Apa kalian pernah berpikir sebelumnya untuk jadi seperti sekarang?
Saat kecil bahkan seseorang akan dengan bangganya mengatakan ingin menjadi seorang dokter, polisi, guru atau pekerjaan yang terlihat hebat lainnya, tapi apa yang akan kalian dapatkan saat akan menggenggam semua itu, dunia menarik kalian masuk ke dalam jurang. Kalau tidak kehancuran, pasti ada saja kegagalan dan rasa menyerah.
Apa mungkin ini sebuah alasan dimana, anak kecil tidak boleh ikut urusan orang tua? Bukan, bukan karena kita saat menjadi anak kecil tidak bisa berpikir keras, umur tidak bisa menjamin sebuah kedewasaan kan. Selain karena masalah orang dewasa memang rumit, entah kenapa jadi terpikir bagaimana jika anak kecil mengetahui masalah orang dewasa, mereka tidak ingin menjadi dewasa?
Rumit, terutama anak kecil akan selalu ingin cepat besar. Sedangkan orang tua kadang merindukan masa kecil mereka. Kembali ketopik awal, apa kalian sejak kecil pernah berpikir akan menjadi seperti sekarang ini? Sepertinya masalah orang dewasa memang tidak bisa di pikirkan anak kecil, karena memang beberapa masalah mereka tidak punya alasan kenapa dan jawaban pertanyaan.
Owh iya, pernahkan kalian berpikir seperti itu?
Nera menatap keluar kamar jendelanya, dia memegang perutnya yang sedikit-demi sedikit merasakan nyeri. Walau tak senyeri tadi, tapi tetap saja rasanya nyeri. Dia melihat pemandangan anak-anak sedang asik berlari dan tiba-tiba saja ingatannya kembali kepada masa kanak-kanak.
"Ner, apa maksud semua ini?" Nera menatap Ziyan dan juga istrinya, kalau tidak salah namanya Della.
"Lo dah tau, gua cinta sama lo!"
"Bukan karena anak ini?" Nera terdiam.
"Tadinya gua pikir mau jebak lo, tapi sudahlah..." Nera memalingkan pandangannya.
Della menghela nafas.
"Nera, sebenarnya siapa ayah anak itu?" tanya Ziyan.
Sebelum menjawab, Nera menatap Della lebih dulu.
"Bukan suami lu, tenang aja."
"Ner?"
Nera menghela nafas. "Hidup gua udah hancur sejak sekolah dulu Zi, percuman lu tanya itu."
"Kenapa?" tanya Ziyan. Della mengelus bahu suaminya, Ziyan terlihat marah. Tentu saja, mereka berteman bukan sebentar, 1 tahun itu waktu yang lama.
"Gua aja gak tau siapa ayahnya!!" teriak Nera.
Della dan Ziyan terdiam.
"Gua gak tau Zi, gak tau!!!"
"Ner-"
"Bang, aku mau bicara sama Nera dulu, sesama wanita." Ziyan mengangguk setuju dan dia pun keluar dari ruangan, begitu juga dengan Handika dan Badar yang sedari tadi diam di sofa ruangan itu.
Hening...
Della duduk di kursi yang suaminya duduki tadi.
"Tidak papa aku panggil Nera saja tanpa kakak?" tanya Della memecah keheningan.
"..."
"Baiklah, kuanggap tidak apa."
Merasa tidak agak canggung, Della memilih mengambil apel dan mengupasnya.
"Kenapa lo nolongin gua?" tanya Nera saat Della memberikan potongan apel kepadanya.
"Makanlah."
"Jawab pertanyaan gua!"
"Makan dulu," kata Della yang dituruti Nera.
"Aku tidak membenci anak kamu, kenapa aku harus membunuhnya?"
![](https://img.wattpad.com/cover/194735209-288-k207921.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentara Tembok !
Romansanote; % lanjutan dari Alien Ganteng ! % Ada 17+, humor ada, nonfanfiction, asli fiksi % belum ada cast (bisa jadi tidak akan ada), judul atau cover juga bisa aja ganti tiba-tiba. Della namanya. Gadis cantik yang terlahir dari...