18. Pahlawan Kelinci

2K 104 15
                                    

Di part ini kita jalan-jalan kuy!

Kembali mengacak waktu, kita akan melihat bagaimana awal seorang Ziyan tumbuh menjadi gagah seperti sekarang. Sejak dulu Ziyan memang anak tertutup dan saat memasuki SMA mungkin cenderung cupu, walau waktu SMP dirinya sempat menjadi ketua tawuran.

Ya, semenjak Ziyan melihat ibunya, Aura menangis karena dirinya yang koma 3 hari lamanya serta beberapa luka jaitan. Awal mula kejadian itu di karenakan Ziyan menyerang sekolah lain yang lebih dulu cari ribut dengan sekolahnya. Setelahnya, Ziyan sudah memutuskan untuk keluar dari lingkungan itu dan memilih menjadi biasa saja, walau akhirnya sempat mendapatkan beberapa bullyan saat SMA.

Ziyan anggap itu pukulan nyamuk, bahkan tonjokan kakak kelasnya dulu malah membuat kakak kelas itu sendiri masuk rumah sakit karena tangannya yang patah terkilir. Menjadi Pribadi yang tertutup baik itu setelah ataupun sebelum masuk SMA membuatnya tidak membutuhkan teman banyak.

Di kantin sekolah...

Ziyan tersenyum saat melihat gadis yang menurutnya cantik dan ramah itu tertawa bersama teman-temannya. Entah sejak kapan, Ziyan sering memperhatikan gadis itu, namanya Nera. Gadis yang berhasil membuat Ziyan memikirkannya, selalu.

"Hai Yan, gua..."

Ziyan menoleh sekilas lalu bangun dari duduknya dan pergi membawa minumannya.

"Ais, dikira gua teroris kali. Apa dia tetep kaga mau balik ke geng?" omel orang itu entah kepada siapa.

Saat di koridor, Ziyan melihat sebuah bangku taman. Sepertinya dia akan menghabiskan waktu di sana dulu saja, Ziyan membuka ponsel jadulnya dan memeriksa jam. Masih lama, ada waktu untuk sekedar duduk dan menghabiskan minuman.

Kringgg... kringgg...

Bel berbunyi, membuat Ziyan menghela nafas. Dia segera membuang sampah minuman dan jajanan kecilnya dan pergi dari sana, kali ini Ziyan memutuskan untuk mengambil jalan cepat. Dia akan memotong lewat belakang kelas saja. lagipula dia sedang malas meladeni kakak kelas, terlebih lagi kelasnya harus melewati kelas mereka dulu.

"Elu tadi malem tidur kan sama cowok gua, jujur lu, anjing!"

Ziyan terdiam mendengar itu. Saat akan menuju arah kanan, dia melirik di arah jalan lain, sebelah kirinya. Jalan yang terdengar suara itu, dengan sangat santai-malas-dia mencoba mendekat. Ada bekas pecahan kaca di dekat pinggiran belokan dan di sana memantulkan bayangan beberapa wanita.

Sudah pasti sedang ada pembullyan, apa lagi ini di belakang sekolah. Tempat cocok sekali untuk main senggol bacok atau labrak. Kalau kaum hawa, paling mereka nanti saling jambak. Jangan tanya, Ziyan sering melihat itu-kadang mengalami, sedikit hatinya mengatakan hal tersebut terlihat menyenangkan.

Pertengkaran para perempuan memang tidak jauh dari pacar, batin lelaki itu.

"Enggak kak!"

Ziyan membeku saat mendengar suara itu, tubuhnya tidak bergerak sedikitpun. Tentu saja dia mengenal suara siapa ini, suara lembut yang akhir-akhir ini menjadi kesenangannya untuk selalu mendengar. Gak, dia pasti gak bersalah! Itu bukan Nera!

"Alah, Tai lu. Gua liat dengan kepala mata gua sendiri lu ngewe sama cowok gua!"

(Maaf Pede, karena udah lewat bulan puasanya, filter dewasanya kembali bangkit. Heheee)

"Kakak pasti salah liat!"

Plakk...

"Kalian jangan sembarang menuduh!" kata Ziyan.

Tentara Tembok ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang