8. kok Terima sih?

2.1K 130 6
                                    

"Maaf aku telat," kata Della.

Mereka saling tatap dalam diam. Della sepertinya mengenali wajah di depannya ini, tapi siapa ya? ah, Della baru ingat, lelaki ini kan si Datar yang waktu itu menabraknya saat ngevlog. Della mendengus mengingat itu.

Ziyan juga masih terdiam, dia sungguh tidak tau apa yang harus dilakukannya saat melihat gadis yang ada di mimpinya itu. apa ini artinya gadis itu memang jodohnya? Apa dirinya memang ditakdirkan bersama? arghhhh.... Memikirkannya saja membuat kepala Ziyan hampir pening.

"Silahkan duduk," kata Ziyan pada akhirnya.

Della menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ah dia punya satu ide cemerlang.

"Sepertinya aku salah meja, maaf aku..."

"Salah meja? Benarkah, atau kau hanya ingin pergi setelah melihat wajahku."

"H-hah?"

"Kita pernah bertabrakan bukan? dan terlihat sekali, kau tidak menyukaiku," katanya.

Della mendengus. "Tau dari mana bahwa aku tidak menyukai anda, Tuan?"

"Belajar dari pengalaman."

"Wow, aku berikan nilai berapa untuk itu?" Ziyan menghela nafas, dia pusing sendiri kalau kebanyakan bicara seperti ini.

"Terserah." Ziyan kembali duduk.

Della melongo di tempatnya, kenapa jadi lelaki itu yang jutek dan bilang seterah? Bukakah seharusnya dirinya? Aduh pertemuan macam apa ini.

"Duduklah!" perintah Ziyan.

"Kau menyuruh atau menawarkan?"

"Menyuruh," jawab Ziyan.

"Bisa kau berikan kesan sedikit manis dalam pertemuan pertama kita?"

"Saya bukan gula."

Della menggeram kesal.

"Kenapa kau tidak bisa sedikit ramah?!"

"Aku sudah ramah," balas Ziyan.

Della menghela nafas.

"Maksudku kenapa kau datar seperti tembok ini hm? Kau bisa senyum sedikit, mungkin."

"Untuk apa?"

"Oke terserah mu!" pasrah Della dan mulai memesan makanan.

"Boleh aku bertanya?"

"Hmm," kata Ziyan.

Della menggaruk rambutnya tidak mengerti. Bahasa alien dari mana ini? perasaan yang aneh seperti alien hanya Papahnya saja deh, kenapa yang di depannya ini juga aneh. Oke Della, tenang, ayo tenang. Pikirnya mencoba menghibur diri.

"Apa pekerjaanmu?"

"Menyuruh," jawabnya.

"Aku serius?!!!"

"Melatih anggota."

"Kau Angkatan?"

"Hmm."

"Angkatan apa? Darat, Laut, Udara, atau mungkin Api?"

"Darat," jawab Ziyan.

Della menatap Ziyan serius. "Kau tidak tertawa?"

"Kenapa? tidak ada yang lucu."

"Itu tadi aku... arghhh udah lupain aja."

"Hmmm."

Oke Della mulai kesal dengan makhluk tembok di depannya ini. ya, pekerjaan sangat cocok sekali dengan dirinya yang pendiam, coba bayangkan jika lelaki didepannya menjadi guru. Akan jadi apa muridnya nanti? Menunggunya berbicara saja mungkin sudah membuat mereka terkena darah tinggi.

Tentara Tembok ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang