Seorang pemuda berpakaian tentara tersenyum manis, perlahan dirinya mendekati seorang wanita yang sedang menatap kosong kearah depannya. Senyum masih tak luntur dari bibir tipisnya, dia jongkok perlahan di depan wanita itu.
Tak lupa dirinya, menaruh beberapa barang bawaannya di samping tempat kosong di kursi yang diduduki wanita di depannya ini.
Wanita yang baru menyadari kehadiran seseorang di depannya tersenyum senang, dia bahkan menepuk-nepuk kedua tangannya.
"Abang datang! Abang Datang! Yey!" sorak wanita itu terus menerus.
Pemuda itu mengangguk lirih lalu menyalimi tangan rapuh yang terus bertepuk tangan tadi, setetes air mata jatuh saat tangan itu sampai di bibirnya. Tangan putih yang sedikit dingin, tangan lembut yang sangat halus, bahkan tangan yang memang tak pernah menggendongnya saat bayi tapi berarti baginya. Benar-benar tidak ada perlawanan seperti saat dirinya masih kecil dulu.
"Aku datang Bun," katanya seraya mengusap air matanya.
Wanita itu mengangguk berulang kali.
"Iya, iya, iya."
Zei yang merasa khawatir Bundanya kesakitan, menghentikan anggukan itu, tatapan matanya berselam jauh kedalam mata teduh kosong milik sang ibu. Mungkin jika tidak seperti ini, ibunya akan tersenyum cantik kepadanya, sangat cantik. Kemungkinan yang selalu dirinya pikirkan sejak kecil.
"Tampan, babang tampan cengeng!" katanya.
Entah bagaimana, lengan sang bunda mendekati pipinya dan mengusap air matanya perlahan. Bukannya berhenti, air mata itu malah semakin meluruh, dia benar-benar berterimakasih kepada Tuhan untuk kejadian ini. Setidaknya ini pertama kalinya sang ibu peduli kepadanya, selama ini wanita itu hanya berteriak, menangis dan tertawa saja, atau jika tidak ketiganya dia akan diam.
Terimakasih Tuhan...
"Jangan nangiss, hiks..."
Rei menggeleng dan ikut mengusap air mata ibunya, masih ingat dalam pikiran Rei. Dulu pipi Bundanya tak setirus ini, dulu bundanya sangat cantk ah tidak lebih tepatnya manis dengan pipi tembemnya. Foto cantik bundanya dulu, foto yang sempat membuatnya terpana saat melihat. Bahkan batinnya sempat berkata, hei siapa wanita cantik ini?
Semoga saja setelah ini ibunya bisa kembali pulih. Karena menurut dokter Bundanya sudah mulai merasakan emosi dan merespon lawan bicaranya setelah dirinya menjadi tentara.
"Bunda juga jangan nangis, aku gak akan nangis."
Wanita itu terdiam tidak mengerti namun akhirnya hanya mengangguk dan tersenyum.
"Bun, kita makan siang ya, aku bawakan masakan Mamah Tante tadi."
"Nama kamu siapa?" tanya Bundanya membuat pergerakan Zei yang sedang membuka rantang terhenti.
Bahkan tutup rantang-tempat makan itu ikut terjatuh, beruntung isinya tidak karena Rei keburu sadar. Dengan terburu-buru dia mendekat kembali ke depan, berjongkok tepat di pangkuan ibunya, dan tersenyum lebar.
"Bunda tanya aku?"
Wanita itu mengangguk.
"Zei... maksudku namaku Zeihan, Bun."
"Zei? Kamu bukan Zi?"
Zeihan terdiam menunduk, sial dirinya ingat kejadian tadi!
"Gpp aku lebih suka sama Zei, kalau Zi rasanya sakit di sini." Kata Della menunjuk dadanya.
Zeihan tersenyum dan mengangguk, dia mendekati sang Bunda dan menaruh kepalanya di pangkuan wanita yang menurutnya sangat hebat ini. Dulu dia sempat berpikir kenapa hanya dia yang berbeda? Kenapa bundanya tak seperti orang lain?
![](https://img.wattpad.com/cover/194735209-288-k207921.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentara Tembok !
Romancenote; % lanjutan dari Alien Ganteng ! % Ada 17+, humor ada, nonfanfiction, asli fiksi % belum ada cast (bisa jadi tidak akan ada), judul atau cover juga bisa aja ganti tiba-tiba. Della namanya. Gadis cantik yang terlahir dari...