11. Kamu dan Aku, atau kita?

2.3K 117 2
                                    

"Enghhh..." Della mulai terusik dari tidurnya.

Saat akan bangun dari tidurnya, ada sebuah benda yang menghalangi. Benda itu memeluk erat pinggangnya. Della membelalak mata saat melihat sebuah lengan. Dia menoleh kebelakang.

"Ziyaaann?"

"Jangan berisik, masih ngantuk!" kata lelaki itu mengeratkan pelukannya.

"Lepas dulu ih!" kata Della.

Ziyan menggeleng, tidak mau.

"Nanti aja," katanya.

Della menghela nafas, dia merasa seperti kedinginan dan seperti ada yang aneh. Dia seperti merasa kulit tangan Ziyan sangat dekat dengan tubuhnya, lebih tepatnya kedua dadanya. Dia perlahan melirik kebadannya.

"Ihhh lepasin tangan kamu!" hebohnya saat melihat dirinya setengah bugil.

"Apaan sih?" Ziyan akhirnya membuka matanya. tanpa sadar, tangannya naik keatas dan memainkan sesuatu yang kenyal namun lembut. Heheee... Ziyan jadi suka, eh.

"Aahhh... jangan di pegaaahhhng..." Della mengigit bibir bawahnya.

Ziyan membalikan badan Della menghadapnya.

"Iya jangan berhentii... ahhhh..."

Ziyan tersenyum di sela-sela aktivitasnya memainkan kedua gundukan Della. Lelaki mengusap lembut punggung Della. Della yang mulai terbawa suasana menekan kepala Ziyan lebih dekat.

"Kamu tau?" Ziyan mengecup bibir Della.

Della yang seakan kehilangan kendali menggeleng.

"Sedari malam aku senang sekali memainkan keduanya. Dan kurasa ini akan menjadi kegiatan favoriteku."

Della mengangguk menurut saat lagi-lagi Ziyan melakukan hal yang sama kepada kedua dadanya.

"Aku suka juga," katanya berbisik pelan.

Ziyan semakin semangat saja mendengarnya.

@@@

Della cemberut di meja makan. Sedangkan Ziyan, lelaki itu dengan santai duduk di sebelahnya. Della memalingkan wajah merahnya ke samping, sial gua inget kejadian di kamar tadi.

"Kamu gak ganti baju Ian?" tanya Deana saat melihat calon mantunya masih memakai baju loreng tapi hanya dalamannya saja.

"Nanti saja, Mah. Setelah ini aku langsung pulang." Deana mengangguk mengerti.

"Hai Kakak ipar!" sapa Hasan lelaki itu mendekati Della dan Deana lalu mengecup pipi keduanya.

Ziyan mengerutkan dahinya, dia belum kenal dengan lelaki itu. dan sial, Ziyan sedikit tidak rela pipi tembem Della di kecup lelaki lain.

"Dia Hasan, adiknya Della." Hillal yang baru datang menjelaskan.

"Salam kenal Kakak ipar!" Ziyan yang sedikit lega tersenyum tipis.

"Yo, salam kenal."

"Eh ada kami, Ian." Hillal datang dengan pakaian jas rapinya. Ziyan tersenyum dan menyalimi Pria itu.

Mereka semua sudah duduk di kursi dan memakan sarapan dengan tenang. Berbeda dengan Della yang memakan sarapannya dengan santai. Sesekali Ziyan mencuri pandangan kearah Della, kenapa kalau dilihat-lihat calon istrinya itu manis sekali juga ya.

"Maaf menganggu makannya. Mah, Pah bisa aku meminta izin?" tanya Ziyan.

"Menangnya untuk apa?" tanya Hillal.

"Ini hari minggu, Mah Pah boleh aku ajak Della jalan-jalan?" tanya Ziyan meminta izin.

Deana dan Hillal saling pandang. Keduanya tersenyum ramah.

Tentara Tembok ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang