40. Let Me Down

325 42 236
                                    


Rasanya seperti ini tidak akan pernah berakhir. Dunia tidak akan berhenti runtuh sampai tidak ada yang tersisa dariku kecuali debu.

#anonim

~ Hallmana Atadzkiya



^^^


Ada luka yang tidak pernah terlihat pada tubuh yang lebih dalam dan lebih menyakitkan daripada apapun yang berdarah. Diamku merupakan sebuah teriakan, senyumku adalah sebuah tangisan, dan hidupku juga sebuah kematian.

Ada sebuah titik di mana aku tidak lagi peduli apakah ada cahaya di ujung terowongan itu atau tidak. Karena aku sudah terlalu muak dengan terowongan itu.

Berteriak dengan keras namun tetap tak memantulkan sebuah uluran tangan untuk menyelamatkanku.

Entah berapa kali hati ini tertusuk habis, aku lelah, dan kini biarkan aku jatuh!

Lenganku terikat kuat, mulutku disumpal dengan robekan kain berdebu yang diikat pula. Tangisku menjerit dalam bisu!

Tolong! Adakah sedikit cahaya bagiku?

Tidak!!! Tak ada helayan cahaya itu, semua terasa gelap. Aku takut, takut jika ilusi dalam jiwaku datang.

"Huaaaaaaah,"

"DIAM!!!" Tuan Jeff tidak ada ampun menganiayaku, dan melecehkanku. Apa daya ku saat ini? Tidak ada sedikit jalan untuk ku keluar dari tempat ini.

Pria berjiwa iblis itu menjenggut rambutku sangat keras, "hiks hiks hiks." Hingga membuat luka yang teramat dalam.

Lalu ia beralih untuk menamparku. PLAK...PLAK...PLAK...

"Argh, huaaaaaah." Badanku sudah banyak memar dan  luka, tapi ini tidak sebanding dengan luka dihati, dan jiwaku. Karena kehormatanku sudah dirampas dengan sangat kejinya.

Aku hancur!!! Adakah yang bisa membuatku utuh kembali, hah? KATAKAN!!!

Bahkan kini, aku enggan untuk melihat diriku yang menjijikan. Ya Rabb, ampunilah diriku. Tapi sungguh, diri ini telah lelah menghadapi kenyataan dan ketetapan-Mu ini. Bagai tak kan ada lagi lembah cahaya, lalu untuk apa aku hidup?

"Malam yang indah kan, sayang." Lontaran terakhir setelah Pria itu sudah berhasil menghancurkan hidupku.

Demi apapun, aku tidak bisa mengontrol hati, jiwa, dan emosiku saat itu. Semua benar-benar redup dalam kelam, lampu tak bersinar. Tak ada matahari di malam hari, tiada cahaya dalam gelap.

Tubuhku sangat gemetar, air mata tak pernah berhenti malam itu. Saat Tuan Jeff keluar kamar, dengan cepat aku berlari ke kamar mandi.

Ku menatapi pantulan wajahku pada cermin yang tergantung di dinding kamar mandi.

Aku tersenyum, "siapa kamu?" Tanyaku pada diriku sendiri dengan suara purau. Menggelangkan kepala beberapa kali dengan buliran air yang terus mengalir.

"Tidak, ini tidak mungkin!!! Siapa kamu!! Huaaaaaaah, ini bukan Kiya, karena Kiya masih suci dan kamu, sudah tidak lagi suci! huaaaaaah, hik hiks."

Ku jatuhkan diriku ke lantai kamar mandi dengan shower yang dinyalakan, hingga air itu jatuh pada tubuh yang kotorku. Harap bisa menghilangkan noda pada tubuhku, namun sepertinya tidak bisa. Semua sudah terjadi.

"AAAAARGH!!!"

Jeritan hanyut kehancuranku, aku memukul dada yang teramat sesak, dan menutup telingaku enggan mendengar suara Semesta selanjutnya.

Hallmana Atadzkiya || TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang