Pagi hari yang indah, yeah liburan yang di manfaatkan olehnya untuk benar-benar liburan. Agak siang sedikit, Badar dan Handika sudah menjemputnya di rumah. Ziyan tidak mau jika harus menyetir, dia sedang ingin malas-malasnya melakukan apapun, tentu saja itu akibat rindu kepada tunangannya.
Ziyan terkekeh saat mengingat bagaimana dia tidur tadi malam, walau sedikit kesal karena Della yang tidak izin kepadanya. Ah, mungkin saja gadis itu memang belum terbiasa dengan status mereka, Ziyan maklum saja.
Omong-omong soal tadi malam, Ziyan benar-benar menggila. Bagaimana tidak? untuk keberapa kalinya dia kembali tertidur saat menonton vlog milik Della, sungguh suara gadis itu sangat menenangkan baginya.
"Si bos diem bae?" Handika yang dibelakang berkomentar.
"Mana senyum sendiri," balas Badar yang sesekali melirik, sedari tadi pemuda itu memang sangat fokus ke arah jalanan.
"Sirik aja jadi jomlo!" balas Ziyan.
Hatinya akhir-akhir ini sedang bagus. Dan entah kenapa dia selalu ingin berbicara, ingin mengungkapkan seluruh rasa bahagiannya dengan berkata apapun itu, ada sedikit rasa lucu saat mengingat dirinya yang kadang pendiam tiba-tiba ingin bicara banyak.
"Dah sampai guys, mari kita belanjakan dan memanjakan dompet yang penuh ini!" seru Badar kelewat semangat.
Handika tertawa dan mengangguk-anggukan kepala. Tapi tawanya berhenti saat melihat sesuatu yang tak asing, dia mencoba berpikir apa itu? Dan saat melihat Ziyan di dekatnya dia baru ingat itu.
"Yan, liat deh ke sana!" ucapnya menunjuk.
"Kenapa?" tanya Ziyan.
"Arah jam satu elu."
Badar ikut mecari dan mencoba melihat, Ziyan menyipitkan matanya mencoba melihat dari kejauhan. Dadanya bergemuruh marah saat melihat kedua orang yang berjalan bersama, si lelaki bahkan hampir memegang pantat si perempuan, bermaksud merangkul.
"Cewek lu bro?"
"Iya itu Della," jawab Ziyan dengan pandangan tajam kearah mereka. keduanya sudah masuk ke dalam mall.
Handika dan Badar saling pandang. Badar yang mengerti segera merangkul leher Ziyan.
"Udah Bro kita bicarain di dalam aja, atau kita samperin mereka?"
Ziyan menatap keduanya.
"Biarin."
Handika menaikan halisnya sebelah, Ziyan itu kalau moodnya jelek gini. Pasti bakal datar kebangetan, keduanya sudah tau sifat itu. Dulu saat moodnya buruk, dan keduanya mencoba menenangkan malah berakhir hampir mendapatkan pukulan.
Mereka sampai di sebuah café dan Ziyan masih menatap kedua orang itu datar. Nyatanya ketiganya memang mengikuti Della dan lelaki itu, mereka terlihat dekat sekali. Dan Ziyan dapat melihat ada pancaran kerinduan dari tatapan keduanya?
"Abis makan kita ikuti mereka lagi apa belanja?" tanya Badar mencoba mencairkan suasana.
"Belanja aja," ujar Handika, dirinya berencana membeli beberapa jaket.
"Hmm..." Ziyan meminum minumannya.
"Ah elu mah galau mulu, dibilang samperin kaga mau, ngikutin gini malah makin badmood. Maunya apa Yan?" kesal Badar.
"Gak," jawab Ziyan sekenannya.
"Saran gua ian, lu jangan main marah aja. lu tuh kalau ngambek jelek tau gak, diem mulu gini. Kebiasaan!" kata Handika yang di iyakan oleh Badar.
"Tanya dia baik-baik dan jangan dulu ambil kesimpulan sendiri, siapa tau Della dan lelaki itu hanya berteman."
Ziyan menghela nafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentara Tembok !
Romantizmnote; % lanjutan dari Alien Ganteng ! % Ada 17+, humor ada, nonfanfiction, asli fiksi % belum ada cast (bisa jadi tidak akan ada), judul atau cover juga bisa aja ganti tiba-tiba. Della namanya. Gadis cantik yang terlahir dari...