2. Berubah

3K 151 1
                                        

Apa yang akan kalian rasakan jika di perlakukan seperti seorang sampah? Tentu saja marah. Bukan, bukan pada orang itu tapi kepada diri sendiri. Kekurangan dalam diri bukanlah pilihan setiap orang. itu ada karena memang harus ada, tapi kenapa semuanya terasa berat jika dipikirkan.

Berulang kali berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja, berulang kali pula kenyataan menampar segala ketidak apa-apaan itu. gak adil emang, tapi kalau misalnya kita kembali buka mata dan melihat dari sudut pandang lain. Tidak hanya diri sendiri yang mendapatkan hal itu. ada banyak orang bahkan mungkin milyaran orang diluar sana yang merasakan hal tersebut.

Sudah tiga tahun berlalu, seorang Della masih saja terpuruk dengan keadaannya itu. Della yang ceria dan selalu menebarkan kebahagiaan hilang begitu saja. dia terlihat bahagia hanya saat berada di profesinya, setelahnya, hanya tatapan kosong yang dilihat dari mata indah itu.

Della bukan wanita kuat dan juga masa bodoan dengan segalahal atau masalah. Dia tipe orang yang akan berubah total dan juga menyalahkan dirinya sendiri jika sedang di landa masalah, emang sih semua orang kadang gitu, tapi Della akan melakukan hal itu dengan waktu yang cukup lama.

Dia tidak menyalahkan takdirnya hadir di sini, tidak. Della juga tidak khawatir soal dirinya yang gak bakal dapat pasangan, toh Babanya baik-baik saja sampai sekarang tidak bersama dengan pasangan. Della hanya kecewa dengan kejujurannya. Harusnya dirinya dari awal jujur kepada siapapun itu yang mendekati padanya. Jujur kepada keluarganya dan juga teman-temannya.

Della bukan gadis yang malu mengingat dirinya lahir dengan keadaan mengerikan dan juga memiliki 2 ayah. Owh ayolah, itu sedikit menyenangkan. Tapi bukan berati kalian contoh atau inginkan ya, ini hanya menurut Della.

"... jangan lupa klik tombol merah dan loncengnya ya kawan, kalau bisa sih like dan juga share, terimakasih, sampai jumpa minggu depan. Bye bye!" Della dengan ceria melambaikan tangannya kepada kamera.

"Minggu depan tentang apa." Seseorang memberikannya minuman.

"Nanti gue pikirin lagi."

Della meminum minumannya. Gadis yang tubuhnya lebih pendek darinya dan juga merupakan sahabat sekaligus manejernya itu menatapnya dengan senyum lirih.

Setelah itu Della menunduk dan terdiam menatap sepatunya.

"Masih belum mup on?"

Della menghela nafas. "Hmm..."

"Lo pasti bisa Del, dia juga udah dapet pelajaran dari keluarga lo. Udah menderita dia."

"Seberapapun menderita dia, itu gak bakal hilangin ingatan gue soal kejadian itu, Gin."

Gina mengangguk, "Semangat!" hanya itu yang bisa Gina katakan.

Keduanya terdiam.

"Boleh nanya gak Gin?"

"Apa?"

"Emang kalau lahir dengan keadaan seperti gue itu menjijikan ya?"

Gina terdiam menatap bola mata yang penuh kekosongan itu.

"Setiap bayi yang lahir gak pernah salah, bayi itu suci. Yang salah adalah kedua orang tuanya, kalau kamu menyalahkan Tuhan bukankah kamu malah semakin salah."

"..."

"Dell?"

"Tinggalin gue sendiri, pliss..."

Gina mengangguk dan meninggalkan Della di sana. Setelah kepergian Gina, Della menatap langit biru di atasnya, setetes air mata turun di mata kirinya. Benar Gina bilang, kelahirannya gak pernah salah itu sudah takdirnya, tapi kondisi dilahirkannyalah yang salah. Lantas, kenapa dunia seakan-akan menjauhinya? Apa buruk jika terlahir seperti ini? seburuk apa itu? sesak. Rasanya sesak.

Tentara Tembok ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang