30. Mengobati?

775 64 18
                                    

Hasan menatap Ferinu dengan pandangan kosong. Lelaki itu baru saja menjelaskan kepadanya dan benar saja, keadaan kakaknya semakin memburuk sekarang. Della memang tidak satu ayah dengannya, tapi Della tetaplah kakaknya, mereka berbagi rahim yang sama.

"Gua harus apa Nu?"

Semua keluarga sedang kumpul sekarang, ah lebih tepatnya keluarga besar minus anak-anak kecil.

"Della bagaimana mah?" tanya Hillal.

"Sudah tenang tadi, mamah gak kuat liat Della begini Pah," kata Deana memeluk Hillal.

Hillal mengusap punggung Deana, sama seperti istrinya semua ini berat baginya juga.

Leon terdiam tak mengeluarkan suara sedikit pun, sejak kembali ke Indonesia dan mendengar hal ini, Leon semakin terlihat kacau saja.

"Gua bakal cari kenalan dokter hebat diluar negeri," kata Fary (ayah Ferinu) memecah keheningan.

"Obat-obatan itu tidak bisa di makan oleh Della, takutnya berbahaya bagi mereka. Seharusnya bius juga tidak diperbolehkan." Geli yang memang sedang memeluk istrinya ikut menambahkan.

Semuanya kembali terdiam.

"Om Bukannya dulu Ferinu pernah dibawa ke seseorang, kenapa kita tidak bawa Della ke sana saja?" tanya Micho.

"Iya Yah, kenapa gak ke sana saja?" tanya Baby istri Fary.

"Tidak bisa, Nyonya tidak bisa mengobati orang sembarangan, kamu kan tau kita juga susah sekali menemuinya."

"Saya akan memintanya membantu Kak Della," kata seseorang berpenampilan lelaki, ya dia orang yang sama yang bertemu dengan Ziyan waktu itu.

"Bukan cuman Cino, Ferinu juga akan membantu dan menemui nenek," kata Ferinu yang memang diminta memanggil Nenek oleh seseorang yang telah membantunya waktu kecil itu.

"Terserah kalian, tapi terakhir Ayah dengar dia sudah tidak tinggal di sana," ujar Fary.

@@@

"Kau yakin di sini?" tanya Hasan tidak percaya.

"Lihat alamatnya benar!"

"Tapi ini rumah kosong," ujar Micho kesal.

"Masuk saja! dasar kalian penakut!" kata Cino dengan santai masuk ke dalam pagar.

"Gue merasa kita memang sudah benar-benar di sambut," kata Ferinu memperhatikan sekitar, ada beberapa sosok yang terlihat tertarik dan memperhatikan mereka dengan sembunyi-sembunyi.

Tok... tokk... tok....

"Kaga ada orang kan! Ini rumah kosong!" kata Micho.

"Udah jadi ayah aja sepenakut ini, cih," ejek Cino membuat Micho menatapnya tajam.

Beginilah kesannya kalau Micho bertemu dengan Cino, lebih tepatnya memang Cino lah yang terlalu savage jika sudah berbicara dengan siapapun, tandai siapapun. Bukan hanya Micho saja, dengan Ferinu yang sedari orok sudah bermain saja galaknya gak ketulungan.

"Lo minta di cabok banget jadi orang!"

"Cih, dasar banci!"

"Lo yang banci kali, anjir!"

"Kalian bisa diem gak! Kita lagi cari orang buat sembuhin kak Della!" kata Hasan kesal.

"Ada apa ramai-ramai kemari?" tanya seseorang di belakang mereka membuat keempatnya menoleh.

"Nenek!" teriak Cino dan Ferinu bersamaan lalu memeluk wanita tua itu.

"Cucuku, kalian sudah sebesar ini?"

@@@

Beberapa menit kemudian, setelah acara temu kangen, lalu saling memperkenalkan diri dan juga acara cerita-cerita kejadiannya. Akhirnya mereka di persilahkan masuk dan kini duduk manis disofa ruang tamu, berbeda dengan keadaan depan rumah, di dalam rumah benar-benar bersih dan nyaman. Bahkan terlihat sangat bersih sekali.

"Saya bisa membantunya," kata Wanita tua itu membuat keempat remaja di depannya tersenyum senang.

"Terimakasih, nek." Kata Hasan kelewat senang.

"Tapi..."

Keempatnya terdiam menunggu wanita itu melanjutkan perkataannya.

"Saya hanya akan membantu nyawa lainnya saja," katanya melanjutkan.

"Maksud Nenek?" tanya Micho.

"Ferinu jelas sekali mengerti kenapa dia dan aku tidak bisa turun tangan, kalian sudah di jelaskan bukan?"

"Nek apa benar-benar tidak bisa?" tanya Cino lirih bahkan akan menangis.

"Hanya Tuhan yang bisa melakukan segalanya."

@@@

Bertahun-tahun kemanudiann...

"Kamu dari mana saja?" tanya Ziyan menatap tajam Kella.

"Jalan-jalan lah apa lagi?" jawabnya acuh.

"Kerjaan kamu cuman jalan-jalan aja? Kenapa kamu gak urusin tuh anak kamu yang nakal!"

Kella menatap Ziyan marah.

"Anak aku anak kamu juga ya! lagian aku bosen tau gak dirumah mulu, butuh jalan-jalan!"

Ziyan menahan lengan istrinya yang sudah akan pergi.

"Tapi gak sampai malam juga Kella!"

"Peduli Setan!" ujarnya menghempaskan tangan Ziyan.

Semenjak dua tahun terakhir ini, Kella semakin menjadi-jadi. Dirinya bahkan pulang larut malam dengan di antar oleh seorang Pria berkulit hitam, saat di tanya siapa? istrinya itu hanya menjawab teman saja. padahal Ziyan tau ada yang lain dari mereka.

"Ansel pulang!" kata seorang pemuda dengan pakaian serba hitam dan juga rambut di cat warna-warni.

"Kamu pakai apa itu di hidung?" tanya Ziyan saat melihat hidung pemuda itu di taruh semacam anting? Entahlah apa namanya.

"Lo kok belum tidur sih?" tanya pemuda itu.

"Yang sopan sama orang tua, Ansel!" kata Ziyan emosi.

Ansel memutar bola matanya malas, ayahnya ini kolot sekali sih?

Lagipula apa itu kesopanan? Membuat muak saja! Ansel ini jiwa muda, dan hidup di kota besar serta negara bebas. Kesopanan itu bisa nomor sekian, memang ayahnya saja yang tidak tau gaya anak muda.

"Ansel ke kamar dulu yah," katanya.

"Pulang larut malam, tidak sopan, pakaian aneh. Kamu ini anak sekolah atau gelandangan?!"

"Suka-suka Ansel lah Yah, gitu aja kok repot!" teriak Ansel membalas.

Ziyan menghela nafas berat, anaknya ini benar-benar membuat darah tinggi. Seharusnya dia dulu tak mempercayakan Kella mendidik Ansel, jadi begini kan. Ah lebih tepatnya Ansel tidak pernah di didikoleh ibunya karena wanita itu sibuk dengan dunianya sendiri, sehingga Ansel mencari jati dirinya sendiri seperti sekarang.

.................................

Sinyal kenapa sih ya ini?!  😭😭

Susah banget upnyaaa

Hueeeee 😭😭😭😭

Owh iya, kalian apa kabar? Gimana caritanya? Maaf kalau buat nangis, setelah ini mungkin lebih sedih lagi. Eh 😅😅

Tentara Tembok ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang