereka masih baik-baik saja," ucap Irene tak percaya.

"Entahlah, Rene. Aku dengar ada orang ketiga," balas Cakra.

"Itulah yang tidak aku sukai, harusnya dulu Jena mempertimbangkan lebih dulu saat akan menikah," kata Irene yang kini melipat tangannya di depan dada.

Cakra menatap Irene sembari menggeleng-geleng pelan. Sudah mengerti arah pembicaraan gadis di depannya.

"Aku tidak menyesal mengejar karirku lebih dulu, baru nanti akan kupikirkan soal pernikahan," ucap Irene lalu meneguk minumannya lagi dengan cepat.

Gadis itu beeharap Cakra akan sedikit peka dengan pembahasan seperti ini. Tapi sepertinya pemuda itu tidak menghiraukan perkataannya.

"Hhhh," Irene menghela napas pelan.

"Baiklah, aku harus kembali ke kantor banyak yang harus aku kerjakan," kata Irene lalu bersiap bangkit.

"Aku akan mengantar," balas Cakra.

Gadis itu tidak peduli, ia berjalan lebih dulu meninggalkan pemuda di belakangnya yang masih harus ke kasir untuk membayar makanan.

***


Sehan menunggu kedatangan Irene dengan sedikit gugup. Ia melihat sebuah kotak berwarna biru tua yang ia simpan di balik jasnya. Semoga yang ia lakukan ini tidak salah.

Tak lama sosok cantik Irene datang dengan penampilan seperti biasanya. Sederhana tapi cantik. Sebenarnya malam ini adalah malam minggu, Sehan beralasan meminta Irene untuk menemaninya bertemu klien di salah safu restoran.

Irene tidak mengenakan pakaian kerja tetapi ia mengenakan dress berwarna biru dongker selutut dengan lengan bermodel ruffle. Sungguh cantik menurut Sehan.

"Apa sudah lama? Maaf terlambat, di mana klien kita?" tanya Irene sembari melihat sekeliling.

Sehan tersenyum, "Mereka belum datang, jadi sebaiknya kita makan dulu,"

Sehan memberi kode pada pelayan untuk membawakan makanan yang sudah di pesannya. Bahkan ia memesan ruangan VIP ini hanya untuk mereka berdua tetapi Irene tidak mengetahui hal itu.

Setelah memakan makanan pembuka Sehan mulai membuka pembicaraan. Jujur saja ia merasa gugu tapi mencoba tetap tenang.

"Irene,"

Vanilla Latte : Short Story | Hunrene ChanreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang