Malam semakin kelam, aku semakin hanyut dalam kenangan, kucoba berenang melawan arus perasaan, namun tetap saja aku tenggelam.
~ Hallmana Atadzkiya
^^^
Gitar yang menerima pesan dari Kiya, langsung bergegas menuju tempat yang gadis itu cirikan, Gitar yakin bangunan ini persis seperti yang Kiya katakan.
Sungguh, Pria itu sangat khawatir pada Kiya juga Zani karena tengah mengandung. Dan Papahnya? Kenapa ia membawa Zani ketempat seperti ini? Ah, yang terpenting sekarang adalah menemukan dua gadis itu.Hendak masuk terdengar suara, "Zanii!!!!"
Gitar berlari ke arah suara itu dan ia menemukan istrinya yang penuh akan darah di perutnya."Reza? Kenapa lo bisa di sini?" Tanya Gitar terheran pada Reza karena memangku Zani yang berlumutan darah.
"Nanti gue jelasin, yang terpenting sekarang bawa Zani ke Rumah Sakit, dia udah mengeluarkan banyak darah."
"Ah, iya. Lo bener."
"Zan, bertahanlah." Gitar tampak sangat khawatir, tangannya menutup bagian perut Zani yang tertublas, karena darahnya terus keluar.
"Gi--Gitaar," Zani membuka mata dengan lemah.
"Iya, kamu harus kuat, Zan."
"Ki--Kiya, dia dalam bahaya, aaaaaa" Zani mencoba berbicara, namun sakitnya sangatlah dalam.
"Kiya? Dimana dia, Zan?"
"Pa--pah, menjual Ki--Kiya." Dengan susah ia mengucapkan kalimat itu, banyak yang ingin Zani jelaskan. Namun ia tidak mengelak sakit yang membara, sampai akhirnya Zani menutupkan mata.
"Zan, Zani!! Bangun Zan! Gue mohon," Gitar menepuk pipi Zani agar tersadar. Namun matanya tetap tertutup.
Reza mencoba mengecheck detak nadi di lengan Zani,
"Syukurlah, masih berdetak, Tar. Lo gak usah khawatir. Kita harus cepet bawa dia, atau semuanya akan lebih fatal."Gitar mengangguk, dan bergegas membawa Zani untuk segera di tangani.
***
"Gitar, bagaimana keadaan Zani?" Bu Diana yang baru mengetahui kabar buruk tentang Putrinya langsung pergi menemuinya ke Rumah Sakit.
Kini, keadaan Zani sangat kritis. Darahnya keluar sangat banyak. Nyawa Putrinya sedang di ambang pintu.
"Mamah, yang tenang. Zani pasti akan baik-baik saja." Gitar mencoba menenagkan Bu Diana karena terisak tangis.
Gitar melirik pada Anggi yang juga ada di sana. Sudah geram dirinya ingin bertanya, karena sudah pasti ada hubungannya dengan Arsenio yang membawa Zani ke bangunan itu. Sudah Gitar hubungi Papahnya itu namun, tetap tidak bisa diketahui. Dan kini, Gitar hanya bisa menanyakan soal itu pada Mamahnya.
Gitar mengisyaratkan Reza agar menggantikannya untuk menenagkan Bu Diana, Reza paham akannya.
"Mah, Gitar mau ngomong sebentar sama Mamah
" Pinta Gitar pada Anggi.Anggi mengikuti Gitar untuk mengobrol. Sungguh, Anggi sangat takut saat ini, karena ia tahu, sudah pastilah Arsenio yang menyebabkan semua ini. Anggi mengetahui segalannya.
"Mah, katakan yang jujur. Apa ini ada kaitannya dengan Papah? Katakan dimana Papah sekarang? Mah tolong jawab, apa Mamah tahu apa penyebabnya?"
Anggi memalingkan wajah, "Mamah tidak tahu apa-apa, dan Mamah juga tidak mengetahui keberadaan Papahmu itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallmana Atadzkiya || Tamat
Teen FictionBismillah.. Kelam! Suram! Ah, kurasa itu duniaku, sebenarnya untuk apa aku di lahirkan di muka bumi ini, bagai tak ada tujuan tuk ku hidup. Sudah, menyerah, ya aku menyerah dengan ini. Lalu, bagaimana dengan semua impian ku? Haruskah aku menguburk...