Kenyataan memang pahit,namun inilah takdirku.
~ Hallmaan Atadzkiya
^^^
Angin berhembus kencang, awan pekat juga langit hitam dengan gemuruh riuk menyambar bumi. Sebulir rintik hujan kian menetes pada bahu jalan, hingga turun dengan titisan yang banyak. Hujan di malam hari, tiada seorang pun yang ingin berdiam di luar. Menyeduh kopi panas atau teh lebih nikmat saat suasana seperti itu.
Tapi tidak bagi seorang wanita berparuh baya ini dengan bayi yang ia panggku. Terlihat gelisah dengan wajah yang waspada, menengok kana dan kiri memastikan tidak ada orang yang melihatnya.
"Panti ini sepertinya tepat untukmu nak, Ibu hanya akan menitipkan dirimu sementara."
Menitipkan? Bahkan kau membuang diriku. Pantaskah kau ku sebut dengan 'Ibu'?
"Maafkan Ibumu ini nak, Ibu janji akan bawa kamu kembali kedalam pelukan Ibu.
Namun, untuk saat ini Ibu terpaksa harus menitipkannya di sini."Ucap wanita itu dengan suara purau, dirinya sangatlah terpukul karena dengan terpaksa harus membuang anaknya sendiri. Setelah lamanya ia mengandung dan perjuangannya untuk melahirkan bayinya itu, kini harus berakhir dengan membuang anak kandungnya sendiri.
Dengan air mata yang mengalir tetapi tidak terlihat air mata itu jatuh karena titian air hujan yang juga membasahi pipi nya. Terbesit di pikirannya dengan kejadian satu tahun yang lalu, dimana seseorang yang membuat hidupnya begitu hancur, kejadian yang begitu mengerikan dan menjijikan. Hidupnya ia renggut dengan kegelapan, ingin menerka namun tidak bisa.
Semua sudah terjadi.Dengan tertatih wanita itu berjalan ke arah Panti Asuhan, lalu meletakan bayinya di depan pintu tersebut. Beruntunglah bayinya sedang terlelap tidur, namun sudah pasti bayi itu merasa kedinginan karena hujan yang cukup deras. Mengingat ini juga malam. Dimana seorang bayi didekap hangat oleh sang Ibu akan memberikan kenyamanan pada si bayi, wanita itu menginginkan hal yang sama tapi tidak akan pernah bisa. Terlalu berbahaya jika anaknya berada bersamanya.
Wanita itu mencoba mengetuk pintu dari luar, berharap pemilik Panti bisa keluar dan membawa bayinya yang ia letakan di luar agar tidak kedinginan.
"Cukup, sudah cukup penderitaan ini, Ibu macam apa aku ini yang bahkan membuang anak nya sendiri, maaf..., maaf..., maafkan saya. Saya harap suatu saat nanti kamu dapat memaafkan Ibumu ini. Saya menyayangimu, putriku."
***
Semua nampak indah dengan cahaya digenggaman. Hingga datang malam yang gelap menyelimuti tubuh ini sendiri terdiam. Diterpa dinginnya sang angin. Mataku tertuju pada suatu cahaya yang hilang.
Satu langkah kulalui
Dari terjalan kerikil dan batu
bahkan api bara itu mulai membakar jiwa dan ragaku.Kembalikan cahaya itu, ku mohon!
Aku merintih dalam perih
Aku menangis teriris terkikis habis.
Apa aku akan kembali dengan lentara hidup yang indah, atau aku akan hanyut bersama pilu yang menyurut?
Tuhan, aku hanya ingin bersamamu.
Bolehkah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallmana Atadzkiya || Tamat
Teen FictionBismillah.. Kelam! Suram! Ah, kurasa itu duniaku, sebenarnya untuk apa aku di lahirkan di muka bumi ini, bagai tak ada tujuan tuk ku hidup. Sudah, menyerah, ya aku menyerah dengan ini. Lalu, bagaimana dengan semua impian ku? Haruskah aku menguburk...