17. Saatnya buat demes (Dede emes)

2.4K 104 17
                                    

"Bagaimana saksi sah?"

"Sah!!"

Semua mengucap hamdalah dan mengaminkan berdoa sesuai dengan arahan dari penghulu. Setelah itu kedua pengantin di persilahkan untuk mencium tangan untuk sang wanita dan mencium kening untuk sang Pria.

Bukannya kening, sang Pria malah mengecup bibir wanitanya membuat para tamu berteriak heboh. Sang Pria hanya tersenyum sedangkan si wanita sudah menunduk malu.

"Anak kamu mesum banget," bisik Aura di telinga suaminya.

"Bibit unggul aku sayang," balas Herman.

Ardian terdiam mendengar bisikan kedua orang tuanya, dia menatap kakaknya yang terlihat sangat bahagia. Kemana perginya rasa gugup Pria itu tadi pagi? Padahal Ardian dengan kesal menegur kakaknya yang terus keluar masuk kamar mandi sedari subuh.

Ardian tersenyum simpul, meski batinnya menjerit karena rasa cemas, sedih dan takut. Dia pasti bisa seperti kakaknya, walau sekali. Dia mohon agar Tuhan mengabulkan doanya, dengan seorang gadis atau dengan janda banyak anak sekalipun. Lelaki yang bahkan belum lulus kuliah itu bahkan sudah berpikir sejauh ini.

Gila lo Ar!

"Kenapa?" tanya Hasan kepada Ardian di sampingnya.

Ardian menoleh kepada Hasan, semenjak tau keduanya kuliah di tempat yang sama mereka menjadi dekat. Di tambah Ferinu juga sebenarnya, jangan lupakan point utama, Hasan kini hanya sendiri setelah di tinggal sahabat sekaligus sepupunya lulus kuliah.

"Terharu liat mereka," jawabnya.

Hasan merasa tidak yakin tapi... sudahlah.

"Nanti juga lo kayak mereka, gua juga."

"Kalau bisa."

"Hah?" Hasan bertanya sepertinya dia salah dengan nanti.

Ferinu di samping Hasan mengerutkan dahinya, dia mendengar dengan jelas ucapan Ardian. Dia dengan sengaja menatap Ardian, lelaki itu tersenyum saat sebuah kilasan melintas.

"Kalian ngapain duduk di sana, ayok pulang. Kita kerumah!"

Ardian, Hasan dan Ferinu melihat sekeliling. Ternyata hanya tinggal mereka bertiga di dalam masjid, ah tidak masih ada penghulu juga yang tersenyum ketiga pemuda itu.

"Mas-masnya mau ikut nikah juga?" tanya penghulu itu jahil.

Ketiganya saling pandang.

"Makasih Pak, Kita belum ada calon." Hasan.

"Makasih Pak, kita belum belok." Ardian.

"Makasih Pak, saya bahkan baru lulus SMA." Ferinu.

Setelah mengucapkan itu serentak ketiganya langsung pergi dari sana mengikuti rombongan yang lainnya. Ferinu tidak sengaja menatap seseorang yang menggunakan jaket ikut rombongan, dia tersenyum jahil kepada orang itu.

"Hai Sayangkuh."

"Gilaaa!"

@@@

Malamnya telah tiba, saatnya orang-orang untuk tidur. Entah tidur dalam artian lain atau sebenarnya. Tunggu, memang tidak dalam artian lain seperti apa?

Ziyan menatap Della yang baru masuk kamarnya dengan senyum mengembang. Della yang gugup melangkah mendekati Ziyan. Gadis itu duduk di pinggir kasur, dia sangat gugup sekarang.

"Kenapa kamu berkeringat?" tanya Ziyan. Mereka bahkan belum melakukan yang nikmat, ya ampun ada apa dengan pikiran Ziyan.

"Boleh bicara sesuatu Bang?"

Tentara Tembok ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang