Terkadang, untuk mencapai sebuah angan-angan baru kita harus bisa memilih dan memutuskan. Apa yang baik dan apa yang buruk, tapi terkadang manusia tidak bisa langsung memutuskan. Mereka hanya melakukan apa yang dirasa benar tanpa ada pemikiran kedepannya.
Manusia namanya juga, kalau gak gitu yang gak akan banyak hati yang patah nanti, gak akan banyak impian yang terkubur nanti dan gak akan banyak pula orang yang gagal mencari bahagianya sendiri dalam pilihan salahnya.
Della terdiam saat mendengar jelas mamah dan papahnya. Entahlah dia mau berkomentar apa, yang jelas adalah dirinya terlalu tertekan untuk memikirkan hal yang bahkan dia belum sempat pikirkan. Ya Tuhan, dia belum menata hatinya sedemikian rupa untuk siap menerima orang baru yang akan hadir.
"Mamah hanya minta kamu memikirkan lagi," kata Dea sambil mengelus rambut Della.
Della tetap bergeming. Hillal yang melihat putrinya terdiam itu menghela nafas. Dia mengentuh rambut anaknya dan mengelusnya pelan.
"Papah tau kamu gak berpikiran kesana dulu, tapi apa salahnya mencoba kan."
Della menoleh. Benar, apa salahnya mencoba tapi...
"Hanya mencoba Della, kami gak akan memaksakan kamu," tambah Hillal.
Della menghela nafas.
"Boleh aku ke kamar dulu? Aku akan memikirkannya."
Dea dan Hillal saling bertatap. Hillal mengangguk seakan memberikan isyarat kepada istrinya untuk membiarkan Della sendiri terlebih dahulu. Dea mengangguk juga.
"Baiklah, kamu istirahat saja. ingat kami gak akan memakasa keputusan Della apapun itu," jelas Dea lagi.
Della hanya mengangguk dan pergi ke kamarnya.
@@@
Di kamar.
Della terdiam menatap atas langitnya. Dirinya tidak bisa tidur, dia terganggu dengan keputusan itu padahal dirinya sangat lelah. Namun, kantuk yang sebelumnya melanda sebelum sampai dirumah tiba-tiba hilang begitu saja setelah membicarakan hal tadi dengan kedua orang tuanya.
Orang tua? Lucu sekali, seakan dirinya benar-benar hanya mempunyai kehidupan normal. Padahal, kata normal itu jauh dari pikirannya. Kalian cukup mengerti bukan, lahir dengan 2 ayah itu tidak semenyenangkan yang kalian kira. Butuh banyak waktu menerimanya, bahkan hingga umurnya mencapai sekarang hal itu masih berat untuk dilakukannya.
Miris, sudahlah Della tidak perlu dikasihani. Dia sudah kebal dengan keadaan itu, malah kadang balik membenci keadaan itu.
Tok... tok... tok..
Pintu kamarnya di ketuk, terdengar suara adiknya Hasan dari luar.
"Masuk San!"
Pintu terbuka, menampilkan keadaan Hasan yang bisa dikatakan tidak ada yang menarik. Ternyata lelaki itu benar-benar sudah tidak punya teman. Alias, temannya sibuk semua.
"Tampilan lu bukan kayak orang gak punya temen San, lebih ke cowok yang frustasi di tinggal cewek tau gak!" Della terkekeh.
Hasan mendengus.
"Keknya yang pertama yang bener Kak," jawab Hasan. Lelaki itu mendekati kakaknya dan tidur di sebelah kakaknya.
"Alah, bohong! Dikira Javier sama Icho gak cerita."
Hasan menghela nafas.
"Kakak percaya? Merekakan tukang bohong!"
"Soal membully mereka no 1. Apalagi ke kamu San, kakak percayalah." Della tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentara Tembok !
Romancenote; % lanjutan dari Alien Ganteng ! % Ada 17+, humor ada, nonfanfiction, asli fiksi % belum ada cast (bisa jadi tidak akan ada), judul atau cover juga bisa aja ganti tiba-tiba. Della namanya. Gadis cantik yang terlahir dari...