Hidup adalah saat kita harus mengatasi kesulitan, menggali rahasia,mengalami tragedi, membagikan kebahagian,menikmati cinta,dan melaksanakan tugas.
^^^
_gitar
Nama gue GITAR ADYA ARSENIO, putra tunggal dari keluarga Arsenio. Sesuai dengan nama gue 'Gitar', gue punya hobi bermain Gitar, satu lagi gue tertarik di dunia musik. I think music is my life. Udah jadi sebagian di hidup gue. Kala gue sedih dan ngerasa jatuh, ya musik pelarian gue.
Gue di takdirkan lahir dikeluarga terhormat yang memiliki banyak kekayaan. Hal apapun bisa gue beli dengan uang. Tapi kebahagian? hal ini yang gak bisa gue dapet.
Papah sama mamah? cuman sibuk ngurusin perusahaan. Tanpa mereka memperdulikan gue sebagai putra mereka. Gue juga butuh perhatian dan kasih sayang mereka. Memang miris bukan."Gitar, kamu harus banggain keluarga Arsenio. Karena kamu yang bakal jadi penurun warisan ini, kamu yang bakal gantiin papah buat ngurus di perusahaan."
Bla bla bla gue harus ini itu nurutin apa yang mereka mau, tanpa mereka peduli dengan apa yang gue mau.
Kasih sayang dan cinta? jauh di dalam kehidupan gue. Kelam, redup, hitam putih lah yang gue rasa. Rasa riuh yang gue dengar tiap hari. Muak gue benar-benar muak dengan ini semua.
Satu lagi yang perlu lo ketahui, gue terlahir sebagai seorang muslim, perlu gue perjelas? Gue m u s l i m.
Ya, cuman itu aja yang gue tau. Gue menganut agama Islam, tapi gue aja gak yakin kalo Tuhan itu ada. Pasal mengapa? Karena gue aja gak pernah di ajaran Islam itu apa, bagaimana seorang muslim meyakini Tuhannya, apa saja yang wajib mereka kerjakan. Bahkan mamah papah, belum pernah gue liat mereka mengerjakan salat, so jangan salahin gue dengan hal ini.
***
"Mah, Papah udah bilang kan Papah gak ngizinin mamah pergi ke Singapura. Jadi jangan bantah suamimu ini. Paham mah!"
Suara berat itu terdengar."Atas dasar apa Papah melarang saya untuk pergi ke sana, Mamah gak minta persetujuan dari Papah. Lagi pula saya pergi kesana bukan ingin liburan, saya punya urusan disana untuk perusahaan. " Suara Anggi mengelak, Mamah gue.
"Apapun itu alasannya, Papah tetap tidak mengizinkannya, Mah. Lebih baik kau tetap disini, di rumah!" Bentak Arsenio, Papah gue.
"Wah, Papah itu egois. Saya juga punya tujuan lain, bukan hanya diam di rumah. Anda lupa dengan perjanjian itu, jadi ini sudah menjadi kemauan saya sebelum menikah dengan anda." Ucap Anggi yang tak memperdulilan raut wajah Arsenio yang sudah naik darah sejak tadi.
"DASAR ISTRI DURHAKA!!!" Tamparan itu siap mendarat di pipi Anggi.
Gue, yang sedari tadi hanya menyaksikan drama mereka, kian muak menyaksikan nya setiap hari.
Dengan tepuk tangan yang gue berikan, gue salut dengan drama yang mereka lakukan setiap harinya. Menakjubkan.
"Wah wah wah." Hingga tangan Arsenio yang akan segera melayang di pipi Anggipun, ia turunkan.
"Adegan yang kalian lakukan tadi itu, sangat menakjubkan, Gitar rasa kalian sudah pantas bermain di sebuah drama."
Tidak itu bukan sebuah pujian, melainkan sebuah sindirin yang gue berikan pada Papah, Mamah gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallmana Atadzkiya || Tamat
Teen FictionBismillah.. Kelam! Suram! Ah, kurasa itu duniaku, sebenarnya untuk apa aku di lahirkan di muka bumi ini, bagai tak ada tujuan tuk ku hidup. Sudah, menyerah, ya aku menyerah dengan ini. Lalu, bagaimana dengan semua impian ku? Haruskah aku menguburk...