22. kujemput maaf

1.5K 95 17
                                    

Ziyan sudah siap dengan beberapa baju di tas dan juga beberapa surat-surat. Setelah mengambil cuti dan ijin. Akhirnya dia bisa menyusul sang istri di negri sebrang sana, Ziyan jadi tidak sabar dengan itu.

Sesampainya di negara tetangga itu, Ziyan segera mungkin mencari alamat rumah Leon. Ya, Ziyan tidak mengabari siapapun tentang kedatangannya ini. Kecuali Leon yang memang harus ijin jika masuk keperumahan tersebut.

Ziyan sampai di sebuah rumah besar dan indah. Hmm sepertinya lumayan nyaman dan elegan, tapi Ziyan lebih suka rumah sederhana dengan taman yang luas. Mungkin nanti dia akan menghadiahkan itu untuk Della, ya saat mereka akan memiliki anak nanti. Memikirkan itu membuat Ziyan senang sendiri, walau wajahnya masih datar-datar saja.

Ting... tong...

Ziyan berdiri tegak saat pintu terlihat akan dibuka. Menampilkan wajah yang di rindukannya, wanita itu mengangkat kedua halisnya kaget tidak percaya. Baru saja Ziyan akan memeluknya, Wanita itu sudah melengos.

"Aku masih marah ya, Bang!"

Ziyan tersenyum tipis.

"Tidak kangen?"

"Baru aja di tinggal kemaren masa kangen," ucapnya berbanding terbalik dengan hatinya.

"Oh," balas Ziyan.

Della cemberut dia menarik-narik baju Ziyan, membuat Ziyan yang memang lebih tinggi darinya menunduk menatapnya.

"Kenapa?"

"Cium," cicit Della.

"Hmmm?"

"Ya udah kalau gak mau!"

Della mendengus dia masuk ke dalam rumah, namun sebelum langkahnya terambil banyak. Ziyan sudah menarik tangannya hingga Della berbalik dan bertabrakan dengan dada bidang suaminya itu.

"Siapa bilang gak mau?"

Keduanya ciuman di sana. Della yang hanyut mengalungkan tangannya di leher Ziyan, dan Ziyan semakin merapatkan dirinya dengan cara memeluk pinggang Della. Keduanya saling berdecak dan mengecup, hingga suara-suara desahan itu sampai di telinga Leon yang baru saja keluar dari tempat kerjanya.

"Ya ampun Baba tau ini di luar negri, tapi gak di ruang tamu juga!"

Della dan Ziyan tersadar segera melepaskan diri.

"Baba?!!" kesal Della.

Leon menatap Della. "Katanya lagi marahan, tapi kok cipokan."

Muka keduanya langsung merona merah, Ziyan bahkan mencoba menutup mulutnya karena sedikit malu. Leon hanya tersenyum puas.

"Ba!!" teriak Della.

"Udah nanti dilanjutin lagi buat bayinya, kasian mantu Baba baru aja datang, kamu ajak istirahat gih!"

Della mengangguk patuh dan mengajak Ziyan ke kamarnya, sedangkan Ziyan sebelum ikut pergi mengikuti Della dirinya lebih dulu salam kepada Leon. Menghormati Pria itu sebagai ayah Della dan juga mertuanya.

"Anak yang sopan, kuharap dia memperlakukan anakku dengan baik," gumam Leon kembali berjalan ke dapur, ya tujuan awalnya keluar ruang kerja adalah membuat kopi.

Di kamar Della, wanita itu menatap tajam suaminya. Ziyan mengerutkan dahinya tidak mengerti.

"Kenapa?"

"Aku masih marah sama Abang!" katanya keluar kamar dan menutupnya dengan kasar.

Brakkk..

Ziyan mematung, lalu Pria itu menghela nafas dan merebahkan dirinya di kasur Della, wangi tubuh istrinya langsung masuk ke rongga hidungnya. Sungguh harum sekali, pikirnya sebelum akhirnya memasuki alam mimpi.

Tentara Tembok ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang