EXTRA PART

636 48 171
                                    


 "Air mata yang jatuh bukan berarti menangis, air mata bukan simbol kesedihan, namun air mata juga sebuah rasa bahagia tanpa mulut yang terucap."


~Hallmana Atadzkiya


Matahari pagi mulai beranjak naik, udara terasa segar karena hujan yang turun di malam harinya. Terlihat, ulasan senyum yang terukir pada bibir Gitar. Ia masih terdiam di nakas tempat tidur, dengan memandang sang Bidadari halalnya yang masih terlelap. Sangat imut.

Perlahan Gitar memajukan wajahnya, dan mencium dahi sang Istri. Belum ada reaksi dari Wanita itu. Masih menutup mata menghadap pada Gitar. Pria itu meniup-niup wajah sang Istri hingga helayan rambut yang sedikit terurai pada wajah Kiya menyimpul.

"Mmmmmm..." Dengan mata yang berat Kiya membuka matanya, ia masih belum menyadari posisi mereka yang sangat dekat. Wanita itu kembali menenggelamkan wajahnya pada dada bidang milik Gitar.

"Habibaty, ini udah siang," ujar Gitar.

"Uhm, jam berapa memangnya?" Tanya Kiya dengan suara serak karena sehabis tidur. Dan posisinya masih sama seperti tadi.

"Jam tujuh," jelas Gitar.

"Apa?! Ish, kenapa kamu gak bangunin Kiya sih. Ini udah siang banget," Kiya langsung membenarkan posisinya dengan duduk.

"Tadinya sih mau, cuman aku gak tega lihat wajah kamu yang kelelahan gitu." Senyum jahil Gitar kumat.

"Ck, dasar!" Umpatnya.

Mereka memang sudah salat subuh bersama, dengan Gitar yang menjadi Imamnya dan Kiya yang berada satu saf di belakangnya. Bahkan, Semesta tersenyum pada dua insan tersebut. Namun, Kiya dan Gitar tertidur kembali usai menunaikan salat subuh. Karena kantuk yang tidak bisa ditahan, sebab mereka hanya tertidur dua jam saja.

"Terus kan, kamu kerja. Sekarang udah kesiangan banget. Kiya belum nyiapin baju kamu, sarapan juga belum aku siapin, air panas juga belum," keluh Kiya.

"Kamu lupa?! Hari ini kan, hari minggu."
Kiya menjiplak dahinya sendiri. Lupa.

"Oh, iya. Kiya lupa. Ya udah deh, Kiya mau masak dulu. Perut Kiya udah laper banget." Gitar mengangguk, sebelum Kiya beranjak Pria itu menahan tangan Kiya, dan ---

Cup

Kiya membeku, ia sangat terkejut dengan perlakun Gitar yang tiba-tiba. Secara langsung Kiya menutup wajahnya yang sudah seperti kepiting rebus.

Dan Pria itu hanya tersenyum puas, "cie malu, udah kelihatan ko pipinya blushing. Tuh kan tambah merah gitu," goda Gitar.

"Tau ah, nyebelin banget. Masih pagi juga, udah nyuri bibir Kiya aja." Ucap Kiya yang masih menutupi wajahnya. Gitar hanya tertawa menanggapinya.

Tuuut Tuuut Tuuut📞

Dengan cepat Gitar menerima panggilan itu.
"Assalamualaikum Warrahmatullah, Gitar." Salam dari orang di sebrang panggilan.

"Wa'alaikumussalam Warrahmatullahi Wabarakatuh, siapa yah ini?"

"Eh buset, masa udah lupa aja sih. Gua temen lo yang paling cetar itu. Sombong yah, lu. Mentang-mentang udah nikah ama si Jubaidahnya."

Ah, tentu saja Gitar ingat. Teman yang otaknya agak konslet waktu di Star Senior High School. Bryan.

"Ck, Iya Gue inget. Masa aja lupa, lagian kemana aja kabar lu selama 5 tahun ini? Gue denger lo udah nikah juga, kan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hallmana Atadzkiya || TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang